Berita viral dan trending: pria ini telah memiliki 150 orang anak selama pandemi virus corona
Padangkita.com - Berbulan-bulan berkurung di rumah karena pandemi membuat tingkat kelahiran yang tidak direncanakan melonjak tinggi.
Tidak hanya itu 47 perempuan disebut tidak mengakses layanan kontrasepsi selama pandemi corona. Bahkan ada seorang pria yang menghamili 10 wanita selama pandemi Covid-19.
Pria itu bernama Joe diketahui telah berusia 50 tahun ini tinggal di negara bagian Vermont, Amerika Serikat.
Sepanjang 2020 ia mengaku telah memiliki 150 orang anak setelah menghamili wanita yang ditemuinya saat bepergian ke seluruh Inggris.
Sekarang Joe sedang berbahagia karena tengah menunggu kabar tiga orang wanita yang dihamilinya akan melahirkan anak-anaknya pada tahun 2021.
Joe merasa kabar tersebut merupakan hadiah natal yang terbaik selama hidupnya.
"Sangat menyenangkan mendengar berita bahwa tiga wanita yang saya temui selama saya di Inggris sekarang hamil.
"Tidak ada hadiah Natal yang lebih baik dari itu."
Joe pun merasa bahagia dapat membantu wanita-wanita yang ditemuinya untuk dapat memiliki anak. Selama dirinya mengembara di Ilford, Timur Laut London, dirinya telah bertemu 15 wanita.
"Membantu wanita menciptakan anugerah kehidupan adalah hadiah terbaik dari semuanya, saya selalu siap untuk menuruni cerobong asap itu dan memberi wanita bayi impian yang selalu mereka inginkan," ucap Joe.
"Sejak tiba di Inggris pada bulan September, saya telah bertemu dengan sekitar 15 wanita," sambungnya.
Joe pun mengaku dirinya pertama kali mulai mendonorkan mani ke wanita-wanita yang ditemui sejak 2008. Joe memiliki alasan tersendiri atas apa yang dilakukannya.
Menurutnya dengan menyumbangkan mani secara langsung lebih baik dari pada program bayi tabung yang tengah banyak dilakukan.
"Saya mulai mendonorkan mani pada 2008 dan menjadi ayah dari rata-rata 10 anak per tahun, ucapnya.
"Saya percaya mani pribadi lebih aman daripada bayi tabung di klinik, karena pengambilan sel telur untuk bayi tabung adalah prosedur pembedahan dengan efek samping yang parah, seperti sindrom hiper-stimulasi ovulasi," pungkas Joe.