Beirut, Padangkita.com - Perdana Menteri Libanon Hassan Diab secara resmi mengumumkan mengundurkan diri di tengah aksi protes tak henti dari masyarakat setempat pasca ledakan di Pelabuhan Beirut.
"Saya menyatakan, hari ini adalah pengunduran diri pemerintah ini. Semoga Tuhan melindungi Lebanon," kata Diab, dilansir dari Aljazeera, Senin (10/8/2020).
Diab sangat mengecam ledakan yang terjadi pada 4 Agustus lalu itu. Ia menekankan kejahatan yang dilakukan oknum dalam ledakan tersebut adalah hasil dari korupsi yang "lebih besar dari negara"
Menurutnya, keputusan pengunduran diri tersebut diambil agar dirinya bisa berdiri bersama rakyat dan berjuang untuk perubahan bersama.
Presiden Libanon Michel Aoun pun dikabarkan telah menerima pengunduran diri Diab pada hari yang sama. Meski demikian, Aoun meminta pemerintah untuk tetap dalam kapasitas sebagai pengurus sampai kabinet baru dibentuk.
Ketegangan di Libanon terjadi usai ledakan besar yang telah menewaskan sedikitnya 200 orang dan 6.000 lainnya luka-luka.
Bencana yang disebabkan oleh amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut selama lebih dari enam tahun, telah menyulut kemarahan rakyat. Mereka ingin menjungkirbalikkan politik di negara yang sudah bergumul dengan krisis ekonomi besar.
Baca juga: Ledakan Beirut: 250 Ribu Orang Kehilangan Rumah, 5 Ribu Orang Cedera, dan 135 Orang Tewas
Kebanyakan orang Lebanon menyalahkan korupsi kepemimpinan mereka dan pengabaian atas ledakan tersebut, yang telah menyebabkan kerusakan hingga sekitar $ 15 miliar dan menyebabkan hampir 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Semakin hari pengunjuk rasa semakin ganas dan pasukan keamanan dinilai banyak melakukan kekerasan. Dilaporkan, sebanyak 728 orang terluka dan seorang petugas polisi tewas di tengah aksi protes tak berujung itu. [*/try]