Padangkita.com - Jika negara sudah mewajibkan untuk mengikuti wajib militer, seluruh pemuda dan berfisik sehat tanpa pandang bulu dan golongan harus mengikuti kegiatan tersebut.
Tidak boleh ada kata tidak untuk menolak kewajiban dari negara. Namun apa jadinya jika pemuda tersebut melakukan transgerder? Ini kisah yang terjadi di negara Thailand.
Thailand menjadi salah satu negara dengan toleransi yang sangat tinggi terutama untuk kaum Lesbian, Gay, Bissex dan Transgender (LGBT). Di Thailand juga lazim dengan praktik operasi kelamin.
Meskipun demikian, hal tersebut tak bisa membebaskan para ladyboy dari kewajibannya mengabdi pada negara. Sekelompok ladyboy tampak duduk dibalut pakaian wanita dibelakang barisan pria.
Baca juga: Cerita Driver Ojol Digoda dan Diajak ‘Ngamar’ oleh Pelanggan Hingga Membuatnya Kesal
Mereka menunggu petugas militer memanggil nama mereka, memutuskan mereka harus menjalani wajib militer atau tidak.
"Aku dilahirkan laki-laki, jadi aku harus ada di sini, seperti tugas panggilan," kata Kanphitcha Sungsuk salah seorang ladyboy dilansir dari nbcnews.com.
Meski toleransi terhadap gay dan trasngender tinggi, para ladyboy banyak yang mengeluh lantaran mereka merasa hanya diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.
[jnews_block_16 number_post="1" include_post="30516" boxed="true" boxed_shadow="true"]
Belum lagi, ketika masuk di usia 21 tahun, mimpi buruk harus mengikuti wajib militer mereka hadapi.
"Sebagian besar mereka khawatir akan menanggalkan pakaiannya, atau dipermalukan di depan umum," kata Jetsada Taesombat, direktur eksekutif Aliansi Transgender Thailand untuk Hak Asasi Manusia.
"Beberapa orang sangat stres bahkan ingin bunuh diri untuk menghindari wajib militer," tambahnya.
Setiap tahun di bulan April yang berusia 21 tahun harus secara sukarela melayani negara selama 6 bulan.
Sebuah kasus kematian saat wajib militer setelah pemukulan oleh tentara minggu ini menyoroti kebrutalan kehidupan tentara yang banyak ingin dihindari orang.
Pengecualian dibuat untuk mereka yang secara fisik atau mental tidak mampu. Wajib militer juga diperuntukkan untuk wanita transgender.
Dokter akan memeriksa mereka apakah telah megalami perubahan fisik seperti telah operasi dada atau operasi kelamin.
Baca juga: Berawal dari Twitter, Saudara Kembar Terpisah 16 Tahun Bertemu
Mereka yang memiliki perubahan fisik, yang menunjukkan "gangguan identitas gender", dibebaskan dari kewajiban dan tidak perlu kembali.
Namun mereka yang belum mengalami perubahan tersebut harus kembali hingga dua tahun lagi, kecuali rumah sakit militer menyatakan mereka tidak mampu.Sebenarnya mereka juga diperlakukan berbeda.
"Tentara diperintahkan untuk memperlakukan dan menghormati wanita transgender sebagai wanita," kata Letnan Kolonel Ongard Jamdee. (*/pk-28)