Para Ahli Amerika: Virus Hanta bukan virus baru dan jarang menular ke sesama manusia.
Padangkita.com - Jagat raya kembali dibuat panik di tengah pandemi virus corona yang masih menghantui. Kepanikan tersebut muncul setelah media lokal China, Global Time melaporkan kasus kematian seorang warganya yang terinfeksi virus hanta.
Warganet riuh, cemas virus tersebut akan menular dengan cepat dan berujung menjadi pandemi seperti virus corona.
Namun, ahli di dunia kemudian mengimbau agar masyarakat dunia tidak panik, karena nyatanya virus hanta bukan virus baru dan jarang menular sesama manusia.
Lantas apa sebenarnya virus hanta yang sempat menjadi trending topic di media sosial itu?
Baca juga: Bukan Corona, Seorang Warga China Meninggal karena Virus Hanta
Virus dari Tikus
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan bahwa virus hanta merupakan keluarga virus yang menyebar dari tikus dan hewan pengerat sejenis yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia.
Virus tersebut dapat menyebabkan hantavirus pulmonary syndrome (HPS) dan demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS).
Penyakit ini tidak menyebar melalui udara dan hanya dapat menyebar ke manusia jika mereka bersentuhan dengan urin, tinja, dan air liur tikus dan lebih jarang dengan gigitan dari inang yang terinfeksi.
Selain itu, penularan kadang-kadang juga dapat berasal dari gigitan dari tikus yang terinfeksi.
Gejala Virus Hanta
Gejala virus hanta yang dirasakan pasien dengan penyakit hantavirus pulmonary syndrome (HPS) adalah seperti kelelahan, demam, dan nyeri otot, bersama dengan sakit kepala, pusing, kedinginan dan masalah perut.
Menurut CDC, jika penyakit ini tidak diobati segera, maka akan menyebabkan batuk dan sesak napas dan dapat berakibat fatal.
Tingkat kematian akibat HPS cukup tinggi yaitu sekitar 38 persen.
Gejala yang sama juga dirasakan pasien dengan penyakit demam berdarah dengan sindrom ginjal (HFRS), namun penyakit ini dapat menyebabkan tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut.
HPS tidak dapat ditularkan dari orang ke orang, penularan HFRS antar manusia pun sangat jarang.
Sesuai CDC, kontrol populasi hewan pengerat adalah strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus.
Pengobatan Penyakit Akibat Virus Hanta
CDC menyebut tidak ada perawatan khusus, penyembuhan, atau vaksin untuk infeksi hantavirus. Namun, pasien yang dinyatakan positif terinfeksi harus segera melakukan perawatan intensif, pasien diisolasi dan diberikan terapi oksigen untuk membantu mereka melalui periode kesulitan pernapasan yang parah.
Semakin awal pasien dibawa ke perawatan intensif, semakin baik. Jika seorang pasien mengalami kesusahan penuh, kecil kemungkinan perawatan akan efektif.
Virus Hanta bukan Kasus Baru
Seorang ilmuwan Swedia Dr. Sumaiya Shaikh mengatakan bahwa Virus hanta pertama kali muncul pada 1950-an dalam perang Amerika-Korea di Korea (sungai Hantan).
Sementara dalam catatan CDC, kasus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1993 di Amerika Serikat. Masyakarat saat itu belum mengetahui tentang apa kasus tersebut.
Sindrom paru Hantavirus menjadi "penyakit nasional" di AS pada tahun 1995, tetapi belum ada kasus yang diketahui menular antar manusia.
Pada 1 November 2012 National Park Service (NPS) mengumumkan total 10 kasus infeksi hantavirus pada pengunjung Taman Nasional Yosemite.
Tahun 2017, CDC membantu petugas kesehatan dalam menyelidiki wabah infeksi virus Seoul yang telah menginfeksi 17 orang di 7 negara. [*/try]
Baca berita terbaru hanya di Padangkita.com