Solok, Padangkita.com - Tangis Des, 56 tahun, warga Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok pecah. Dia tak bisa membendung air mata saat menyampaikan kekaguman terhadap sosok Nasrul Abit yang jadi penyelamat saat kerusuhan di Wamena, Papua setahun lalu.
“Ambo yo sabana kagum ka Apak, lamo ambo ingin basobok jo Apak. Ingin ambo mamaluak Apak. Yo Apak surang nan barani ka Wamena manjapuik masyarakat awak. (Saya sangat kagum kepada bapak. Saya sudah lama ingin bertemu dengan Bapak. Ingin rasanya memeluk Bapak. Hanya Bapak yang berani ke Wamena menjemput masyarakat kita korban kerusuhan),” ujarnya.
Peristiwa haru itu terjadi saat Calon Gubernur Sumatra Barat, Nasrul Abit, berkunjung ke Rumah Gadang Reinier Datuak Mangkuto Alam, Minggu (18/10/2020).
Di hadapan ninik mamak dan bundo kanduang, Des sambil terbata-bata mengukapkan perasaannya kepada Nasrul Abit.
“Ambo sabana kagum. Urang lain sabananyo mampu, tapi cuma Apak Nasrul Abit nan berani manjapuik, mambaok masyarakat awak pulang. (Saya sangat kagum. Orang lainnya sebenarnya mampu, tapi hanya Bapak Nasrul Abit yang berani menjemput, membawa masyarakat kita pulang),” katanya.
Waktu kerusuhan itu terjadi, Des menangis mengenang nasib perantau Minang di Wamena. Kemudian, datang Nasrul Abit sebagai penyelamat bagi perantau di sana.
“Katiko itu ambo manangih, Pak. Baa lah nasib urang awak di situ. Ambo yo sabana bersyukur, Pak. Ambo badoa semoga kebaikan Apak dibalas Allah SWT. (Saat itu saya menangis, Pak. Bagaimana nasib perantau Minang di sana. Saya sangat bersyukur, Pak. Saya berdoa agar kebaikan bapak dibalas Allah SWT),” ujarnya.
Dengan rendah hati, Nasrul Abit menjawab yang dia lakukan merupakan sebuah tugas, yakni menyelamatkan dan membawa pulang perantau Minang korban kerusuhan.
“Itu tugas ambo. Sebagai pemimpin, ado masyarakat dalam kesusahan, ambo harus hadir. Kok tabanam, ambo selami ma. Kok hilang, di ma rimbonyo. Ambo batangguang-jawab atas masyarakat ambo. (Itu tugas saya. Sebagai pemimpin saya harus hadir saat ada masyarakat dalam kesusahan. Kalau terbenam, saya selami. Kalau hilang, di mana rimbanya. Saya bertanggung jawab atas masyarakat saya),” tuturnya.
Nasrul Abit menceritakan, ketika tragedi Wamena terjadi, dia melapor kepada Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno. Dia langsung ditugasi malam itu juga untuk berangkat ke Wamena.
“Pak Gubernur bilang tidak ada orang yang sanggup. Pak Wagub berangkat malam ini juga. Saya langsung jawab, siap, Pak Gubernur,” ucap Nasrul Abit.
Sesampainya dia di Wamena, kata Nasrul Abit, perantau Minang di sana masih kocar-kacir menyelamatkan diri dari kerusuhan.
“Alhamdulillah sebanyak 800 orang berhasil kita selamatkan dan diberi bantuan secara bersama-sama, termasuk donasi perantau diberikan kepada korban kerusuhan,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, kerusuhan Wamena mengakibatkan duka mendalam bagi perantau Minang. Mereka kehilangan nyawa dan harta benda akibat kerusuhan itu. Terdata sebanyak 33 orang meninggal dunia, 224 mobil roda enam dan empat hangus, 150 motor, 465 ruko hangus, dan 165 rumah dibakar. [inf]