Berita viral terbaru: Pria asal Mesir ini lakukan pemerkosaan terhadap puluhan gadis dengan modus kerja kelompok.
Padangkita.com – Berita mengenai kasus pemerkosaan kerap kali menimpa berbagai gadis muda. Banyak juga dari korban pemerkosaan memilih mengakhiri hidupnya lantaran tak kuat menanggung malu atas hal yang menimpanya.
Sosok pelaku pemerkosa sendiri bahkan banyak merupakan sosok yang dikenal dekat korban sendiri. Pelaku terkadang bisa saja seorang tetangga, rekan kerja maupun senior di bangku pendidikan.
Seperti halnya yang dialami oleh puluhan gadis yang menjadi korban pemerkosaan senior di sekolahnya. Dilansir dari Suara.com, diketahui jika pelaku tersebut bernama Ahmed Bassam Zaki. Ia merupakan seorang pria asal Mesir yang sempat trending di twitter karena kasus pemerkosaan yang dilakukannya.
Kejadian tersebut mulanya diketahui saat salah seorang korbannya memposting hal yang ia alami di di grup Facebook informal kampusnya, 'Rate AUC Professors'. Pada postingan tahun 2018 lalu tersebut ia mengaku telah diperkosa oleh sang senior.
Ternyata unggahan sang wanita mendapat banyak komentar hingga membuat heboh. Hingga para korban lain beramai-ramai mengaku jika mereka juga pernah mendapatkan hal yang sama dari Zaki. Korbannya tak hanya 1,2 tapi puluhan gadis lainnya.
Karena berita ini sangat menghebohkan, postingan tersebut sempat dihapus oleh admin grup. Walau telah dihapus, postingan tersebut masih tetap berlanjut dengan munculnya tagar Mee Too.
Mulanya Zaki merima sebuah tuduhan pemerkosaan pada 2016 lalu saat menjadi senior di American International School (AIS) di Kairo, sebelum memulai studi di American University in Cairo (AUC).
Begitu kabar tersebut beredar, pihak AIS mendapat banyak email yang berisi tuntutan dan penjelasan atas kasus Zaki. Mereka mengklaim AIS kurang tegas dalam hal ini. Sementara itu, staf AIS mengakui kegagalan mereka.
Baca juga: Punya 60 Catatan Kriminal, Anggota Gangster Ini Disergap di Kuil
Setelah ditelusuri ternyata Zaki menggunakan banyak taktik untuk menarik korbannya.
Bahkan para korban bekerjasama untuk mengumpulkan semua bukti perbuatan tak senonoh miliknya di akun bernama @assaultpolice.
Kebanyakan pelaku menggunakan modus yang mengajak korbannya dengan alasan pertemuan kelompok.