Simpang Empat, Padangkita.com – Pandemi virus Corona atau Covid-19 belum jelas kapan selesainya. Begitu pula pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020, juga belum pasti bisa dilaksanakan akhir 2020 ini. Namun, persaingan antar-bakal calon (balon) bupati di Pasaman Barat (Pasbar) mulai memanas.
Hampir di setiap sudut kampung sudah berdiri baliho balon bupati. Semua seperti belomba menyapa warga Pasbar, mengenalkan diri untuk mendapat simpati. Syukur-syukur jika nanti benar-benar maju banyak warga yang memilih.
Panasnya persaingan itu dirasakan oleh Erick Hariyona, salah satu balon bupati. Dia mengaku tak bisa leluasa memasang baliho dirinya untuk bersosialisasi. Walau sudah mengantongi izin dari pemilik tanah, ada saja oknum yang melarang dia memasang baliho.
Menurut Erick, hal tidak mengenakkan itu dialaminya ketika mau memasang baliho di Nagari Rabijonggor, Kecamatan Gunung Tuleh.
"Kita menyayangkan, di era maju saat sekarang ini masih ada oknum yang bersaing tidak sehat dan menganggap kita ini sebagai musuh atau saingan. Padahal, niat kita baik yaitu untuk bersama-sama membangun Pasaman Barat," kata Erick ketika berbincang dengan Padangkita.com melalui telepon selulernya, Jumat (22/5/2020) sore.
Baca juga: Pengawasan Ketat, Jumlah Pelaku Perjalanan di Pasbar Berkurang
Ia menilai larangan memasang bailiho telah berlebihan dan merusak tujuan untuk meciptakan pilkada damai.
"Dengan adanya pelarangan pemasangan baliho ini, terbukti ada reaksi yang berlebihan dari pihak tertentu. Sementara kita mengupayakan pilkada aman dan damai demi tujuan yang sama yakni membangun daerah kita tercinta ini," lanjutnya.
Ia menyebut sikap larangan bagi orang yang ingin bersosialiasi sebagai sebuah penyakit.
"Jangan ‘baper’ berpolitik, politik itu persaudaraan, yang jelas saya hanya berpikir bagaimana membangun Pasaman Barat bukan menyulut perpecahan," ujar Erick.
Ia mengatakan, aksi seperti itu membuat malu dan cara berpolitik yang sangat buruk. Menurutnya, berpolitik itu adalah berbuat bersama-sama untuk masyarakat dengan menghadirkan solusi.
"Bukan main tukang pukul dan premanisme sperti itu. Sangat memalukan aksi seperti itu terjadi di depan masyarakat," keluhnya. [rom]