Padang, Padangkita.com – Hujan deras yang mengguyur kawasan Kota Tua Padang pada Sabtu sore (22/11/2025) seolah tak dirasakan oleh ribuan warga yang memadati Jalan Pasar Batipuh, Kecamatan Padang Selatan. Mata mereka tertuju ke atap Masjid Muhammadan Pasa Gadang, menanti momen ikonik yang hanya terjadi setahun sekali: Tradisi Serak Gulo.
Tradisi unik yang digelar oleh komunitas Muslim keturunan India di Kota Padang ini kembali berlangsung semarak. Kendati cuaca kurang bersahabat, antusiasme masyarakat tak surut untuk berebut "berkah" manis yang dilemparkan dari ketinggian.
Tahun ini, panitia menyiapkan tak kurang dari 4 ton gula pasir. Gula-gula tersebut tidak ditebar curah, melainkan dibungkus rapi menggunakan kain perca warna-warni, menciptakan pemandangan visual yang memukau saat ribuan bungkusan itu melayang di udara.
Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, yang hadir membuka perhelatan budaya tersebut, tak menyembunyikan kekagumannya. Ia menegaskan bahwa Serak Gulo bukan sekadar ritual komunitas, melainkan aset wisata berharga yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikbudristek.
"Tradisi Serak Gulo adalah kegiatan yang unik, satu-satunya di Indonesia bahkan di dunia. Pemerintah Kota (Pemko) Padang sangat mengapresiasi Perkumpulan Keluarga Muhammadan (PKM) yang konsisten melestarikannya setiap tahun," ujar Maigus di sela-sela acara.
Menurut Maigus, kekuatan utama dari tradisi yang digelar setiap tanggal 1 Jumadil Akhir ini terletak pada nilai sosialnya. Di tengah kerumunan warga yang menengadahkan tangan, tidak ada sekat suku, agama, maupun ras. Semua membaur dalam kegembiraan.
"Event ini bukan sekadar memburu gula. Ada nilai kebersamaan, persaudaraan, dan akulturasi yang kuat antara masyarakat Muhammadan, warga Kota Padang, hingga pengunjung dari luar daerah," tambah Maigus.
Ia juga mengapresiasi sinergi lintas sektor yang terjalin demi suksesnya acara ini, termasuk dukungan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Wakil Ketua DPRD Sumbar, Nanda Satria, melalui dana pokok pikiran (Pokir).
Di sisi lain, Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Muhammadan (PKM) Kota Padang, M. Fauzan, menjelaskan makna filosofis di balik tradisi ini. Bagi warga keturunan India Muslim, Serak Gulo adalah manifestasi rasa syukur atas rezeki yang melimpah, sekaligus mengenang jasa tokoh penyebar Islam.
"Tradisi ini juga untuk memperingati kelahiran ulama besar asal India, Shahul Hamid, yang semasa hidupnya berjuang menegakkan Islam," jelas Fauzan.
Prosesi diawali dengan doa bersama yang khidmat sebelum akhirnya bungkusan-bungkusan gula dilemparkan dari atap serta sisi kiri dan kanan masjid. Teriakan riuh rendah warga yang berhasil menangkap bungkusan gula memecah suara hujan, menciptakan harmoni kebahagiaan yang sederhana namun mendalam.
Baca Juga: Tradisi Serak Gulo, Simbol Syukur dan Akulturasi Budaya di Padang
Turut hadir menyaksikan kemeriahan tersebut Wakil Ketua DPRD Sumbar Nanda Satria, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Lila Yanwar, Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Yudi Indra Syani, serta Camat Padang Selatan Wilman Muchtar. Kehadiran para pejabat ini menegaskan komitmen pemerintah dalam merawat keberagaman budaya yang menjadi identitas Kota Padang. [*/hdp]
