Padangkita.com - Menjadi pengusaha itu harus berani mengambil resiko, berani mengambil bidang yang kelihatan buruk untuk diperbaiki, serta tak takut melakukan kesalahan. Pesan itu disampaikan CEO Bukalapak, Achmad Zaky dan penulis trilogi ‘Negeri 5 Menara’ Ahmad Fuadi. Duo Zaky dan Fuadi memukau lebih dari 600 peserta Entreprenuers Wanted! #KSPGoestoSchool yang digelar Kantor Staf Presiden di Convention Hall Universitas Andalas, Rabu, (10/5/2017).
Achmad Zaky memaparkan, banyak sarjana, sekalipun dari kampus besar seperti dirinya, ternyata sulit mencari kerja “Bagus bagi kita untuk berwirausaha, tapi harus advanced. Jangan seperti penjual bakso, yang dari muda sampai tua terus jualan bakso saja,” kata Sarjana Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung ini.
Zaky berkisah, dulu ia percaya untuk memulai usaha pasti butuh modal besar, pengalaman dan punya teman orang kaya. “Saya membalik anggapan itu. Tak punya pengalaman, orangtua bukan pebisnis dan tak ada teman kaya,” kata pria kelahiran Sragen, 30 tahun silam ini.
Awalnya, kantor Bukalapak cuma seluas 15 meter persegi, mirip kost-kostan. Isinya hanya dua pekerja, Zaky dan kawannya, Nugroho Herucahyono. Hampir seluruh waktu dan tenaga mereka curahkan untuk mengawali project ini. Bangun pagi dan terus mengutak-atik komputer hingga tengah malam, lalu tidur sebentar dan bangun lagi untuk hal yang sama, membidani lahirnya situs jual beli online Bukalapak.com.
Ia berkisah, pernah Bukalapak bikin live chat hanya diikuti lima orang. “Setelah dicek, ternyata itu berasal dari komputer sendiri,” ceritanya.
“Kita boleh punya mimpi tapi jangan mimpi itu hanya jadi angan-angan. Wujudkan dengan kerja keras!” tegas Zaky.
Zaky menegaskan, ada dua pilihan dalam hidup. Pilih jalan yang aman, jadi orang gajian, atau jalan yang beresiko, mulai berbisnis. Ia menguraikan, resiko berasal bahasa Inggris risk. Nah, di balik keberanian mengambil resiko (risky) itu ada rizky, rezeki.
“Tak masalah gagal dalam berbisnis. Semakin sering mencoba, makin lama kita makin jago,” papar pria yang pernah gagal dalam berbisnis. Jadi penjual mie ayam, modal dari beasiswa kampus, tapi tak laku. Begitupula saat beralih mencoba menjual software.
Zaky menekankan, salah satu kunci sukses berbisnis yakni menemukan partner yang tepat. “Cari partner bisnis yang baik. Ibaratnya, mau diajak ke jurang, mau percaya dan saling menguatkan,” katanya.
Zaky pun menyayangkan, banyak pebisnis cenderung jadi follower. Lagi trend batu akik, semua ikut jualan batu akik. “Ciptakanlah value dari sebuah usaha. Jangan hanya main harga,” pesannya.
Sang moderator Ahmad Fuadi kembali menekankan kutipan 'Man Jadda Wa Jadda'. “Bekerja lebih keras, terus tekun untuk hasil lebih,” papar pria 44 tahun asal Bayur Maninjau ini.
Lulusan Pondok Pesantren Gontor dan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran ini menegaskan lagi ungkapan orang Minang. “Bisa karena biaso. Kita bisa karena pengalaman,” kata Fuadi.
Ditambahkannya lagi, orang Minang berkata, ‘alam takambang jadi guru’. “Alam ini jadi sumber ilmu pengetahuan kita,” kata pria yang banyak meraih beasiswa dari berbagai lembaga internasional ini.
Seorang mahasiswa bertanya minta saran, bagaimana menghadapi mereka yang suka mancimeeh, mengolok-olok saat kita mau mulai berbisnis? Kata Achmad Zaky, yang mencimeeh tak usah ditanggapi “Buktikan saja. Jadikan cambuk. Jangan malah melempem, dan jadi cemen,” ungkapnya.
Zaky mencontohkan, kalau dulu ia diejek di pertemuan keluarga, sekarang pada minta foto dan ingin anaknya kerja di Bukalapak. Katanya, “Cita-cita anak muda pun sudah berubah. Dulu kebanyakan pengen jadi dokter. Sekarang, ingin jadi pengusaha!”
OPTIMALKAN BONUS DEMOGRAFI
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Denni Puspa Purbasari menekankan, anak mudalah yang akan membawa bangsa Indonesia ke arah kemajuan di masa depan. “Percuma APBN besar tapi tak memperhatikan sisi penciptaan pengusaha baru,” papar perempuan yang sebelumnya dikenal sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada itu.
Denni berharap, penciptaan lapangan kerja dan pasokan tenaga kerja harus seimbang. Karena itu, munculnya enterpreneurs atau wirausahawan baru harus terus didorong. “Jika pengusaha baru tak muncul, bonus demografi justru bisa jadi bencana dan masalah sosial karena banyak anak muda tak beroleh kerja,” ungkapnya.
Denni memaparkan, serial #KSPGoestoSchool sudah berlangsung empat putaran dengan narasumber berbeda di empat provinsi: Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Barat. “Kami datang tidak membawa bantuan, tidak membawa alat-alat. Kami menyemai virus ide kewirauusahaan,” tegasnya.
Rektor Universitas Andalas Tafdil Husni berharap, usai lulus kuliah mahasiswa jangan mencari, tapi ciptakan lapangan kerja. “Anak muda harus mempergunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk berbisnis,” tegas Tafdil.
Tafdil Husni menggarisbawahi, di dunia bisnis saat ini, yang besar tak selalu mengalahkan yang kecil, yang kuat tak selalu menundukkan yang lemah. “Lihatlah, fenomena Tafdil Husni taksi dan toko konvensional melawan taksi dan toko online. Model baru bisnis ini menjadi pembelajaran kita untuk maju,” paparnya.
Tak lupa, diuraikan, ada tiga karakter utama orang Minang.
“Dunia mengenal orang Minang karena agamis, intelektual dan punya jiwa dagang tinggi. Nilai-nilai ini harus kita jaga,” ungkap Tafdil dalam acara yang juga dihadiri Musliar Kasim, mantan Wakil Menteri Pendidikan yang pernah menjabat rektor Universitas Andalas selama dua periode.