Padangkita.com - Kawasan Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh kembali menjadi saksi digelarnya pertunjukan seni dan budaya Minangkabau, yang bertajuk Pasa Harau Art & Culture Festival. Iven ini berlangsung pada 25 hingga 27 Agustus 2017.
Menurut anggota Dewan Pasa Harau, Bayu Vesky, sejak dimulai tahun lalu, iven pariwisata ini sudah masuk dalam bidikan sejumlah daftar biro perjalanan wisata mancanegara, serta satu dari 31 festival yang direkomendasikan Kementerian Pariwisata, lewat Festival Indonesia Festival atau Fest in Fest 2017, atau sejajar dengan Solo International Performing Arts, Dieng Festival, Lima Gunung Festival, Sandeq Rase Festival Bahari Mandar, Borobudur Writer, serta Art Jogja.
Berbeda dengan tahun lalu, Pasa Harau Art & Culture Festival 2017 akan menampilkan dua puluhan peristiwa dan atraksi budaya. Diperkirakan jumlah pengunjung mencapai 4000 orang.
“ Seperti manjek karambia (memanjat kelapa), budaya serabutan anak nagari yang menurut kita biasa-biasa saja, kini menjadi penyumbang dollar bagi masyarakat lokal. Turis-turis yang tiba dari benua berbeda, girang melihat aksi yang terasa ‘istimewa’ ini “ ujar Bayu kepada Padangkita.com, Kamis (3/7/2017).
Selain menyaksikan atraksi unik itu, pengunjung Pasa Harau juga bisa menyaksikan Silek Lanyah, atau bersilat di dalam sawah, Pacu Itiak, Randai, bermain layangan, bertanam padi, buru babi, hingga menikmati ragam kuliner daerah seperti kopi kawa.
“ Untuk minum kawa ini, panitia bersama Pemkab Limapuluh Kota, berencana akan menembus rekor MURI. Sebanyak 1.001 orang meminum kawa daun di sepanjang jalan “ ungkap Bayu.
Bayu menambahkan, panitia juga menyiapkan rumah – rumah penduduk untuk wisatawan lokal dan mancanegara yang datang. Ia menjanjikan rumah yang dipilih sudah terjaga kebersihannya.
“ Nah, paket menginap di rumah penduduk inilah yang dibayar oleh wisatawan lokal dan mancanegara. patennya, makanan sehari-hari yang dimakan penduduk, itu pula yang dimakan turis. Dampak ekonominya terasa mengena “ ujarnya.
Kehadiran Pasa Harau Art & Culture Festival juga merupakan upaya para penggeraknya untuk mewujudkan Harau Menuju Dunia, yaitu program pariwisata sejak 2016. Menurut Bayu, meski Harau punya banyak keunggulan, seperti alam dan budaya, namun justru tidak tercatat di dalam destinasi pengembangan wisata Nasional.