Kedokteran nuklir merupakan salah satu spesialisasi medis dalam dunia kedokteran, cabang radiologi yang menggunakan radioaktif untuk mengobati penyakit.
Dalam praktiknya, kedokteran nuklir merupakan spesialisasi medis penerapan zat radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Spesialis kedokteran nuklir biasanya melakukan pemindaian.
Menurut National Institute of Biomedical Imaging and Bioengineering, kedokteran nuklir spesialisasi medis yang menggunakan pelacak radioaktif (radiofarmasi) untuk mengecek fungsi tubuh, mendiagnosis, dan mengobati penyakit. Kamera dirancang khusus untuk membantu dokter mencari jalur pelacak radioaktif ini.
Pelacak radioaktif terdiri atas molekul pembawa yang terikat erat pada atom radioaktif. Molekul ini sangat bervariasi tergantung pada tujuan pemindaian. Beberapa pelacak menggunakan molekul yang berinteraksi dengan protein atau gula tertentu dalam tubuh, bahkan dapat menggunakan sel pasien.
Pencitraan kedokteran nuklir menggunakan sejumlah kecil bahan radioaktif yang disebut radiotracers. Itu biasanya disuntikkan ke dalam aliran darah, dihirup, atau ditelan.
Sebagian besar studi diagnostik dalam kedokteran nuklir, pelacak radioaktif diberikan kepada pasien melalui injeksi intravena, inhalasi, konsumsi oral, atau dengan suntikan langsung ke dalam organ. Cara pemberian tracer tergantung proses penyakit yang akan dipelajari.
Kemudian, pencitraan kedokteran nuklir kombinasi dari berbagai disiplin ilmu, yaitu kimia, fisika, matematika, teknologi komputer. Cabang radiologi itu sering digunakan untuk membantu mendiagnosis dan mengobati kelainan sejak dini dalam perkembangan penyakit, seperti kanker tiroid.
Ada dua klasifikasi pencitraan umum dalam kedokteran nuklir, yakni Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) dan Positron Emission Tomography (PET scan).
Instrumen pencitraan SPECT memberikan gambar tiga dimensi (tomografi) dari distribusi molekul pelacak radioaktif yang telah dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Gambar tiga dimensi ini sebagai tampilan komputer yang dihasilkan dari sejumlah besar gambar proyeksi tubuh yang direkam pada sudut berbeda.
Pencitra SPECT memiliki detektor kamera gamma, ini bisa mendeteksi emisi sinar gamma dari pelacak yang telah disuntikkan ke pasien. Sinar gamma adalah bentuk cahaya bergerak pada panjang gelombang yang berbeda dari cahaya tampak. Kamera dipasang pada gantry berputar yang memungkinkan detektor dipindahkan dalam lingkaran ketat di sekitar pasien yang terbaring tak bergerak di atas palet.
Kemudian, pemindaian PET juga menggunakan radiofarmasi untuk membuat gambar tiga dimensi. Perbedaan utama antara pemindaian SPECT dan PET, penggunaan jenis pelacak radionya. Pemindaian SPECT mengukur sinar gamma, peluruhan radiotracer yang digunakan dengan pemindaian PET menghasilkan partikel kecil, positron.
Baca juga: Unand Kukuhkan 3 Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran, Ini Harapan Wamenkes
Positron adalah partikel massa yang kira-kira sama seperti elektron, tapi bermuatan berlawanan. Ini bereaksi elektron dalam tubuh. Ketika dua partikel bergabung, mereka saling memusnahkan.
Pemusnahan itu menghasilkan sejumlah kecil energi dalam bentuk dua foton yang melesat ke arah berlawanan. Detektor pemindai PET mengukur kedua foton ini dan menggunakan informasi itu untuk membuat gambar organ dalam. [*/pkt]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News