Dalam buku Sudarmoko juga dituliskan bahwa Tamar Djaja pernah memimpin majalah HPII Pahlawan Muda dan majalah PERMI Keris di Bukittinggi.
Untuk karya-karya fiksi Tamar Djaja juga merupakan tokoh yang sangat produktif. Tercatat sekitar selusin karya yang telah dihasilkannya selam hidupnya, sebut saja misalnya Journalist Alamsjah, Sebabnja saja bahagia…!, Si Bachil, Dari Desa ke Kota, Samora Gadis Toba, Iboe jang Loetjoe, dan Tersesat, Berontak!!!: Menentoekan Nasib yang terbit tahun 1940an dan 1950an.
Tamar Djaya juga seorang tokoh pergerakan. Dia aktif dalam gerakan pemuda dan partai politik, antara lain Himpunan Pemuda Islam Indonesia (HPII), partai politik Persatuan Muslim Indonesia (PERMI), dan menjadi anggota pengurus pusat kedua organisasi tersebut.
Tahun 1950 memimpin majalah Kursus Politik bersama M. Dalyono di Jakarta. Tahun 1950-1953 memimpin majalah Suara Partai Masjumi. Tahun 1953-1954 memimpin majalah Mimbar Agama dan majalah Penuntun, keduanya diterbitkan oleh Departemen Agama RI. Tahun 1957 memimpin majalah Daulah Islamiyah dan menjadi ketua umum Himpunan Pengarang Islam.
Baca juga:
Mengenang Pahlawan Sumatera Barat yang Tewas Akibat Siasat Licik Belanda, Siapa Dia?
Tahun 1968 dianugerahi oleh Pemerintah sebagai Perintis Kemerdekaan. Cukup jelas lewat karier dan kiprah literasinya di dunia kepenulisan bahwa Tamar Djaja adalah tipikal intelektual Minangkabau yang sesungguhnya: islami, nasionalis, sekaligus kosmopolit.
Tidak banyak informasi yang bisa digali dari tokoh Minang Tamar Djaya. Tamar Djaya lahir di Sungai Jariang, Bukittinggi, pada 12 Maret 1913 dan meninggal pada tahun 1984. Dia menempuh dan mengeyam pendidikan di kota tersebut hingga selesai.