Berita viral terbaru: Agnes Chow, aktivis sekaligus pendiri partai pro-demokrasi Demosisto yang dijuluki sebagai ‘The Real Mulan’.
Padangkita.com - Mulan merupakan tokoh legenda perempuan asal China yang pernah digarap ulang oleh Disney. Film tersebut menceritakan tentang perjuangan seorang anak perempuan yang nekat maju ke medan perang demi menyelamatkan rakyatnya.
Meski dikenal sebagai legenda dan karakter dalam Disney, belum lama ini seorang wanita di Hong Kong mendapat julukan ‘The Real Mulan’ atau Mulan di kehidupan nyata. Wanita tersebut adalah Agnes Chow seorang aktivis sekaligus pendiri partai pro-demokrasi Demosisto.
Dilansir BBC pada Rabu (12/8/2020), Para pendukun Chow menobatkan wanita itu sebagai Mulan karena perjuangannya. Perempuan berusia 24 tahun itu dinilai sangat gigih menyerukan reformasi demokrasi. Bahkan aktivis muda itu juga ikut dalam bentrokan dengan polisi untuk menyampaikan suaranya.
Sejak berusia 15 tahun, Chow telah terjun ke dunia politik. Ia tergabung dalam gerakan yang dipelopori oleh anak-anak muda untuk memprotes rencana menerapan "pendidikan moral dan nasional" di sekolah-sekolah umum.
Program pendidikan itu dinilai akan melanggengkan sistem pemerintahan yang semakin keras dan otoriter. Aksi protes tersebut akhirnya membuahkan hasil, sehingga program pemerintah itu dibatalkan.
Tidak hanya itu, Chow juga pernah ikut dalam aksi protes lain. Kala itu, ia melakukan aksi setelah bertemu dengan Joshua Wong. Chow dan rekannya kemudian mendirikan sebuah ‘Gerakan Payung’.
Gerakan tersebut merupakan sebuah rangkaian protes selama 79 hari dengan duduk. Mereka menuntut agar rakyat Hong Kong dapat memilih pemimpin secara demokratis.
Aksi Chow lambat laun mulai mendapat perhatian publik. Banyak anak muda yang ikut terjun ke dunia politik setelah terinspirasi dengan kegigihan Chow. Pada tahun 2016, Chow dan rekannya Wong akhirnya mendirikan partai pro-demokrasi yang diberi nama Demosisto.
Saking pedulinya Chow terhadap kepentingan rakyat Hong Kong, pada tahun 2018 Chow memutuskan untuk melepas status kewarganegaraan Inggris miliknya.
Hal itu ia lakukan hanya untuk bisa maju dalam pemilihan lokal. Ia juga menunda ujian akhir di bangku perguruan tinggi untuk bisa melakukan hal tersebut.
Baca juga: Terkuaknya Identitas Bocah yang Disebut Mirip Rafathar
Namun sayang, pencalonan Chow akhirnya ditolak. Hal itu karena Chow dianggap sebagai pendukung reformasi. Meski begitu, Chow tetap memilih tinggal di Hong Kong dan melanjutkan aksi bersama rekan-rekannya.
Pada Agustus 2019 lalu, Chow ditangkap oleh kepolisian setempat karena terlibat dalam protes besar-besaran di Hong Kong. Saat itu, ia melakukan protes untuk menentang RUU ekstradisi.