Padangkita.com - Lahan untuk mengembangkan industri kreatif khususnya di bidang perfilman, khususnya film-film pendek di Sumatera Barat masih sangat terbuka luas. Hal ini disampaikan oleh sutradara film "Pemuda (Bukan) Sampah" Arjuna Nusantara.
Hingga tulisan ini diturunkan, film "Pemuda (Bukan) Sampah" tersebut di Facebook telah ditonton sebanyhak 5.345.811 kali dan telah dibagikan sebanyak 93.293 kali.
Arjuna mengatakan Sumatera Barat memiliki banyak sumber daya manusia yang mumpuni untuk mewujudkan hal tersebut. Karena menurutnya di Sumatera Barat memiliki sejumlah perguruan tinggi yang memiliki jurusan di bidang tersebut, salah satunya Intitut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
"Saya pikir telah banyak mahasiswa di Sumatera Barat yang memiliki karya yang bagus-bagus, namun sayang, hanya berakhir sebagai tugas kuliah saja," katanya kepada Padangkita.com, Minggu (05/11/2017).
Menurutnya, dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Saat ini orang-orang berlomba-lomba menciptakan beragam konten dan mencari perhatian publik.
Selain itu, untuk menciptakan sebuah karya atau konten yang bagus tidak dibutuhkan peralatan yang mahal dan lengkap. Yang dibutuhkan adalah kreatifitas dan semangat untuk bisa menghadirkan karya yang berkualitas.
Dia menjelaskan banyak orang yang memiliki peralatan yang bagus, terbaru, dan dengan harga yang mahal namun gagal menciptakan karya yang bagus, hal ini menurutnya karena kurangnya kreatifitas dan ide yang mereka miliki.
"Jujur saja, sebenarnya untuk menciptakan karya atau konten yang bagus bukan tergantung pada alat, tetapi pada kreatifitas," jelasnya.
Secara gamblang Arjuna menceritakan, film "Hoax" yang diproduksi sebelumnya hanya menggunakan satu kamera DSLR Canon 60D dan Clip on serta tripod. Bahkan, dalam memproduksi film tersebut dirinya hanya mengajak satu temannya saja untuk menjadi
kru.
Para pemain dalam film tersebut pun bukan orang-orang yang pernah profesional atau pernah bersentuhan dengan dunia film. Namun dirinya bersyukur film tersebut dapat diterima dengan baik olah publik.
Dia membayangkan bahwa para kreator-kreator muda di Sumatera Barat terus mengasah kemampuan dan terus berkarya. Jangan pernah merasa puas dengan capaian didapat saat ini.
Selain itu, ke depannya diharapkan muncul film-film lain karya anak muda Ranah Minang yang diangkat dari ke arifan lokal yang sesuai dengan kondisi ke kinian.
"Saya membayangkan media sosial film-film pendek karya anak Indonesia memenuhi setiap lini masa media sosial yang ada. Khususnya dari pemuda Sumatera Barat," harapannya.
Dirinya juga menjelaskan proses pengerjaan film pendek "Pemuda (Bukan) Sampah" yang merupakan film keduanya tersebut. Film tersebut menghabiskan 1 hari untuk pembuatan naskah, pemilihan lokasi selama 1 hari, pengambilan gambar selama 2 hari dan edit gambar selama 2 hari.
Dia berharap generasi muda Sumatera Barat, khususnya di Dharmasraya untuk bisa berpikir luas dan maju. Mereka diharapkan bisa memanfaatkan potensi yang ada dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
"Kita boleh tinggal di kampung, tapi pemikiran jangan kampungan," pungkasnya.