Beijing, Padangkita.com - Sejak kasus pertama virus corona dilaporkan akhir tahun lalu, perkembangan virus di dunia kemudian terjadi begitu pesat. Saat ini, setidaknya sudah 50 negara yang positif terinfeksi virus corona.
Seiring merebaknya virus corona di berbagai belahan dunia, kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap masker pun meningkat berkali lipat.
Permintaan ini mengakibatkan kelangkaan masker di dunia, ditambah lagi China sebagai produsen masker terbesar di dunia harus menutup pabrik mereka beberapa waktu lalu dalam upaya pencegahan penyebaran corona.
Akibat kebutuhan dan permintaan masker yang kian meningkat, dikutip dari hearld.co.zw, Pemerintah China dengan cepat mengeluarkan kebijakan untuk mendorong lebih banyak perusahaan beralih ke produksi masker, termasuk pengurangan pajak dan dukungan keuangan.
Sejak 1 Januari hingga 7 Februari, lebih dari 3.000 perusahaan di Cina mulai memproduksi masker, pakaian pelindung, desinfektan, termometer, dan peralatan medis.
Baca juga: Perkembangan Virus Corona di Beberapa Negara yang Makin Meresahkan
Sebuah perusahaan di Guangzhou mengubah mesin inspeksi kualitas produk elektronik menjadi mesin produksi masker otomatis penuh. Salah satu mesin ini dapat menghasilkan lebih dari 150.000 masker per hari.
Provinsi Fujian direncanakan memproduksi 20 juta masker per hari. Diprediksi bahwa Tiongkok dapat memproduksi 180 juta masker per hari pada akhir Februari.
Ketika kabar virus corona pecah Desember 2019 lalu, semua pabrik di China ditutup, namun sejak kebijakan peningkatan produksi masker dikeluarkan pemerintah setempat, kapasitas produksi masker kembali ke 40 persen dalam seminggu.
Produksi terus meningkat ke 60 persen pada 2 Februari, dan 94 persen pada 11 Februari, ini berarti produksi masker melebihi 20 juta per hari, sama dengan 240 masker per detik.
Masker adalah produk yang sangat berharga di seluruh dunia. Dengan caranya sendiri, pemerintah Cina dengan cepat meningkatkan produksi selama masa-masa khusus.
Pemerintah telah menetapkan mekanisme koordinasi di perusahaan-perusahaan besar untuk membantu menyelesaikan masalah peningkatan produksi masker ini. BUMN setempat pun ikut memimpin dalam memproduksi masker terlepas dari biaya dan menjaga harga asli.
Masker dibuat dengan bahan yang disebut polypropylene. Output tahunan bahan tersebut adalah 950.000 ton, yang berarti 200 miliar masker.
Bahan baku ini sebagian besar bersumber dari badan usaha milik negara (BUMN) seperti Sinopec, PetroChina dan CNOOC. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka menghasilkan 24 jam per hari dan berkomitmen untuk tidak menaikkan harga. (*/try).