Berita Padang hari ini dan berita Sumbar hari ini: Sejak ia ditangkap, keluarganya tak pernah tahu di mana dan bagaimana nasib Eki.
Padang, Padangkita.com – Salah seorang yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror (AT) Mabes Polri di Gunung Pangilun, Kota Padang, pada 19 Maret 2021 adalah MRZ, 40 tahun alias Eki. Sejak ia ditangkap, keluarganya tak pernah tahu di mana dan bagaimana nasib Eki. Kini, keluarganya tengah berjuang untuk sekadar mengetahui nasib Eki.
Air mata Dewi Zilda tak terbendung tatkala menceritakan ulang kejadian yang dialami oleh sang adik, MRZ, yang hingga saat ini belum ada kabar pasca-ditangkap oleh Densus 88 Anti Teror.
Betapa tidak, adik yang sangat ia sayangi itu disangkakan tuduhan terlibat dalam aksi tindak pidana terorisme oleh polisi. Melalui sambungan wawancara virtual yang difasilitasi oleh kuasa hukumnya, Miko Kamal pada Kamis (8/4/2021), ia sekuat tenaga menahan air mata meski tangis pun pecah.
Kepada awak media, Dewi mengungkapkan, sang adik yang akrab disapa keluarga dengan Eki, merupakan pribadi yang baik dan tak banyak bicara.
Bukan itu saja yang membuat dirinya kaget begitu mengetahui sang adik dituding terlibat dalam aksi pidana terorisme atau kejahatan luar biasa itu. Pasca-Eki ditangkap, pihak keluarga sudah berupaya mencari tahu di mana keberadaannya. Namun tidak diketahui di mana dan bagaimana nasib adiknya tersebut.
Sejumlah upaya sudah dilakukan oleh keluarga didampingi pihak pengacara. Dimulai mendatangi Bidang Hubungan Masyarakat (Bid Humas) Mapolda Sumbar pada Senin (22/3/2021) atau selang tiga hari Eki ditangkap oleh pasukan elite Polri tersebut.
Bukannya informasi yang mereka dapatkan. Polisi menyarankan agar keluarga langsung menghadap ke Mabes Polri. Padahal, keluarga hanya ingin mengetahui kondisi anak bungsu dari lima bersaudara tersebut dan ingin memberinya bantuan hukum karena permasalahan yang tengah mendera Eki.
“Keluarga tidak tahu ada penangkapan itu, karena penangkapan adik saya itu ketika dia berada di gang sekitar rumah atau tidak di dalam rumah. Kami baru mengetahuinya setelah polisi melakukan penggeledahan di rumah kami di (Gunung Pangilun) pada sore harinya,” katanya.
Banyak hal yang mengganjal dan menjadi pertanyaan besar di kepala Dewi, termasuk keluarga yang lainnya. Dimulai dari ketidakpercayaan bahwa Eki terlibat dalam jaringan terorisme, kepribadian hingga sejumlah barang bukti yang disita petugas dari kediaman saat melakukan penggeledehan.
“Setahu saya Eki itu anaknya pendiam, dia tidak banyak bicara, termasuk ke kakaknya sendiri, ke saya juga begitu, Saya tidak tahu Eki terlibat apa dan kemungkinan dia terlibat dalam hal (terorisme) itu,” kata Dewi.
“Bahkan jika (ada) panah dijadikan barang bukti oleh polisi dan mengindikasikan Eki terlibat dalam aksi teror, saya pikir itu tidak benar. Karena panah itu seingat saya diberikan oleh suami saya sebagai suvenir yang diletakkan di rumah tua kami itu,” ujarnya.
Merawat Mama dan Papa
Dewi mengatakan, selama empat tahun belakangan, Eki merawat mama dan papanya yang sudah sakit-sakitan. Bahkan mirisnya, papa mereka sudah meninggal dunia pada Kamis (7/1/2021) lalu.

Kediaman R yang disebut terduga teroris di Jalan Rawa Sanur, RT 04, RW 07, Kelurahan Gunung Pangilun, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. [Foto: Aidil/Padangkita.com]
Saudaranya, sudah pergi jauh merantau ke luar Sumatra Barat (Sumbar) dan hanya Eki satu-satunya yang belum berkeluarga.
Dewi mengatakan, salah seorang saudaranya juga masih tinggal di kawasan Gunung Pangilun, namun tidak berada di rumah yang sama dan juga baru mengetahui penangkapan adiknya setelah sore hari saat polisi melakukan penggeledahan.
“Eki tidak bekerja, selama empat tahun ini orang tua kami sakit-sakitan, dia jadi anak satu-satunya fokus merawat mama dan papa dan harus diawasi selama 24 jam, sementara saya sendiri berada di Bogor, Jawa Barat (Jabar),” katanya.
Dewi menjelaskan, rumah keluarga besar mereka itu memang sempat dijadikan tempat kos-kosan, sebelum orang tua Eki sakit dan dipindahkan ke rumah tersebut.
Alumni MTsN dan MAN
Bagi Dewi, Eki merupakan adik yang baik dan menyayangi keluarga. Pria kelahiran 17 Oktober 1981 tersebut juga tidak pernah menunjukkan gelagat aneh jauh sebelum penangkapannya ataupun beberapa hari sebelum ia ditangkap polisi.
Eki memulai pendidikan di SD Baiturrahmah, kemudian MTsN Model Padang (sekarang MTsN 6) dan MAN 2 Padang. Dewi mengatakan, Eki merupakan tamatan dari pendidikan akhir pada rentang tahun 1996-1997.
Selepas dari sana, kata Dewi lagi, Eki sempat merantau ke Jakarta dan berdagang makanan, minuman kecil di Pasar Senen selama satu tahun. Namun, Dewi tidak menjelaskan secara detail, kapan adiknya tersebut berada di sana.
“Semasa itu, dia pernah tinggal juga di rumah saya di Bogor tiga hingga empat bulan, tidak ke mana-mana, tidak pernah ada teman dekat, hingga akhirnya dia kembali ke Padang dan menjaga papa dan mama kami,” kenangnya.
Dewi mengaku tidak tahu Eki terlibat apa dan kemungkinan bergabung dengan organisasi terlarang, seperti Front Pembela Islam (FPI). Kemungkinan itu, lanjut dia, sangat kecil karena perhatian sang adik yang dicurahkan sepenuhnya untuk sang mama.
Keluarga Hanya Ingin Bertemu
Dewi mengaku, pihak keluarga hanya ingin bertemu dengan Eki pasca-Densus 88 AT menangkapnya. Sejak 19 Maret 2021 itu, keluarga tak lagi mengetahui keberadaannya.
"Terakhir komunikasi dengan saya itu dua hari sebelum ia ditangkap, dia tak ada cerita apapun atau hal yang aneh-aneh, hanya cerita keadaan mama saja," katanya.
"Keluarga hanya ingin kejelasan untuk bertemu dengan Eki, dan informasi keberadaan dia, kami hanya ingin tahu kondisi dia apakah dia baik-baik saja," pungkasnya. [pkt]