Padangkita.com - Rasa duka mendalam menyelimuti segenap sivitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Minggu (2/7). Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain wafat dalam usia 58 tahun pada pukul 16.00 WIB di rumah sakit Metropolitan Medical Center (MMC), Kuningan, Jakarta Selatan.
Demikian sepenggal rilis resmi LIPI yang masuk ke email. Kabar lainnya, Senin (3/7/2017) pagi tadi, jenazah Iskandar diterbangkan ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM), untuk kemudian dibawa ke Pasaman, tempat peristirahatan terakhirnya.
Kendati Iskandar lahir di Cirebon pada 14 April 1959, ternyata dia adalah putra Minangkabau, persisnya Nagari Simpang Tonang, Kecamatan Duo Koto, Kabupaten Pasaman.
Rilis LIPI yang bisa diakses melalui lipi.go.id, menyebutkan jenazah Iskandar disemayaman di masjid Baitul Hikmah, kantor LIPI Pusat, Jl. Gatot Subroto Kav. 10 Jakarta Selatan pada Minggu (2/7) malam hingga Senin (3/7) pagi.
Selanjutnya, jenazah akan dilepas oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan diawali sholat jenazah sekitar pukul 06.30 WIB.
Kemudian, jenazah akan diterbangkan dan akhirnya dimakamkan di Kenagarian Simpang Tonang, Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.
Maka tidak mengherankan, ada upacara pelepasan dan penghormatan terakhir untuk Iskandar yang dihelat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat di BIM tadi pagi.
Wakil Gubernur Nasrul Abit yang melepas dan memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Iskandar mengatakan almarhum salah satu putra terbaik Sumatera Barat.
Nasrul Abit dalam kesempatan itu menyampaikan, atas nama pemerintah provinsi dan masyarakat Sumbar turut berduka cita.
“Kita kehilangan salah satu putra terbaik dan yang telah mengabdikan diri di LIPI dengan prestasi 98 publikasi buku baik perorangan maupun kelompok, dan 37 diantara berbahasa Inggris,” jelas Nasrul, seperti rilis yang disampaikan oleh Humas Pemprov Sumbar.
Nasrul berharap kehilangan Iskandar, mudah-mudahan juga akan mucul tokoh-tokoh cerdas lainnya dari Sumatera Barat dalam berbagai sektor pembangunan, sehingga peranan generasi Sumbar tetap ada dalam memberikan bakti terbaik bagi kejayaan Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan bangsa dan perjalanan pembangunan nasional, kisahnya, semua tahu banyak tokoh pemikir asal Sumatera Barat yang sukses berkontribusi dalam berbagai sektor pembangunan Indonesia.
Iskandar semasa hidupnya menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah Pertama di Kota Padang dan menamatkan SMA Don Bosko Padang tahun 1979.
Ia melanjutkan pendidikan jurusan Geologi Intstitut Teknologi Bandung (ITB) dan memperoleh insiyur geologi pada tahun 1985.
Menyadur dari profilnya yang tertera di laman lipi.go.id, keinginan menjadi peneliti membuat Iskandar memilih begabung dengan pusat penelitian Geoteknologi LIPI pada tahun 1985.
Setahun kemudian , ia melanjutkan studinya ke Jerman dengan beasiswa dari pemerintah Indonesia melalui Overseas Fellowship Program (OFP) dan berhasil meraih gelar doktor reralium naturalium (Dr.rer. nat) dibidang mineralogi dari Johannes-Guetenberg Universitas pada tahun 1991.
Karis beliau sebagai peneliti terus meningkat hingga mencapai jabatan Peneliti Utama pada tahun 2008 dan pada tahun 2013 beliau dianugrahi Profesor Riset di bidang Geologi dan Geofisika.
Pada tahun 2011 Iskandar diangkat menjadi Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI dan kemudian menjabat sebagai Kepala LIPI sejak Oktober 2014.
Selama menjabat kepala LIPI telah banyak yang telah diperbuat terutama dalam upaya meningkatkan kualitas SDM bidang riset dan penguatan jejaring.
Beliau wafat meninggalkan seorang istri bernama Eliza Mery dan tiga orang anak, Bram Agusta Zulkarnain, Sarah Fitria Zulkarnain dan Brian Zagal Zulkarnain.
Wakil Kepala LIPI, Bambang Subiyanto mengatakan segenap pimpinan dan sivitas LIPI berduka cita mendalam atas kepergian salah seorang ilmuwan hebat penuh dedikasi.
“Kami seluruh sivitas LIPI, bahkan segenap bangsa Indonesia tentu berduka dengan berpulangnya Prof. Iskandar. Semoga beliau dilapangkan jalannya dan diterima segala amal ibadahnya di sisi Allah SWT,” ungkapnya.
Pribadi Iskandar juga amat berkesan bagi beberapa tokoh Sumatera Barat. Tokoh nasional asal Sumatera Barat Andrinof Chaniago menilai Iskandar merupakan seorang peneliti yang berdedikasi.
“Kita ditinggal oleh seorang ilmuwan atau peneliti yang berdedikasi. Secara pribadi saya kehilangan karena kami sering ketemu,” ujarnya.
Sementara ‘junior’ Iskandar di ITB pada bidang Ilmu Geologi, Ade Edward, mengenal almarhum sebagai pribadi yang baik, santun, rajin.
“Sangat perhatian pada sama orang sekampung, seperti saya saat menjadi asisten labor petrologi,” ungkap Koordinator Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat ini.