Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Kawasan TWA Air Putih dengan Jembatan Kelok Sembilan atau Jembatan Kelok 9 yang menghubungkan Sumbar dan Riau. [Foto: Dok. Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR]

2. Taman Wisata Alam (TWA) Batang Pangean I

Lampiran Gambar

Kawasan TWA Batang Pangean I. [Foto: Dok. BKSDA Sumbar]

Kawasan Batang Pangean I ditetapkan sebagai kawasan TWA berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.603/Menlhk/Setjen/PLA.2/8/2016 tanggal 3 Agustus 2016 dengan luas 14.288,36 hektare.

Kawasan ini dulunya merupakan KSA/KPA dengan nama yang sama dan pertama kali ditunjuk sebagai kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 623/ Kpts/Um/8/82 tanggal 22 Agustus 1982.

Secara administratif kawasan TWA Batang Pangean I terletak di Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat (Sumbar), khususnya di Kecamatan Kamang Baru, Tanjung Gadang dan Sijunjung. Kawasan TWA Batang Pangean I berada pada posisi geografis 101° 21’ 0.038” BT hingga 101° 06’ 0.051” BT dan 00° 41’ 0.012” LS hingga 00° 53’ 0.012” LS.

Kawasan ini termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah III Sawahlunto/Sijunjung, dan dikelola oleh Resort KSDA Sijunjung. Batas kawasan TWA Batang Pangean I adalah; sebelah Utara berbatasan dengan hutan lindung Sijunjung dan areal penggunaan lain, bagian Timur berbatasan dengan CA Batang Pangean II, areal penggunaan lain dan Kecamatan Tanjung Gadang.

Kemudian, bagian Selatan berbatasan dengan Hutan Lindung dan Desa Kiliran Jao, bagian Barat berbatasan dengan areal pemanfaatan lain dan Desa Kunangan dan Galogah. Kawasan ini berada di kiri jalan Lintas Sumatra dari arah Solok menuju Kiliran Jao. Berdasarkan perhitungan planimetris, TWA Batang Pangean I ini memiliki batas sepanjang 119,90 km yang belum seluruhnya ditata batas temu gelang.

Topografi kawasan ini terdiri dari punggung-punggung gunung yang sangat terjal terorientasi di atas batuan granit berbukit, bergelombang dan berbukit-bukit rendah dan terjal. Kemiringan kawasan > 60% dengan aplitudo >300 m.

Pada kawasan terdapat 4 kelompok bentang darat, antara lain; daerah bergunung-gunung dan berbukit-bukit, daerah berbukit-bukit kapur, daerah bergelombang dengan torehan di atas permukaan bumi dan daerah dataran dan teras sungai.

Berdasarkan sistem Soil Taksonomy (USDA, 1975), Pusat Penelitian Tanah dan FAO/UNESCO (1974), jenis tanah dan klasifikasi kepekaan erosi wilayah ini sebagian besar terdiri dari dystroped, tropodults, tpopertens yang tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai lahan budi daya tanaman semusim, melainkan lebih cocok untuk dijadikan perhutanan dengan orientasi konservasi tanah.

Struktur tanah lapisan atas dan bawah agak halus, solum tanah agak dangkal, kesuburan tanah rendah, kejenuhan basa rendah, kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan alumunium tinggi dan keasaman tanah tinggi.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson TWA Batang Pangean I termasuk tipe A dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun. Pada tahun 1997 jumlah ratarata bulan kering berkisar 0 bulan dan jumlah rata-rata bulan basah berkisar 10 bulan sedangkan suhu rataratanya berkisar 270 C.

Berdasarkan letak, ketinggian, unsur iklim dan vegetasinya, ekosistem kawasan ini diklasifikasikan ke dalam tipe ekosistem hutan hujan campuran non dipterocarpaceae. Vegetasi kawasan ini, sesuai ketinggian tempatnya terbagi menjadi hutan daratan rendah, hutan sub montana, hutan montane dan hutan sub-alpine.

Potensi flora yang terdapat pada kawasan TWA ini sangat beranekaragam, dan banyak ditumbuhi oleh jenis yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain dari keluarga Dipterocarpaceae. Jenis-jenis flora yang ada pada kawasan ini seperti Meranti Katuba (Hopea dryobalanop), Laban (Vitex pubescens), Bintangur (Callophylum sp), Paning-paning, Kalumpang (Sterculia cordata), Resak (Vatica rasak), dan jenis lainnya.

Pengamatan mengenai keberadaan fauna yang terdapat pada kawasan ini tidak dapat dilakukan seperti halnya pengamatan yang dilakukan terhadap flora, tetapi untuk mengetahui keberadaan jenis fauna yang terdapat pada kawasan tersebut lebih kepada pengamatan jejak, suara serta keterangan-keterangan yang diperoleh dari masyarakat sekitar kawasan.

Di mana dari keterangan-keterangan tersebut dapat diperoleh informasi bahwa fauna yang terdapat dalam kawasan ini antara lain; Harimau (Panthera tigris sumatrensis), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Siamang (Hylobates sindactylus), Simpai (Presbites melalops), Tapir (Tapirus indicus), dan Ungko (Hylobates agilis).

