Berita viral terbaru: Untuk pertama kalinya setelah 57 Tahun api abadi yang berada di Jawa Tengah mati total.
Padangkita.com- Untuk pertama kalinya terjadi dalam sejarah dimana mulai sejak tahun 1963 hingga saat ini Api Abadi Mrapen padam.
Tepatnya sejak 57 Tahun tersebut api yang berada di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah mati total.
Hal ini juga disampaikan oleh seorang Kasi Energi ESDM Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto saat saat meninjau lokasi, pada Jumat (2/10).
Sebenarnya kejadian ini telah dilaporkan pada Jumat (25/9) lalu. Terlebih sekitar tahun 1996 api abadi ini memang sempat padam hanya saja tidak mati total seperti saat ini. Di tahun tersebut api abadi Mrapen hanya berkurang intensitas debit gasnya.
Sebelumnya api suci yang dipercayai oleh umat Buddha ini diikutsertakan dalam peribadatan perayaan waisak yang mana akan disemayamkan di Candi Mendut lalu dibawa ke Candi Borobudur hingga keesokan harinya pada tahun 2018 lalu.
Selain itu api abadi ini juga kerap kali menjadi sumber api obor dalam berbagai acara tingkat nasional maupun internasional.
Untuk memastikan penyebab mengapa api ini bisa pada padam, Sinung menyebut jika sebelumnya dilakukan pembongkaran ternyata gas kembali keluar hingga intensitas api kembali berkobar.
Dirinya menyebut jika saat ini setelah dilakukan pengecekan awal api tersebut padam karena tidak adanya sumber gas dari laporan yang diterimanya. Hal ini yang ia juga menjadi penyebab mengapa api abadi tersebut kini padam total.
Lanjutnya terdapat sebuah aktivitas pengeboran untuk mencari sumber mata air yang dilakukan di dekat lokasi kejadian sebelum api ini padam total.
Terlebih lokasi penggalian itu sendiri hanya berjarak sekitar 200 m. Aktivitas penggalian tersebut disebutnya terjadi pada tanggal 12 September lalu yang menyebabkan adanya semburan air setinggi 50 meter.
Baca juga: Ini Sosok Calon Mertua Al Ghazali, Ternyata Bukan Orang Biasa
Terlebih lagi juga terdengar adanya suara gemuruh dari dalam tanah serta tercium bau gas hidrokarbon saat pengeboran berlangsung. Hanya saja sampai saat ini pihaknya masih belum memastikan apakah memang hal ini sebagai penyebab utama.