Berita viral terbaru: Gak banyak yang tahu, tujuh film Indonesia yang punya rating bagus ini ternyata menuai banyak kontroversi. Banyak yang gak sesuai dengan ekspetasi penonton.
Padangkita.com - Indonesia tercatat sebagai negara yang memproduksi banyak film dengan berbagai genre yang berbeda. Mulai dari romance, komedi, hingga horror sekalipun.
Kendati demikian, di antara banyaknya judul film yang telah tayang, ada beberapa film yang justru tuai banyak protes dari penonton. Bahkan dari pihak tertentu menyebut bahwa beberapa dari film mengandung banyak kontroversi.
Padahal film-film tersebut memiliki rating bagus, bahkan ada yang disebut baal jadi film terbaik Indonesia.
Baca juga: 10 Artis Cantik Asal Korea Ini Punya Tinggi Badannya di Atas Rata-rata
Mau tahu film apa saja yang punya rating bagus, tapi banyak diprotes penonton Indonesia? Berikut ulasannya dirangkum dari berbagai sumber.
Perempuan Berkalung Sorban (2009)
Hanung Bramantyo memang terkenal sebagai sutradara yang berhasil menghasilkan film-film berkualitas. Film buatannya pun jarang sekali yang tidak sukses di layar kaca tanah air.
Namun, salah satu filmnya yaitu Wanita Berkalung Sorban menuai banyak kontroversial. Kisah yang digambarkan dalam film ini dianggap oleh beberapa kalangan memiliki dampak yang menyesatkan dan dapat menyebarkan fitnah terhadap agama Islam. Salah satu tokoh yang paling vokal memprotes film ini adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Mustafa Yaqub.
5 cm (2012)
Film yang diangkat dari novel berjudul sama ini bisa dikatakan cukup sukses dan banyak disukai oleh para penonton. Selain dibintangi oleh artis-artis terkenal, cerita tentang hubungan persahabatan dalam film ini bikin penonton baper.
Sayangnya, film yang bercerita tentang 5 sahabat melakukan pendakian Gunung Semeru ini juga menerima banyak protes, terutama oleh para penggiat alam.
Film ini dianggap gak menggambarkan proses pendakian Gunung Semeru dengan realistis. Banyak juga yang beranggapan bahwa film ini membuat banyak orang penasaran untuk mendaki gunung, dengan pengetahuan yang gak cukup sehingga merugikan alam.
Soekarno (2013)
Film yang berkisah tentang kehidupan presiden pertama Indonesia ini menjadi film yang penuh dengan kontroversi. Sebelum filmnya dirilis, banyak masyarakat yang menunggu film yang mengisahkan tentang presiden pertama Republik Indonesia ini.
Namun, ketika film ini tayang, Rachmawati Soekarnoputri selaku anak dari Bung Karno memprotesnya. Rachma menilai pemilihan Ario Bayu sebagai pemeran Presiden Pertama Republik Indonesia tersebut kurang cocok.
Menurut Rachma, Anjasmara lah yang cocok menjadi sosok Bung Karno dari film karya Hanung Bramantyo ini. Selain itu, ada juga pihak lain yang memprotes karena beberapa penggambaran tokoh dan kejadian dirasa gak sesuai dan melenceng dari sejarah.
DreadOut (2014)
Film yang diadaptasi dari game horor Indonesia ini, mendapat kritikan dari para penonton karena gak memenuhi ekspektasi mereka.
Horor yang ditampilkan pada film Dreadout ini kurang terasa dan justru gak menyeramkan menurut penonton. Bahkan dinilai sangat berbeda dengan yang ada di dalam game DreadOut aslinya yang kental dengan kesan horor dan menegangkan.
Menanggapi hal itu, Kimo Stamboel yang biasa memproduksi film berutal dan berdarah-darah mengatakan bahwa tim produksi harus "mengerem" kesan horor pada film ini karena permintaan produser agar film horor ini masuk dalan klasifikasi 17 tahun ke atas.
Naura dan Genk Juara (2017)
Film musikal anak-anak ini sempat mendapatkan protes keras dari beberapa orang melalui media sosial. Penampilan dan kalimat-kalimat yang diucapkan tokoh antagonis dalam film ini seolah menggambarkan bahwa tokoh penjahat tersebut adalah seorang muslim. Oleh sebab itu, film ini dianggap mendiskreditkan agama Islam.
Bahkan terdapat petisi online yang meminta film ini dihentikan penayangannya. Namun petisi tersebut hanya berhasil mendapatkan 47.000 tanda tangan dari target 50.000 tanda tangan.
Ayat-ayat Cinta 2 (2017)
Film yang merupakan sekuel dari Ayat-ayat Cinta yang diangkat dari novel ini meski banyak ditunggu ternyata banyak juga yang protes.
Kontroversi pertama adalah pemeran-pemeran wanita yang dianggap terdapat unsur penghinaan terhadap cadar. Setelah film ini tayang, dari segi jumlah penonton film ini bisa dikategorikan sukses.
Namun, banyak sekali orang yang menangkap kejanggalan dalam film yang membuat cerita dalam film ini terkesan kurang realistis. Terdapat juga beberapa bagian cerita yang tidak sesuai dengan yang ada di buku dan justru membuat kejanggalan semakin terlihat.
Benyamin Biang Kerok (2018)
Jauh sebelum rilis, film ini sudah masuk deretan rekomendasi film wajib tonton di tahun 2018. Film yang digadang-gadang akan menjadi film terbaik Indonesia ini justru banyak diprotes oleh para penonton, terutama dari komunitas Perkumpulan Betawi.
Film ini dianggap menggambarkan tokoh Benyamin dengan tidak sesuai. Bahkan beberapa detail dalam film juga dianggap melanggar syarat yang diberikan oleh keluarga Benyamin Sueb. Jalan cerita yang ditampilkan pada film tersebut sama sekali kurang dipikirkan.
Melihat reaksi penonton dan banyaknya protes, film besutan Hanung Bramantyo yang rencananya akan tayang dalam dua part ini tidak diperbolehkan lagi menggunakan nama Benyamin pada judulnya. [*/Jly]