Korban Penipuan First Travel itu Pedagang Telur Eceran

Korban Penipuan First Travel itu Pedagang Telur Eceran

Martini (71) salah satu jemaah First Travel yang gagal berangkat umrah (Foto: Aidil Sikumbang)

Lampiran Gambar

Martini (71) salah satu jemaah First Travel yang gagal berangkat umrah (Foto: Aidil Sikumbang)

Padangkita.com - Korban dugaan penipuan oleh biro perjalanan umrah First Travel Martini Mukti Sulaiman (71) ternyata berprofesi sebagai penjual telur puyuh eceran.

Menurut pengakuannya, dirinya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit uang dari penjualan telurnya untuk bisa berangkat menunaikan ibadah umrah ke rumah Allah di Makkah dan Madinah.

"Uang hasil keuntungan jual telur amak kumpulkan sedikit demi sedikit untuk bisa pergi umrah," katanya kepada Padangkita.com, Rabu (23/08/2017).

Baca juga:
Korban First Travel Bertambah, Warga Padang Kembali Jadi Korban
Video: Pengakuan Jemaah Korban Dugaan Penipuan First Travel

Telur yang dijualnya bukanlah telur dari hasil ternak milik pribadinya. Namun telur yang juga dia beli dari pedagang lain yang dikemas dan dijual kembali ke warung-warung yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Dalam sehari dia mengaku bisa mendapatkan pemasukan sebesar Rp50-60 ribu dan uang tersebutlah yang ditabungnya untuk rencana berangkat umrah.

"Dalam sehari amak bisa dapat Rp50-60 ribu, uang itulah yang amak tabung selama ini, selain itu juga ada kiriman dari anak dan cucu," katanya.

Dulunya dirinya sempat berternak sendiri, namun tidak dilanjutkan karena besarnya biaya perawatan dan mahalnya harga pakan ternak.

Martini Mukti Sulaiman mengumpulkan uang tersebut sendiri karena suaminya Zainuddin meninggal pada 2010 silam.

Martini menceritakan mengapa memilih First Travel sebagai biro perjalanan umrahnya. Menurutnya hal tersebut berdasarkan pengalaman rekannya yang terlebih dahulu berangkat menggunakan biro perjalanan tersebut.

"April 2016, ada teman katanya pergi umrah pakai First Travel, layanannya bagus makanya amak ikut," jelasnya.

Singkat cerita, Martini pun mendaftar diri kepada agen First Travel yang ada di Bukittinggi pada bulan Juni 2016. Awalnya Martini dijanjikan akan berangkat pada Januari 2017, namun kemudian diundur sampai 12 Mei 2017.

"Akhirnya 10 Mei agen meminta amak nambah 2.5 juta biar amak bisa segera berangkat. Tapi amak tidak punya uang. Tapi karena tidak pasti amak takut karena amak sudah pinjam uang dari tetangga," tambahnya.

Menurut Martini, Hingga kini dia telah membayar uang sebesar Rp16 juta dengan rincian Rp14.300.000 sekali, Rp500.000 sekali, setiap kali manasik bayar Rp100 ribu dan saat koper datang bayar Rp250.000, biaya pembuatan paspor dan suntik meningitis.

Hingga saat ini dirinya belum untuk melapor ke pihak kepolisian. Dirinya mengaku takut.

"Kalau ke polisi amak takut. Kita pernah koordinasi dengan agen, katanya agen bilang aja sabar. Kalau tidak jadi berangkat uangnya akan diganti paling lambat 90 hari kerja," katanya lagi.

Namun hingga kini janji tersebut tidak pernah terbukti. Martini Mukti Sulaiman bersama puluhab ribu calon jemaah umroh dari biro perjalanan First Travel hanya bisa pasrah dan berdoa.

Martini berharap uang yang dikumpulkannya dari penjualan telur puyuhnya selama ini bisa kembali agar dirinya bisa berangkat menunaikan ibadah ke tanah suci.

(Aidil Sikumbang)

Tag:

Baca Juga

Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Pesantren Ramadan di Padang Diluncurkan, Diikuti 87.304 Pelajar di 1.800 Masjid - Musala
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Terdata 670 TPS Liar di Padang, Hendri Septa sebut Kota Darurat Sampah
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Polresta Padang Musnahkan Lebih 18 Kilogram Ganja dan 174 Gram Sabu
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Forkopimda Padang Rumuskan Sanksi Pelaku Tawuran, Kapolresta Usul Pendidikan Semimiliter
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Sejarah Balai Kota Padang dari Masa ke Masa, dari Kawasan Muaro ke Aie Pacah
Simulasi Evakuasi Bencana Minimal 1 Kali Setahun, Kogami Dorong Terbitnya Perwako
Simulasi Evakuasi Bencana Minimal 1 Kali Setahun, Kogami Dorong Terbitnya Perwako