Pisang Untuk Obat-obatan
Ayub Yekwam, Kepala Kampung Banfot, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, mengatakan bahwa buah pisang ini tidak dikonsumsi masyarakat setempat atau mereka konsekuensinya.
Hal itu lantaran biji banyak hingga kurang masuk. Warga biasanya menggunakan daun pisang ini untuk atap rumah darurat di hutan, alas duduk dan alas makanan. Sedangkan pelepah, katanya, untuk menyimpan hasil buruan atau hasil kebun.
Tim peneliti BP2LHK Manokwari menjumpai Musa ingens di Teluk Arguni, Kaimana.
Salah seorang warga Papua bernama Ayup, mengungkapkan bahwa buah pisang raksasa atau yang mereka sebut dalam bahasa lokal dengan ndowin atau apit sepoh ini tidak mereka konsumsi karena hanya pamali.
Mereka hanya digunakan untuk keperluan lain seperti obat-obatan. Ayup punya pisang ini di kebunnya.
“ Ndowin atau apit sepoh ini tidak bisa kami makan karena pamali. Kami biasa pake untuk obat atau buat dinding rumah begitu saja ” kata Yewen.
Yewen, warga Kampung Sikor mengatakan, orang yang makan seboh bisa dimakan namun banyak sekali biji. Menurut kepercayaan warga, untuk mengurangi.
Saat menebang tak boleh pakai parang, melainkan menikam batang tepat di bagian akar hingga roboh, barulah mulai mengambil buahnya. Pisang ini ada di kami punya tempat, Esyom, Muara Kali Ehrin.
Hadi Warsito, Richard Gatot Nugroho dan Pudja Mardi Utomo dari BP2LHK Manokwari mengatakan, pisang raksasa ini termasuk langka, belum ada budidaya karena belum diketahui pasti.
Baca Juga: Geger, Pohon Pisang Unik Berbuah Mirip Wanita Hamil
Menurut mereka, pisang raksasa ini tumbuh begitu saja tanpa budidaya. Keberadaan tumbuhan ini terancam kala pembangunan marak mengubah hutan jadi peruntukan lain. [*/win]