Kemudian, Kijang (Muntiacus muncak), Kancil (Tragulus javanicus), Kera (Macaca fascicularis), Musang (Paradoxurus hermaproditis), Babi (Sus scrofa).

Sedangkan untuk jenis fauna burung antara lain; Kuau (Argusianus argus), Taguak-taguak (Chrysolaptes lucidus), Sawai (Dicrurusaeneus), Murai Batu (Copsychus malabicus), Elang (Accipiter sp), Enggang (Bucerros rhinoceros), Kikiak (Anthrococeros malayunis), Punai (Thereron fulri), Murai Daun (Rhipidulaereola), dan Baki (Crininger ochraceus).

TWA Batang Pangean I mencakup 3 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Sijunjung, Kecamatan Tanjung Gadang dan Kecamatan Kamang Baru. Sedangkan untuk Nagari yang berada di sekitar kawasan antara lain; Nagari Solok ambah, Nagari Tanjung Gadang, Nagari Tanjung Lolo, Nagari Sungai lansek, Nagari Siaur, Nagari Muaro Takung, Nagari Kamang baru, Nagari Kunangan, Nagari Aie Amo, Nagari Sungai Betung, Nagari Maloro dan Nagari Paru.

Pada umumnya masyarakat nagari tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani sawah dan perkebunan sehingga tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan sangat tinggi, hal ini dapat menyebabkan keberadaan kawasan ini menjadi rentan terhadap gangguan dan konflik kepentingan dengan masyarakat setempat menjadi sangat besar.

3. Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Marapi

Lampiran Gambar

Tim BKSDA Sumbar di puncak Gunung Marapi. [Foto: Dok. BKSDA Sumbar]

TWA Gunung Marapi telah dikelola sebagai kawasan hutan sejak zaman penjajahan Belanda. Kemungkinan kawasan ini dikelola sebagai kawasan hutan karena pertimbangan kondisi alam dan kepentingan perlindungan terhadap Gunung Marapi.

Penetapan fungsi kawasan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.599/ Menlhk/Setjen/PLA.2/8/2016 Tanggal 3 Agustus 2016 dengan luas 8.009,74 hektare.

Sebelumnya kawasan ini berfungsi sebagai KSA/KPA berdasarkan rekomendasi Gubernur KDH Tingkat I Sumatra Barat sesuai dengan surat No. 471/VI/ BAPPEDA-78 tanggal 12 Juni 1978 tentang cadangan Cagar Alam yang terdiri dari 10 lokasi.

TWA Gunung Marapi terdiri dari Gunung Marapi yang masih aktif dengan ketinggian 2.891,3 m dpl. Gunung ini merupakan gunung api tipe A yang teraktif di Pulau Sumatra, termasuk dalam rangkaian pegunungan Bukit Barisan pada jalur Barat Laut – Tenggara.

Pada gunung ini terdapat beberapa kaldera antara lain adalah Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun Bungo, Kapundan Bungsu, Kawah Verbeek atau Kapundan Tangah. Kawasan ini termasuk iklim dengan tipe A dengan rata- rata curah hujan tiap tahun 2.743 mm/tahun.

Seperti laiknya kawasan gunung berapi, topografi daerah ini sebagai didominasi oleh kemiringan curam dan sangat curam. Data yang ada menunjukkan jenis tanah di kawasan ini terdiri dari andosol, podsolik merah kuning, sedangkan dari data kelas tanah, jenis tanah di kawasan ini didominasi oleh jenis andosol yang termasuk peka terhadap erosi.

Ekosistem kawasan ini terdiri formasi hutan dataran rendah, hutan sub montana, hutan montana dan hutan sub-alpina. Data dari kegiatan Eksplorasi dan Penelitian Flora Gunung Merapi oleh LIPI (kini Badan Riset dan Inovasi Nasional/BRIN) pada tahun 2011 menyebutkan jenis tanaman bawah di kawasan ini didominasi oleh jenis Herba.

Lima jenis yang memiliki INP tertinggi adalah Ophiorrhiza sp (INP 18,87), Elatostema sp (INP 13,13), Syzgium sp (INP 10,48), Dryopteris sp (INP 6,56), dan Cyrtandra sp (INP 6,38).

Sedangkan untuk tegakan jenis pohon yang ditemukan di kawasan didominasi oleh jenis Macropanax sp, Villebrunea sp, Castanopsis javanica, Ficus sp, dan Syzgiup sp.

Selain jenis tanaman yang dominan tersebut di atas, di kawasan TWA Gunung Marapi ini dapat ditemui jenis tanaman antara lain adalah Binting (Bigchoffia javanica), Medang (Litsea sp), Menambang (Vernonia arborea), Sapek (Macaranga sp), Kemenyan (Styrak sp), Rasamala (Althingia exselsa), Cemara Gunung (Casuarina junghuniana).

Jenis fauna yang ada antara lain Siamang (Hylobates syndactylus), Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrensis), Kambing Hutan (Caprinonis sumatrensis), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Ayam Hutan (Gallus gallus), Babi Hutan (Sus scrofa), dan lain-lain. Jenis burung yang terdapat didalam kawasan yaitu jenis Burung Punai (Treron sp).

Halaman:

Baca Juga

Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi