Padangkita.com - Tim peneliti dari The Netherlands Cancer Institute berhasil menemukan organ baru di tenggorokan manusia. Organ tersebut juga miliki manfaat yang cukup besar dalam ilmu kedokteran.
Hal itu lantaran organ tersebut dianggap dapat mengoptimalisasi terapi radiasi bagi pasien kanker. Berdasaran penjelasan dari akun Instagram @narasinewsroom, organ itu yakni Kelenjar Ludah Tubarial.
Para peneliti menjelaskan bahwa organ baru di tenggorokan itu miliki ukuran sekitar 3,9 cm di area Nasofaring. Kelenjar Ludah Tubarial memiliki fungsi untuk melumasi dan melembabkan tenggorokan bagian atas, belakang hidung dan mulut.
Tentu saja penemuan tersebut berhasil mengejutkan publik. Pasalnya, selama tiga abad lamanya hanya ada tiga jenis kelenjar di tubuh manusia yang diketahui. Kelenjar tersebut terletak di dekat telinga, di bawah rahang, di bawah lidah.
Organ baru di tenggorokan itu berhasil ditemukan para peneliti di The Netherlands Cancer Institute karena tak sengaja. Ketika itu, mereka tengah melakukan penelitian terhadap sel kanker prostat.
Dalam proses penelitian tersebut, alat PSMA PET-CT ternyata mendeteksi adanya jaringan kelenjar ludah baru di area tenggorokan. Untuk memastikan hal tersebut, akhirnya para peneliti melakukan pemeriksaan terhadap 100 pasien.
Dari 100 pasien yang diteliti, 99 di antaranya merupakan laki-laki. Hal itu dimaksudkan untuk meneliti kanker prostat. Berdasarkan hasil penelitian itu seluruh pasien memiliki kelenjar ludah Tubarial.
Penemuan itu sangat penting untuk pengengobatan kanker. Sebab, terapi radiasi dapat dilakukan dengan tidak mengarahkan ke kelenjar-kelenjar lain.
Hal itu lantaran terapi kanker dengan radiasi dapat merusak kelenjar ludah dan berakibat pada komplikasi. Misalnya, kesulitan makan, menelan, atau berbicara.
Setelah melakukan analisi pada 723 pasien, ditemukan bahwa semakin banyak radiasi yang diterima pasien di area kelenjar, maka akan banyak efek samping yang berpotensi terjadi.
Lantaran hal itu para ilmuan mencari cara terbaik untuk menghindari kelenjar baru ini saat melakukan terapi.
Baca juga: Penemuan Mumi Wanita di Chile Bikin Geger, Kenakan Pakaian Beracun
Menurut Ahli Onkologi Radiasi Wouter Vogel, jika berhasil mengatasi hal itu besar kemungkinan efek samping yang di timbulkan akan lebih sedikit. Hal ini juga bermanfaat bagi para pasien yang telah menjalani pengobatan kanker. [*/Prt]