Padang, Padangkita.com - Pimpinan Umum Akurat.co, Afriadi meminta maaf kepada Calon Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Nasrul Abit atas pemberitaan yang disebutnya tidak memenuhi kaidah jurnalistik, bahkan cenderung bersifat fitnah.
Berita yang dimaksud berjudul "Salah Satu Cagub Sumbar Diisukan Keturunan PKI". Afriadi menyatakan telah mencabut berita tersebut pada Jumat (9/10/2020) atau tak lama setelah terbit di situs berita Akurat.co.
"Mohon maaf atas keteledoran awak redaksi," ujar Afriadi melalui pesan singkat, Minggu (18/10/2020) malam.
Meskipun begitu, hingga tadi pagi berita tersebut masih bisa diakses melalui fitur Google Accelerated Mobile Pages (AMP). "Ternyata (berita ini) masih ada di AMP Google. Anak IT telah koordinasi dengan Google agar berita bisa lenyap dari AMP," tuturnya.
Terkait masalah itu, Afriandi mempersilakan Nasrul ataupun Tim Pemenangan NA-IC dalam Pemilihan Gubernur Sumbar untuk mengirimkan klarifikasi dan hak jawab. Dia memastikan, hak jawab itu akan dimuat di Akurat.co.
Sekretaris Tim Pemenangan Nasrul Abit-Indra Catri, Hidayat, menyayangkan sikap redaksi Akurat.co yang tidak hati-hati dalam menjalankan fungsi jurnalistik.
Hidayat mengatakan, berita tentang keturunan PKI itu sangat merugikan karena sudah masuk dalam kategori pencemaran nama baik.
"Kita bisa saja mengadu ke Dewan Pers, bahkan ke polisi sekalipun karena berita ini bukan produk jurnalistik, tetapi sudah ada indikasi fitnahnya," kata mantan wartawan yang kini menjadi anggota DPRD Sumbar dari Fraksi Gerindra itu.
Menurut Hidayat, berita Akurat.co itu tidak memiliki narasumber. Penulisnya hanya membuat sumber berita berasal dari isu yang berkembang di masyarakat.
"Berita ini seperti opini recehan saja. Tidak ada sumber, tidak ada kutipan, tidak ‘cover both side’. Sayang sekali, padahal penulisnya tercatat sebagai redaktur pelaksana di media itu, seharusnya ia yang lebih mengerti soal kode etik jurnalistik," kata dia.
Baca juga: Cerita PKI Lokal Islamy dan PKI Baso yang Ditumpas Tentara Keamanan Rakyat
Hidayat berharap hal serupa tidak kembali terulang. Ia juga meminta tidak ada lagi pembunuhan karakter seseorang melalui berita yang tidak berdasar, apalagi jika berita tersebut merupakan pesanan politik untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. [*/Inf]