Padangkita.com - Payakumbuh Botuang Festival (PBF) 2017 menghadirkan penampil yang mencoba mengeksplorasi bambu. Baik dalam bentuk maupun bunyi. Bahkan ada yang menggabungkan keduanya.
Salah satunya adalah La Paloma. Untuk pertunjukan kali ini, grup yang berdiri pada 2012 ini akan mengekplorasi bebunyian Sirompak. Kesenian tradisi asal 50 Kota yang beraroma mistis. Dibutuhkan saluang khusus agar syair-syair yang diucapkan bisa sampai ke penerima. Syair digunakan sebagai jembatan pemanggil jin.
Dalam sinopsis yang dibuat tertulis, “Pantun-pantun berupa 33 ayat mantra di sadur sedemikian rupa menjadi sebuah lirik dalam tema melodi vokal yang diberi judul “Buaian Si Jundai”.
“Kami menginterpretasikan proses Si Mambau (pelaku) dan berkomunikasi dengan Si Mambang (Jin),” ujar Alex Septiono, komposer pertunjukan saat di hubungi lewat telepon genggam (23/11) siang.
La Paloma memang tidak kali ini mendalami musik tradisi. Pada KABA Festival 2 di 2015, mereka memainkan Basijobang. Namun, berbeda dengan pementasan sebelumnya yang berbasis keroncong, kali ini mereka mencoba memainkan world music.
“Tapi ada ‘bocornya’ di sana-sini,” ujar Ahmed Jamin, additional player pada waktu yang sama.
Pemilihan kelompok ini memang berdasarkan ketekunan mereka dalam menggarap tradisi. “Kemungkinan tentang bunyi Sirompak kemudian kami tawarkan pada La Paloma. Mereka menyambutnya dengan baik,” ujar Dr Yusril, Kurator PBF di Sekretariat (23/11).
La Paloma akan tampil pada 1 Desember. Pada malam pembukaan Botuang Fest itu, grup yang beranggotakan 10 orang ini akan tampil bersama Minanga Pentagong, Iyut Fitra, Sosiawan Leak, Ali Syukri Dance Company, Ranah PAC dan Taufik Adam.
Malam itu, 100 bodia-bodia botuang (meriam bambu) akan diletuskan setelah dibuka Wakil Gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit. (*)