Padangkita.com - Salat Idul Fitri 1438 H di Kabupaten Solok dipusatkan di GOR Batu Batupang, Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung, Minggu (25/6/2017). Ribuan orang mengikuti salat dengan khidmat di tengah mendung yang memayungi.
Di samping salat, ada banyak pesan yang mengemuka dari khatib hingga pejabat setempat.
Bupati Solok Gusmal yang didapuk ke atas mimbar, berpesan soal evaluasi dari puasa tempo hari serta ibadahnya seperti tarawih.
Menurutnya, masyarakat telah menyelenggarakan tarawih, tapi ada hal yang sudah ditinggalkan yakni tadarus di malam hari.
"Orang mengatakan tadarus itu menghapus Alquran dari musafnya, tapi memindahkan ke dalam hati dan pikiran kita, dan membawa perubahan ke sikap kita. Karena kita tahu, Alquran banyak kandungannya," ungkap Gusmal.
Dikatakan Gusmal, semua hal ada d Alquran. Ilmu apa pun, apakah itu ilmu pemerintahan, ilmu administrasi, ilmu ekonomi.
Di hari fitri ini, dia minta warga Solok terus bersama-sama menjalankan program Pemerintah Solok seperti matikan televisi dari Magrib hingga Isya, dan memilih mengaji di rumah maupun di masjid atau surau.
Dia juga berpesan, penyantunan anak yatim tidak berhenti kala ramadan saja, tapi hendaknya terus berlanjut.
"Kita prlu evaluasi diri, untuk berzakat mal, harta, pendapatan. Ini rangkanya membantu anak yatim," ujarnya.
Salat id di GOR Batu Batupang diimani oleh Ardinal. Sementara khatib oleh Masri Mansyur, akademisi dari UIN Jakarta.
Usai salah id, Masri yang naik ke atas mimbar sebagai khatib menyebutkan, penyakit sekarang bukan karena kelaparan, tapi faktor makanan dan minuman.
Menurutnya, tujuan puasa, agar diluar ramadan dapat mengendalikan diri.
"Berlatih diri bersabar, jujur, empati, dan bertanggungjawab," tukasnya.
Fitrah, kata Masri, bukan hanya kepada Allah tapi juga manusia.
"Orang bertaqwa menjalankan hidup dengan ikhlas, memberi solusi, memegang prinsip seperti, kalau tidak perlu berkata, memilih diam," jelasnya.
Dia juga mengkritik maraknya prilaku korupsi saat ini.
Berdasarkan data yang ada, sebut Masri 30 persen dari anggaran negara tiap tahun yang berkisar Rp.600 triliun, di korupsi. Padahal bisa menuntaskan angka kemiskinan yang berkisar 31 juta jiwa.
"Banyak tindakan korupsi ini, artinya belum menghayati kejujuran dari nilai-nilai puasa. Kejujuran semakin menipis di bangsa ini," pungkasnya.
Dia juga berpesan, puasa juga mengajarkan disiplin. Sehingga, kedepannya hidup seharusnya lebih disiplin.