Rasanya hari-hari kini, orang sudah merasa asing atau tak pernah dengar kata yang satu ini: parena.
Karena, kata yang artinya sejenis dengan kata “parena” sangat banyak. Jika diartikan juga ke bahasa Indonesia, kata parena bisa berarti bersenang-senang, pesiar, jalan-jalan, raun-raun atau terkait dengan sesuatu hal yang sifatnya refreshing.
Kecenderungan arti katanya adalah pada “kesenangan”, membuang suntuk atau menerahkan pikiran dan hati dengan menikmati suasana alam atau objek wisata misalnya. Sisi positif dalam artian “bersenang” dipunyai oleh kata “parena’ ini.
Orang tua dulu di Ranah Minang, mengaku menabung, agar bisa pergi “parena”. Karena itu, anak-anak di zaman lalu, mengumpulkan uang dari menyisihkan jajan, untuk bersenang-senang. Pergi “jalan-jalan” istilah mereka (sekarang masih ada yang menyebut jalan-jalan).
Terasa menarik kita dengar jika dia menyebut “Pai parena lai, parena lai, pitih lah banyak (ayo pergi pesiar lagi, uang sudah banyak)”. Itu artinya, kalau uang banyak, saku berisi lebih, pergi parena adalah perkara bagai membalik telapak tangan.
Ke mana saja orang “berparena” atau pergi jalan-jalan? Orang awak, kebanyakan ke objek wisata. Mereka menyebut “pai parena ke Danau Maninjau, Ngalau Indah, Singkarak, Lembah Anai, Pantai Padang dan lainnya”.
Dengan menyadari “parena” itu penting, terasa memberi makan bagi pikiran yang kalut, hati yang galau, maka orang sekarang banyak menyisihkan atau membelanjakan uangnya untuk membeli tiket “jalan-jalan” ke berbagai kota atau daerah wisata yang dianggap bisa memberi kesenangan. Karena itu, parena menjadi kuat artinya sebagai “bersenang-senang”.
Di zaman sekarang, kalangan kelas menengah, adalah mereka yang sudah bisa disebut kalangan suka “parena”, berpergian dengan hati senang agar pulang pun mendapatkan kesenangan hati yang luar biasa. Makanya, saat ini, objek wisata kuliner, alam, budaya serta spiritual, ramai diminati manusia. Itu bagian dari laku “parena” manusia.
Mereka sesungguhnya memaknai hidup, bukan untuk kaya, menyimpan uang banyak, tetapi untuk bisa menikmati sesuatu yang disenangi, antara lain “parena”, yaitu berekreasi, berjalan-jalan sembari mengisi pikiran dan hati dengan hal-hal yang memberi kedamaian. Intinya yaitu tadi: bersenang-senang; parena.
Saat ini, orang mencari uang, bekerja dengan gaji tinggi, serta banyak juga yang bisnis sampingan mencari tambahan keuangan, antara lain berupaya keras agar ada sisi hidup yang bisa dinimati dengan “bersenang-senang”. Memaknai kata “jalan-jalan” atau “parena” ini, setidaknya kita bisa mendapatkan pemahaman, ketika kebutuhan pokok seseorang itu sudah terpenuhi, maka ia akan mencari bentuk dan nilai baru yang kelak akan memberi nilai atau makna bagi umat manusia. Maka, banyaklah yang suka “parena”.
Kini, kata “parena” hanya terdapat dalam Kamus Minangkabau-Indonesia terbitan Balai Bahasa Padang, Artinya, persis seperti yang terpapar di atas. Berpikir soal “bersenang-senang”, “pesiar”, “jalan-jalan”, sekarang banyak perusahaan menyediakan paket “jalan-jalan”. Baik dalam negeri, luar negeri, dan lainnya, dikemas sebagai paket yang inting untuk menyenangkan hati, sesuai dengan artian “parena”.
Baca juga: A/a
Memang, agar hidup tidak terasa monoton, kaku, begitu-begitu saja, diperlukan penyegaran. Penyegaran inilah yang disebut dengan pai atau melakukan “parena”. Maka, di hari libur sebelum menyerang negeri, khususnya, kita banyak melihat bus-bus, bandara-bandara, serta objek wisata penuh oleh mereka yang memfokuskan dirinya untuk bersenang-senang. Di sinilah, kata “parena” bisa kita artikan, kesenangan itu menarik, karena itu mari berparena. Yuk Bro! (*)
Penulis: Yusrizal KW, dikenal sebagai penulis cerita pendek dan telah melahirkan tiga buku kumpulan cerpen. Pernah menjabat Redaktur Budaya Harian Padang Ekspres 2005 – 2020.