Ahli dr. Boyke sebut beberapa alasan orang bisa jadi LGBT. Sebagian besar disebabkan faktor lingkungan.
Padangkita.com - Banyak alasan yang membuat seseorang menjadi LGBT atau dalam medisnya disebut homo dr. Boyke pun mengungkap bahwa trauma masa lalu adalah salah satunya.
"Misalnya dia pernah dilecehkan, digoblok-goblokin, dibilang bodoh, pernah disodomi, dibanding-bandingkan dengan kakaknya hingga akhirnya dia minder dan berubahlah orientasinya," kata dr. Boyke yang saat itu diundang dalam Podcast Deddy Corbuzier dengan judul "Kenapa Orang Bisa Jadi Banci?", Senin (24/02/2020).
Tidak hanya itu, dr. Boyke juga menyebut bahwa kebahagiaan orang yang LGBT itu dengan pasangan sebelumnya juga mempengaruhi orientasinya beralih.
Baca juga: Artis Korea Akan Dihukum Bila Makan Makanan Ini, dari Beras Hingga Kaki Babi
Menurutnya, ketika orang yang mulanya hetero disakiti oleh pasangan lawan jenisnya dan sebabkan kesedihan yang mendalam hingga akhirnya mereka akan mencari kebahagian dengan yang sejenis.
"Misalnya kamu diselingkuhin, kamu disakitin, pokoknya kecewa banget kamu dengan dia, hingga bergeser skala orientasi tadi," ujar dr. Boyke saat Deddy bertanya lebih lanjut bagaimana sebenarnya orang yang LGBT itu.
Lebih lanjut dokter tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia kedokteran itu ada yang namanya skala 0-6 untuk mendefinisikan orientasi seseorang.
Jika mereka berada di skala 0, mereka tergolong orang yang hetero, di skala 3 berarti mereka bisksual, sedangkan jika sudah berada di skala 6, itu berarti mereka homo.
Mengenai alasan lain seseorang menjadi LGBT, dr. Boyke menyebut bahwa 70% berasal dari faktor lingkungan, 3-5% itu bawaan hormon, dan 30% disebabkan selama ia dikandung hingga masa pubertas.
Ia menyebut, di mana tempat tinggal seseorang, dengan siapa ia bergaul, dan bagaimana kondisi sosial di sana sangat berpengaruh dan bahkan dapat mengubah orientasinya.
[jnews_block_16 number_post="1" include_post="34310" boxed="true" boxed_shadow="true"]
Misalnya saja, kata dr. Boyke, seorang wanita yang disakiti suaminya, lalu ia pergi dugem dan bertemu cewek lesbian di sana.
"Ketika terjadi obrolan antara mereka, misalnya 'lho disakiti laki ya? cowok emang gitu' dan bla, bla, hingga akhirnya jadilah mereka berdua," ujar dr. Boyke menegaskan.
Selain itu, menurut dr. Boyke, budaya yang berkembang di suatu daerah juga bisa memicu seseorang menjadi homo. Terlebih budaya di Indonesia.
Lebih lanjut, dr. Boyke membagikan ceritanya ketika berkunjung ke Padang, Sumatra Barat. Ia diundang ke sana karena menurut perhitungan, Padang merupakan daerah yang angka LGBT-nya paling tinggi.
"Jadi, malam-malam saya keluar dan melihat laki-laki sama laki-laki gandengan tangan, juga ada perempuan gandengan tangan, trus saya tanya orang di sana, itu katanya nggak apa-apa, udah biasa," kata dr. Boyke.
Mendengar pernyataan warga di sana tersebut, dr. Boyke mengaku terkejut karena menurutnya wajar jika di Padang angka LGBT tinggi karena budaya seperti itulah yang membuka peluang besar untuk seseorang menyukai sesama jenis.
Baca juga: Viral! Ini Video Lawakan Banjir Jakarta, Netter Singgung Gubernur Seiman
Di Padang memang ada larangan laki-laki sama perempuan keluar berduaan malam-malam sementara jika perempuan sama perempuan atau laki-laki sama laki-laki itu wajar.
Jadi, kata dr. Boyke, mereka cendrung tidak sadar bahwa ketika laki-laki keluar dengan laki-laki dan perempuan main sama perempuan itu membuat mereka akhirnya berubah haluan menjadi homo.
Lebih dari itu, dr. Boyke membagikan pengalamannya dengan ibu pasien yang menangis saat konsultasi dengannya.
Tanpa diketahui si ibu, anak perempuannya ternyata lesbian. Bahkan sudah hampir 6 tahun menjalin hubungan dengan perempuan yang dikira sebatas sahabat oleh ibunya.
Selama ini disangka si ibu bahwa biasa ketika anaknya bersahabat dengan perempuan itu, disisiri rambutnya, tidur bersama, hingga mandi berdua, tanpa ada kecurigaan.
"Inilah yang membuat peluang terjadinya kelainan itu, budaya-budaya seperti inilah pemicunya," ujar dr. Boyke saat menegaskan apa sebenarnya alasan seseorang jadi LGBT. (JLY)