Terapkan Perang Jangka Panjang di Ukraina, Presiden Rusia Putin Ternyata Tiru Strategi Shalahuddin Al Ayyubi

Terapkan Perang Jangka Panjang di Ukraina, Presiden Rusia Putin Ternyata Tiru Strategi Shalahuddin Al Ayyubi

Asap mengepul dari lokasi kebakaran selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Kamis (7/4/2022). [Foto: REUTERS - Alexander Ermochenko] 

Jakarta, Padangkita.com - Sejak diinvansi awal Maret 2022 lalu, hingga hari ini, Kamis (28/4/2022) perang antara Ukraina vs Rusia sudah berlangsung selama 64 hari. Tak banyak pihak mengira perang di bekas negara pecahan Uni Soviet ini bakal berlangsung dalam waktu yang cukup panjang.

Pengamat terorisme, geopolitik dan geoekonomi asal Indonesia Mardigu Wowiek menilai, Presiden Rusia Vladimir Putin menerapkan taktik perang fase ke 4, yang diubah dari rencana awalnya penaklukan Ukraina menjadi menantang hegemoni dunia.

Lewat kanal Youtube @Bossman Mardigu miliknya, pria yang akrab disapa Bossman ini menerangkan, melihat perang Ukraina yang secara berita meredup, kemudian ditutup dengan berita Shanghai dan 23 Kota di Tiongkok terpapar gelombang ke 4 Virus Covid-19, dimana disisi dunia mulai menganggap Corona sebagai  endemic seperti flu karena obat-obatan dan vaksin produk big farma sudah berhasil kampanye jualannya.

"Sehingga walau banyak yang terpapar, obat barang dagangan sudah aman jualannya. Pasar sudah tercipta, suplay big farma sudah tersedia, orang-orang pejabat pemerintah di berbagai negara dunia sudah sudah dipegang semua oleh big farma, kampanye tak perlu lagi masif seperti dua tahun belakangan ini," ujar dia dalam narasinya, dikutip Padangkita.co, Kamis (28/4/2022).

Bossman melanjutkan, perang adalah hal yang sangat cair, sangat dinamis dan tidak ada cara atau metode yang benar tepat seperti diatas kertas ketika rencana dibuat. Di tengahnya banyak improvisasi yang dilakukan," jelas dia.

Terang dia, memang pada fase pertama Rusia mencoba menaklukkan 100 persen wilayah Ukraina, mengusir 10 juta penduduk Ukraina dengan serangan kilat ke Kota Kiev dan mengganti pemimpin negara itu dengan yang lebih pro Rusia. Kemudian Ukraina akan referendum masuk sebagai negara federasi Rusia.

Serangan diluncurkan sejak 24 Februari namun hingga 8 Maret tetap tidak bisa masuk ke Kiev padahal telah dimasukkan elit divisi 2 dan 3 Rusia yang dikirim. Namun pasukan ini tidak juga menembus kota-kota besar di utara Ukraina. Karena gagal, kemudian rencana diubah menjadi strategi bumi hangus ala Aleppo di Suriah, agar Ukraina menyerah, namun hal itu tak juga terjadi.

Selanjutnya pada fase 3 sekitar tanggal 28 Maret seluruh pasukan di utara Ukraina ditarik mundur, difokuskan ke kota-kota besar pertahanan terkuat dari Ukraina di sisi timur dan selatan. Mereka hanya menurunkan pasukan di wilayah yang banyak keturunan Rusia -nya.

"Secara capaian militer Rusia berhasil menaklukan 20 persen wilayah Ukraina dan ini kemenangan mutlak, namun di 80 persen wilayah belum banyak kemajuan. Apakah Rusia masih mau maju mengambil seluruh wilayah Ukraina? Ini kita lihat di fase ke 4 yang hari ini ke-60an mulai dilakukan," ujar Mardigu.

Dia menilai, taktik perang yang dilakukan di fase ke 4 ini oleh Putin, Rusia mengepung dan tidak menyerang frontal namun perlahan, dia mengistirahatkan tentara utama dan dirotasi tentara kedua.

"Setelah kopassus masuk, saat ini kostrad yang masuk, tidak terlalu military agresif, tetapi mempertahankan kepungan ala strategi Shalahuddin Al Ayyubi mengepung Yerusalem di Perang Sabil. Tujuannya adalah membuat rakyat Ukraina kelaparan dan mengungsi ke barat," ujar dia.

Dengan strategi ini Putin memaksa Nato, sekutu dan barat memberi makan seluruh orang Ukraina. Putin membuka saluran kemanusiaan yang membuat setengah dari pengungsi mengalir ke Eropa, membiarkan orang Eropa memberi makan setengah dari Ukraina dan setengah sisa orang masih di kota yang terkepung menunggu penyelamatan dari pihak barat.

Di sisi sebelah barat Ukraina sudah menerima penduduk sisi timur Ukraina, dan yang dari barat sudah 10 juta orang yang keluar ke Polandia, Rumania, Slovakia, Hungaria yang sangat kurang persedian makanan, minuman, tempat tinggal dan obat-obatan. Lalu di sisi barat Ukraina sudah kekurangan makanan dan minyak untuk listrik, karena semua orang tidak memproduksi kebutuhan perdagangan lagi. Hal ini membuat puluhan juta orang Ukraina bergantung pada negara-negara barat untuk makan dan minum.

Menurut perhitungan intelijen pertahanan strategi Putin ini bisa merobohkan Eropa barat, kira-kira dalam 1,5 tahun ke depan. Tanpa meluncurkan rudal, Putin akan membuat Eropa barat, Nato dan sekutunya berada dalam kebangrutan.

"Fase ke 4 ini Putin mengepung," jelas Mardigu.

Dia juga mengungkapkan, ketika perang terjadi di Ukraina terjadi secara perang militer, ternyata ada perang lain di udara, yaitu perang narasi di media dan sosial media. Menurut dia hal ini biasa dan disebut dengan information war atau perang informasi.

Baca Juga: Peringatan Serius Menkeu Sri Mulyani: Konflik Rusia–Ukraina Pengaruhi APBN

"Sama dengan di Indonesia, masa kampanye masih lama  untuk menjadi pejabat puncak di perpolitikkan Pilpres masih 1,5 tahun. Namun di media sudah terjadi perang," tutup dia. [isr]

Baca Juga

Bertemu Ketua Parlemen Ukraina, Puan Dorong Perdamaian dengan Rusia
Bertemu Ketua Parlemen Ukraina, Puan Dorong Perdamaian dengan Rusia
Di Tengah Perang: Kapal Gandum Pertama Ukraina Berlayar di Bawah Kesepakatan Rusia
Di Tengah Perang: Kapal Gandum Pertama Ukraina Berlayar di Bawah Kesepakatan Rusia
Misi Perdamaian Berlanjut, Usai ke Ukraina Jokowi Temui Presiden Rusia Vladimir Putin Siang Ini
Misi Perdamaian Berlanjut, Usai ke Ukraina Jokowi Temui Presiden Rusia Vladimir Putin Siang Ini
Dituding Sebar Ujaran Kebencian, Setelah Facebook Rusia Kini Blokir Instagram 
Dituding Sebar Ujaran Kebencian, Setelah Facebook Rusia Kini Blokir Instagram 
Nah Lo.. Presiden Ukraina Kini Kecam NATO
Nah Lo.. Presiden Ukraina Kini Kecam NATO
Menlu Retno Sebut 99 WNI telah Dievakuasi Keluar dari Ukraina
Menlu Retno Sebut 99 WNI telah Dievakuasi Keluar dari Ukraina