Di tengah wabah yang melanda dunia, Ferry menilai para musisi, khususnya musisi Minang harus melek digital agar mereka tak ditinggal para penggemar dan harus menguburkan mimpi sebagai penyanyi sedalam-dalamnya.
Karena, kata Ferry, jika aktif melalui platform digital akan menjadikan para musisi semakin berjaya. "Vanny Vabiola, itu penonton YouTubenya melejit sejak pandemi. Kalau musisi yang update teknologi, maka akan semakin berkembang. Ada juga Anroys, Edi Cotok dan Susana," paparnya.
Jika para musisi yang tak melek digital, mau tidak mau mereka akan semakin tertinggal dan harus banting setir agar tetap bisa bertahan hidup. "Musisi yang tidak mengupdate dirinya, otomatis cari pekerjaan lain saat ini,” katanya.
Digitalisasi Industri Musik Akan Semakin Dilirik
Selain sebagai sumber pendapatan baru. Ferry mengatakan, adanya kemudahan dari musisi untuk menyalurkan karya mereka kepada pendengar.
“Teknologi digital mempengaruhi perkembangan musik di bidang distribusi, kalau dulu kita bermusik distribusinya ada melalui VCD sekarang kita langsung on air di YouTube atau Facebook.Tidak adanya jarak antara musisi dengan penikmat musik juga berpengaruh kepada tren musik. Jika dulu berdasarkan arahan produsen, sekarang musisi berkarya berdasarkan suara pendengar.
“Dulu tren musik ditentukan oleh produser dan tren diantara penyanyi minang lainnya, misalnya lagi era yang lucu-lucu atau ratapan kita sebagai penyanyi diminta menulis lagu seperti itu. Kalau sekarang orang bisa berkreasi sendiri-sendiri,” ujarnya.
Ferry dapat membuat lagu atau program sesuai dengan keinginan penggemarnya. Ia sekarang gemar mengunggah video tutorial bernyanyi lagu Minang untuk penggemarnya.
“Tanpa terduga penyanyi yang baru, yang cover lagu bisa tembus jutaan viewer. Sementara penyanyi yang sudah punya nama hanya ribuan viewer. Sekarang mulai terbaca selera masyarakat yang sebenarnya. Kalau dulu selera masyarakat tidak bisa dilihat, misalnya tergantung toko kaset dan radio,” ucapnya.