Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Kawasan TWA Air Putih dengan Jembatan Kelok Sembilan atau Jembatan Kelok 9 yang menghubungkan Sumbar dan Riau. [Foto: Dok. Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR]

4. Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Sago Melintang

Lampiran Gambar

Kawasan TWA Gunung Sago Melintang seperti negeri di atas asan. [Foto: Dok. BKSDA Sumbar]

Fungsi kawasan ditetapakan melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.596/Menlhk/ Setjen/PLA.2/8/2016 tanggal 3 Agustus 2016 dengan luas 5.269,01 hektare.

Kawasan ini dulunya berfungsi KSA/ KPA yang ditunjuk pertama kali melalui Keputusan Menteri Pertanian No.623/ Kpts/Um/8/82 tanggal 22 Agustus 1982 yang didasarkan rekomendasi Gubernur KDH Tk. I Sumatra Barat No.471/ VI/BAPPEDA-78 tanggal 12 Juni 1978. Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam Kabupaten Tanah Datar (1.854,38 Ha/ 35,2%) dan Kabupaten Limapuluh Kota (3.414,63 Ha/ 64,8%).

Sedang secara geografis kawasan ini terletak pada posisi 100° 43’ 0.009” BT hingga 100° 37’ 0.057” BT 00° dan 17’ 0.040” LS hingga 00° 22’ 0.012” LS. Menurut wilayah pengelolaan KSDA, kawasan ini dikelola bersama oleh Seksi KSDA Wilayah I Pasaman dan Seksi KSDA Wilayah II Tanah Datar.

Mengamati peta situasinya, kawasan ini berbatasan dengan areal penggunaan lain sebagai berikut; sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Situjuah Padang Laweh, sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Banjar Sari Kecamatan Sago Halaban, sebelah Utara berbatasan dengan nagari Sungai Kamunyang Kabupaten Limapuluh Kota, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lintau Buo.

Aksessibilitas kawasan ini terletak sekitar 15 km arah Selatan Kota Payakumbuh dan sekitar 35 km arah Selatan Kota Batusangkar.

Untuk mencapai kawasan ini relatif cukup mudah karena sarana jalan yang ada telah cukup baik, bahkan di beberapa daerah terdapat jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda 4. 

Topografi kawasan terdiri dari punggung-punggung gunung yang sangat terjal dengan ketinggian minimum kawasan dari permukaan laut terukur 800 m dpl dengan ketingginan maksimum mencapai 2.262 m dpl (Gunung Malintang).

Jenis tanah di kawasan ini dapat dideskripsikan sebagai jenis tanah yang banyak dipengaruhi oleh gunung berapi, merupakan lapisan pedsolik yang baik untuk jenis tanaman keras dan tanaman semusim, jenis tanah terdiri dari; tanah aluvial di dataran rendah sepanjang sungai dengan ketinggian mencapai 1.000 m dpl, sering juga disebut tanah endapan atau relant deposits yang belum mengalami perkembangan fosil yang baik, berwarna keabu-abuan sampai ke coklat-coklatan, tekstur tanah liat atau liat berpasir.

Tanah pedosolik, memiliki lapisan tanah dangkal (40 – 100 cm), warna cokelat kekuning-kuningan, tekstur pasir sedang sampai kasar, tanah cukup peka terhadap erosi karena daya menahan air yang jelek.

Kompleks podsolik merah kuning, cokelat dan latosol, dengan lapisan tanah dalam (90 – 180 cm), batas-batas antara horizon yang nyata, warna kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan, tekstur lempung berliat, konsistensinya adalah gembur di bagian atas (top soil) dan tegakan di lapisan bawah (sub soil).

Tanah latosol, lapisan tanah yang dalam (1,3 – 5 m) dengan batas antara horizon tidak jelas, warna latosol merah, cokelat hingga kekuning-kuningan. Tekstur tanah liat, semakin merah semakin keras. Umumnya terletak di ketinggian sampai 1.000 dpl, dengan bentuk wilayah yang berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung, dan Brown forerst soil, memiliki lapisan yang cukup tebal (100 – 125 cm), tanah berwarna hitam, kelabu hingga cokelat tua, tekstur debu lempung, daya menahan air cukup peka dengan permenbilitas tanah cepat.

Bagian kawasan yang berada di kabupaten Tanah Datar formasi geologinya terdiri dari batuan kapur rendzina atau tanah batu kapur abu-abu, pada lereng yang tidak terlalu curam biasanya berwarna kehitaman atau abu-abu gelap sementara pada lereng-lereng yang sangat curam tanah sangat tipis berwarna abu-abu pucat.

Sebagian besar tanah pada lereng yang curam struktur tanahnya belum sempurna, hal ini karena terjadinya pencampuran yang terus menerus dari tanah dan hewan tanah yang jumlahnya cukup banyak di daerah ini.

