Padangkita.com - Ranah Performing Arts Company (Ranah PAC) dari Padang akan menampilkan pertunjukan Mite Kudeta pada helat Payakumbuh Botuang Festival (PBF)2017. Direktur Artistik Ranah S Metron mengatakan Mite Kudeta adalah sebuah bentuk pembacaan yang lain tentang kaba Cindua Mato.
Mite Kudeta, kata Metron, adalah sebuah upaya untuk mencoba mencari bentuk baru dalam pengucapannya. Ini terwujud dalam bentuk eksplorasi pada gerak dan bunyi yang dimaksimalkan. Gerak dan bunyi dilahirkan dari akar budaya Minagkabau. Sejalan dengan ini wacana juga digali dari teks-teks Minangkabau kemudian dibocorkan agar menemukan teks-teks baru.
"Dalam sebuah penelitian, ada 33 versi dan variasi Kaba Cindua Mato di Minangkabau. Ini versi dan variasi ke-34," ujar Metron saat dijumpai Selasa (21/11/2017) di Sekretariat PBF, Payakumbuh.
Mite Kudeta telah digarap sejak 2015. Dalam kurun waktu dua tahun ini pertujukan ini telah tampil dalam berbagai panggung. Perdana dipentaskan di KABA Festival 2 di Padang pada 2015. Lalu, kembali dipentaskan pada KABA Festival IV. Beberapa waktu lalu Mite Kudeta dipentaskan di TIM Jakarta pada Minangkabau Culture and Art Festival di GBBJ TIM Jakarta.
Dalam rentang waktu dua tahun tersebut, pertunjukan ini terus mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan-perubahan ini menjadi bukti bahwa eksplorasi terus dilakukan. Kemungkinan-kemungkinan artistik baru terus dikaji untuk meningkatkan mutu pertunjukan.
"Satu pertunjukan bisa terus berkembang dari waktu-waktu. Ini yang dilakukan pada Mite Kudeta. Pertunjukan mengalami perubahan, hal yang membuatnya menjadi makin menarik untuk disaksikan," kata Direktur Artistik Ranah PAC ini.
Mite Kudeta akan tampil pada 1 Desember nanti di panggung PBF 2017 yang berlokasi di Panorama Ampangan Kanagarian Aua Kuniang Kecamatan Payakumbuh Selatan. Ranah PAC didirikan di Padang pada 2007 dengan nama awal Ranah Teater. Nama ini kemudian berkembang menjadi Ranah Performing Arts Company yang pertama kali diperkenalkan pada KABA Festival 2015.
Ranah PAC diundang dengan alasan keterkaitan dengan tema bambu pada PBF 2017. “Pada beberapa grup kami mencoba mendorong untuk mempergunakan bambu. Baik sebagai alat atau eksplorasi bunyi,” ujar Dede Pramayoza, kurator PBF. (*)