Badu Ata & Co, Perusahaan Orang Minang Pemilik Pasar Gadang

Sejarah Padang: Pasar Godeng atau Pasar Gadang Padang

Suasana Pasar Gadang sekitar tahun 1900. (Foto: KITLV)

Padang, Padangkita.com - Pasar pada masa kolonial merupakan milik pribadi ataupun perserikatan. Salah satu pasar terkemuka di Padang adalah Pasar Gadang.

Pasar Gadang didirikan oleh orang Minangkabau dan merupakan pusat bisnis penting. Pasar ini dimiliki oleh Badu Ata & Co, perusahaan pertama orang Minangkabau yang mengadopsi sistim Barat.

Hal di atas diungkapkan Sejarawan Dr Lindayanti, dalam Seminar Padang Lama dalam Perspektif Sejarah dan Masa Depan yang digelar dalam rangkaian Padang Multikutural Festival pada 6 Februari 2020.

Lindayanti memaparkan, pasar memiliki hubungan dengan pasar pribumi lainnya, yaitu Pasar Batipuh, Pasar Hilir dan Pasar Mudik. Letaknya yang strategis bagi pedagang-pedagang Minangkabau dari dataran tinggi.

Menurut Lindayanti, Badu Ata & Co memiliki pasar kedua di Belakang Tangsi dan berhasil berkembang dengan baik. Akan tetapi terbakar pada tahun 1882.

Selain pasar milik pribumi juga terdapat pasar-pasar yang dimiliki oleh orang Cina. Pada paruh kedua abad ke-19 kelompok pedagang Cina membuka pasar di kawasan Kampung Cina, yaitu Pasar Tanah Kongsi, akan tetapi pasar tidak berkembang.

Selanjutnya pedagang Cina lainnya, yaitu Gho Lam San membuka pasar di bekas pasar Badu Ata & Co yang terbakar, sedangkan Lie Saaij membuka pasar di lokasi Kampung Jawa dan dinamakan Pasar Kampung Jawa.

Kedua pasar tersebut berhasil berkembang akan tetapi pasar milik Gho Lam San terbakar dan berakhir dengan aset dijual kepada Goan Hoat.

Pasar milik Goan Hoat ini diberi nama Pasar Miskin. Hal ini disebabkan karena pasar menjual barang-barang dengan harga murah.

[jnews_carousel_1 show_nav="true" number_post="3" exclude_post="32218" include_category="30"]

Perubahan-perubahan kepemilikan ada penggabungan pengelolaan pasar, misalnya Pasar Kampung Jawa dan Pasar Miskin dikelola oleh NV. Goan Hoat.

Pada tahun 1928 pasar kembali terbakar sehingga NV Goan Hoat tidak berminat berinvestasi lagi dan diambil alih oleh Dewan Kotapraja.

Setelah VOC runtuh dan setelah silih berganti negara Eropa menguasai sementara kota Padang akhirnya melalui Traktat London Belanda kembali mendapatkan kembali Padang.

Pada masa itu aktivitas perdagangan telah beralih dari tanaman lada menjadi tanaman kopi maka wajah tepian Batang Arau dipenuhi bangunan gudang-gudang kopi milik Belanda dan sebagian milik pedagang Cina.

Selain itu juga terdapat kantor pemerintah, fasilitas militer dan bangunan pelabuhan.

Setelah perdagangan kopi menurun dan keberadaan Emmahaven aktivitas perdagangan meningkat.

Tepian Batang Arau berubah wajah dari Gudang-gudang kopi menjadi Kantor Pelabuhan, Kantor Pekerjaan Umum tingkat Distrik, Jawa Bank, hingga Kantor Pajak. (pk-04)


Baca artikel Sejarah lainnya hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Simulasi Evakuasi Bencana Minimal 1 Kali Setahun, Kogami Dorong Terbitnya Perwako
Simulasi Evakuasi Bencana Minimal 1 Kali Setahun, Kogami Dorong Terbitnya Perwako