Dalam film ini juga mengangkat tradisi “marosok”, yaitu proses tawar menawar ternak yang dilakukan dengan gerak tangan di bawah kain tertutup. Proses syuting film ini dilakukan di Payakumbuh, Padang Panjang, dan Bukittinggi.
Malik dan Elsa
Film Malik dan Elsa diangkat dari novel dengan judul yang sama ditulis oleh Boy Candra. Film ini bercerita tentang percintaan sepasang remaja yang baru saja mulai berkuliah. Proses syuting dilakukan seratus persen di Padang, di antaranya di kampus Universitas Negeri Padang dan Pantai Pasir Jambak.
Boy Candra mengatakan proses syuting di Padang adalah syarat ia mengizinkan karyanya diadaptasi menjadi film. Selain itu, Gubernur Mahyeldi pada saat itu masih menjabat sebagai Wali Kota Padang menjadi figuran dalam film tersebut.
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Film ini diadaptasi dari novel Buya Hamka dengan judul yang sama. Bercerita tentang kasih tak sampai Zainudin kepada Hayati karena persoalan adat.
Baca juga: Dokumenter Film Festival: Sebuah Kecerobohan Berbahasa
Film ini mengambil beberapa lokasi di kawasan Sumatra Barat, di antaranya Tarusan Kamang, Batipuh, Bukik Ambacang, dan Batu Sangkar. [pkt]