Menilik Sosok Buya Hamka
Melansir Wikipedia, Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah gelar Datuk Indomo, populer dengan nama penanya Hamka lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumbar, 17 Februari 1908 silam.
Buya Hamka merupakan seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia berkarier sebagai wartawan, penulis, dan pengajar.
Ia pun turut terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah hingga akhir hayatnya.
Tidak hanya dalam politik, Buya Hamka juga terkenal di bidang pendidikan dan bahkan namanya tercatat dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.
Semasa hidupnya ia telah mendapat gelar doktor kehormatan dari dua kampus berbeda, yakni Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia. Ia juga dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Moestopo, Jakarta.
Selama revolusi fisik Indonesia, Hamka bergerilya bersama Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumbar untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda.
Lalu pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik.
Pilihannya itu kemudian mengantarnya untuk duduk di Konstituante mewakili Masyumi dalam pemilihan umum 1955. Ia pn terlibat dalam perumusan kembali dasar negara.
Ia dikabarkan meninggal pada 24 Juli 1981 silam dan jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. [*/Jly]