Berita viral terbaru: Bantuan kemanusiaan untuk Suriah di masa pandemi Covid-19 terancam terhambat disalurkan karena perbedaan pendapat di sidang PBB.
Padangkita.com - Covid-19 terus memberikan dampak buruk di beberapa negara, termasuk di Suriah. Bahkan negara yang dikenal penuh konflik tersebut keadaannya telah memprihantinkan sebelum adanya masa pademi seperti sekarang.
Banyak warga sipil yang tengah berjuang melawan hidup dan mati di tengah kehidupan yang serba kekurangan. Mereka hanya bisa bergantung pada bantuan kemanusiaan yang dikirim dari Turki.
Tidak hanya itu, sebagian besar warga sipil Suriah sedang bertahan di wilayah barat laut yang dipenuhi pasukan pemberontak.
Guna mengatasi hal itu, PBB mengadakan pertemuan dewan keamanan dengan seluruh anggota tetap. Mereka membahas upaya menuntaskan permasalahan yang melanda Suriah.
Enam tahun lalu, dewan keamanaan PPB sebenarnyat telah memberikan izin bantuan lintas batas ke Suriah.
Mereka menetapkan beberapa akses, termasuk dari Yordania dan Irak. Jerman dan Belgia adalah dua anggota tidak tetap dewan keamanan PBB yang bertanggung jawab dalam isu kemanusiaan di Suriah.
Kedua negara tersebut terus berupaya agar jalur bantuan kembali dipecah. Hal itu dilakukan agar bantuan dapat mudah didistribusi.
Sidang tersebut diselenggarakan di New York, Amerika Serikat pada Jumat (10/7/2020) lalu. Beberapa anggota Dewan Keamanan PBB tampak mengenakan batik di pertemuan tersebut.
Pertemuan itu membahas mengenai bantuan kemanusiaan yang akan dikirimkan ke Suriah melalui dua jalur perbatasan dari Turki selama enam bulan.
Namun dalam pertemuan kemarin, belum mendapatkan hasil. Sebanyak 15 anggota yang hadir di sidang tersebut memiliki suara yang berbeda.
Dua negara yang menjadi sekutu Suriah, yakni China dan Rusia, harus melawan 13 anggota lainnya yang memiliki pendapat berbeda.
Ketiga belas anggota tersebut memilih untuk menyetujui rancangan resolusi yang disusun oleh Jerman dan Belgia.
Mereka ingin bantuan tersebut untuk dibagi menjadi dua jalur distribusi dan pengiriman dilakukan selama 6 bulan. Sedangkan, China dan Rusia hanya menghendaki ada satu jalur khusus, namun pengiriman bantuan bisa dilakukan selama satu tahun penuh.
Lantaran perbedaan pendapat tersebut, sidang dilakukan dengan cara pemungutan suara. Meski begitu, hal itu juga gagal mendapatkan hasil.
Hal ini membuat pemungutan suara tersebut menjadi yang ketiga kalinya gagal membuahkan hasil selama sidang yang dilakukan PBB. Bahkan China dan Rusia telah menggunakan hak veto dalam satu minggu terakhir.
Pihak Rusia menolak dianggap sebagai penghambat arus distribusi bantuan kemanusiaan untuk Suriah. Hal itu mereka sampaikan usai persidangan berakhir.
Baca juga: Dinar Candy Sindir Soal Wanita Jual Diri, Netizen: Sesama Jangan Menghina
"Kami dengan tegas menolak klaim bahwa Rusia ingin menghentikan pengiriman kemanusiaan kepada penduduk Suriah yang membutuhkan," tulis Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy di akun Twitter pribadinya.
Dengan belum adanya hasil dari sidang tersebut, membuat dampak paling parah pada warga sipil Suriah.
Hal itu karena tidak akan ada bantuan yang melintasi perbatasan untuk sementara waktu, sehingga nasib warga sipil Suriah akan semakin kesulitan. [*/Prt]