Tipe iklim kawasan menurut pembagian iklim oleh Schimdt dan Ferguson dikategorikan sebagai iklim tipe A dengan curah hujan rata-rata tahunan 1.700 – 2.500 mm, sedang temperatur menurut celsius berkisar antara 200 sampai 270.

Di kawasan ini mengalir beberapa sungai yang menjadi sumber air bagi masyarakat daerah sekitarnya untuk kepentingan, pertanian, perternakan, perikanan, kebutuhan sehari-hari hingga wisata pemandian. Beberapa aktifitas pemanfaatan air yang diketahui antara lain adalah penampungan air milik PT. PDAM Kabupaten Limapuluh Kota.

Potensi wisata alam kawasan ini antara lain adalah wisata alam pendakian dan berkemah yang pada beberapa daerah telah ada terutama di daerah Kabupaten Limapuluh Kota. Terdapat jalur yang bisa dijadikan tracking untuk sampai ke puncak gunung, track pendakian di kawasan ini relatif lebih mudah dicapai.

Beberapa daerah tertentu di kawasan ini memiliki view keindahan alam, pemadangan wisata alam yang ditawarkan adalah pemandangan kota Payakumbuh pada waktu pagi maupun malam hari. Di sekitar kawasan juga terdapat lokasi wisata pemandian, seperti pemandian batang tabik yang cukup populer di tingkat lokal dan adanya event-event wisata juga sering dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi ataupun kabupaten

5. Taman Wisata Alam (TWA) Lembah Harau

Lampiran Gambar

Kawasan Taman Wsata Alam (TWA) Lembah Harau terlihat dari atas. [Foto: Dok. BKSDA Sumbar]

Taman Wisata Lembah Harau ditunjuk sebagai alih fungsi dari kawasan CA Lembah Harau melalui Keputusan Menteri Pertanian No.478/kpts/Um/8/1979 tanggal 3 Agustus 1979, dengan luas 27,5 hektare.

Perubahan fungsi dari kawasan cagar alam tersebut dilatarbelakangi oleh adanya potensi wisata yang dapat dimanfaatkan pada kawasan cagar alam, yaitu berupa pemandangan yang indah dan wisata pemandian. Batas kawasan sepanjang 12.016 m telah ditata batas temu gelang.

Kawasan TWA Lembah Harau relatif mudah dikunjungi, kawasan ini berdekatan dengan ruas jalan negara Bukittinggi – Pekanbaru, dengan kondisi jalan beraspal. Kawasan ini berjarak sekitar 6 km dari Sarilamak (Ibu Kota Kabupaten Limapuluh Kota), sekitar 10 km dari Tanjung Pati, dan sekitar 134 km dari Kota Padang.

Kawasan ini merupakan tipe vegetasi primer hutan hujan tropis pegunungan yang memiliki keanekaragaman jenis flora antara lain famili Lauraceae, Myrtaceae, Gurtaceae, Guttiferae dan Dipterocarpaceae, jenis anggrek dan kantong semar.

Fauna yang dapat dijumpai antara lain; Kambing hutan, siamang, rusa, tapir dan burung kuau. Karena luasannya yang relatif kecil dan tingginya aktivitas di dalam kawasan, informasi fauna yang ada merupakan catatan dari perjumpaan satwa yang melintas di dalam kawasan.

Dari Rencana Pengembangan Kegiatan Wisata di TWA Lembah Harau (2003), potensi wisata alam yang terdapat di kawasan TWA Lembah Harau antara lain adalah:

  1. Tebing-tebing curam yang secara alam menjadi pembatas kawasan merupakan fenomena alam yang menarik baik secara estetika maupun pemanfaatan lain seperti olahraga panjang tebing;
  2. Terdapat 7 buah air terjun di kawasan dengan latar belakang tebing-tebing curam, antara lain adalah air terjun Akar Berayun, Serasah Bunta, Serasah Air Luluih;
  3. Goa-goa dan celah-celah alami di antara tebing-tebing dan panorama; 4. Monumen peninggalan Pemerintah Hindia Belanda di sekitar lokasi air terjun Serasah Bonta;
  4. Tebing echo, terdiri dari 2 tebing yang saling berhadapan dan dapat memantulkan suara dan menimbulkan gaung yang cukup lama;
  5. Hutan hujan tropis yang terdapat di dalam kawasan merupakan salah satu objek wisata alam yang sekaligus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian;
  6. Keberadaan Taman Margasatwa Lembah Harau yang berdekatan dengan kawasan, taman margasatwa ini memiliki koleksi jenis satwa liar antara lain jenis burung dan Kijang. Mulai tahun 2012, rute Tour de Singkarak (event tahunan pariwisata internasional di Sumatra Barat) mengikutsertakan kawasan ini sebagai salah satu rute lintasan perlombaan, hal ini dinilai mampu menjadi sarana promosi positif untuk peningkatan pengunjung ke kawasan ini
Halaman:

Baca Juga

Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi