Empat Daerah di Sumbar Telah Terapkan PBM Tatap Muka, Ini Pesan Mantan Wamendikbud Musliar Kasim

Empat Daerah di Sumbar Telah Terapkan PBM Tatap Muka, Ini Pesan Mantan Wamendikbud Musliar Kasim

Hari pertama para Siswa di Pesisir Selatan masuk Sekolah saat pandemi Covid-19, Senin (12/7/2020). [Foto: Andri Mardiansyah/Padangkita.com]

Padang, Padangkita.com – Empat daerah di Sumatra Barat (Sumbar) telah memulai proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dengan cara tatap muka. Bagi tingkatan Sekolah Dasar (SD), PBM cara tatap muka ini memang sangat penting. Namun perlu disiplin dan kehati-hatian agar sekolah tak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

"Boleh dimulai, tapi harus wanti-wanti untuk menerapkan protokol kesehatan. Pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Apakah sekolah sudah bisa menyediakan itu apa tidak? Kalau belum, jangan mengambil risiko," ujar Musliar Kasim, mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ketika berbincang dengan Padangkita.com melalui sambungnya telepon, Senin (13/7/2020) malam.

Daerah yang mulai sekolah dengan tatap muka adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto dan Kabupaten Pasaman Barat. Sejauh ini, ke empat daerah tersebut masih termasuk zona hijau Covid-19, tidak ada kasus baru dan semua pasien Covid-19 telah sembuh.

Musliar yang juga mantan Rektor Unand menilai, pembelajaran tatap muka memang penting, apalagi tingkat SD. Namun memang harus dipertimbangkan dan diputuskan secara matang. Sebab, meski berada di zona hijau, penyebaran Covid-19 masih mungkin terjadi.

Oleh karena itu, kata Musliar, pemerintah dan seluruh penyelenggara pendidikan harus mempunyai strategi yang matang agar setiap murid di sekolah dapat memahami arti pentingnya menjaga jarak atau “physical distancing”, mencuci tangan seering mungkin, dan memakai masker.

Lampiran Gambar

Dia menyarankan, PBM tatap muka harus dimulai terlebih dahulu dengan edukasi dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat sekolah. Agar ketika proses pembelajaran belanjut, setiap siswa sudah mengerti bahaya dari Covid-19.

Selain itu, lanjut dia, penyediaan tempat cuci tangan atau “hand sanitizer” juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Setidaknya, kata Musliar, di setiap sudut sekolah telah disediakan sarana tersebut.

Berikutnya, lanjut dia, dalam penggunaan masker, sekolah juga harus disiplin dan tegas kepada seluruh muridnya. Misalnya, bagi murid yang tidak menggunakan masker, kata Musliar, disuruh kembali pulang untuk menjemput masker. Disiplin ini tidak hanya diterapkan pada saat masuk sekolah, tetapi juga saat proses belajar berlangsung.

"Yang paling penting lagi menjaga jarak dalam kelas. Bagaimana menjaga jarak dalam kelas, tentu terpaksa dua sif. Kita bayangkan untuk anak SD, satu meja itu kan berdua, jika diberi jarak, mungkin itu tidak bisa satu meter, paling 60 cm. Nah, saya menilai itu harus menjadi perhatian penting," ingat Rektor Universitas Baiturahmah ini.

Adakan Simulasi Protokol Kesehatan

Musliar juga menyarankan agar sosialisasi dan edukasi pencegahan penyebaran Covid-19 dilakukan dengan cara mengadakan simulasi kepada anak-anak peserta didik. Tujuannya, agar pelaksanaan dan pentingnya penerapan protokol kesehatan dapat diserap secara baik oleh para siswa.

"Kalau bisa dilakukan simulasi, seperti simulasi gempa dan bencana alam. Seperti ketika terjadi gempa atau tsunami apa yang akan dilakukan anak-anak, begitu juga dengan Covid-19 ini. Naik sekolah seperti apa, naik kendaraan seperti apa," ucap dia.

Soal jam sekolah, dia berpendapat, pada minggu pertama sekolah setiap guru tidak harus memulai pembelajaran akademik. Bisa dimulai dulu dengan edukasi dan pembelajaran terkait Covid-19 ke para siswa. Begitu juga dengan jam belajar, bisa dilakukan lebih singkat dari hari biasanya.

"Kita coba dulu satu bulan, bagaimana perkembangannya, kalau anak-anak sudah disiplin baru ditingkatkan. Kalau tidak ada penularan baru di daerah itu, baru dilanjutkan. Jangan sampai di awal kita sudah langsung tancap gas," kata Musliar.

Selain di lingkungan sekolah, kata Musliar, sarana dan prasarana setiap murid untuk pergi sekolah juga harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah. Pasalnya, transportasi umum yang menjadi salah satu kendaraan bagi siswa juga harus terjamin bebas dari Covid-19.

"Anak-anak SMP kan sudah naik angkot atau oplet pergi sekolah. Di angkot itu juga harus seperti itu, harus perhatikan protokol kesehatan. Setiap angkot juga dilarang membawa penumpang yang tidak pakai masker. Harus juga ada jarak, kalau bisa isinya kurang dari waktu normal." [mfz/pkt]


Baca berita Sumatra Barat terbaru hanya di Padangkita.com.

Tag:

Baca Juga

Perkuat SDM, Ganjar Punya Program 1 Sarjana dalam 1 Keluarga Miskin
Perkuat SDM, Ganjar Punya Program 1 Sarjana dalam 1 Keluarga Miskin
Pemkab Pesisir Selatan Tingkatkan dan Percantik Akses Jalan Menuju Sekolah
Pemkab Pesisir Selatan Tingkatkan dan Percantik Akses Jalan Menuju Sekolah
YSO Adabiah Peringati HUT ke-108, Peningkatan Fasilitas terus Didorong
YSO Adabiah Peringati HUT ke-108, Peningkatan Fasilitas terus Didorong
Wujudkan SDM Tangguh Berkualitas Butuh Keseimbangan Imtak dan Intelektualitas
Wujudkan SDM Tangguh Berkualitas Butuh Keseimbangan Imtak dan Intelektualitas
Banyak Perundungan di Kalangan Pelajar, Nawacita Berbasis Pendidikan Karakter Dipertanyakan
Banyak Perundungan di Kalangan Pelajar, Nawacita Berbasis Pendidikan Karakter Dipertanyakan
Siswa MIN 3 Padang Toreh Prestasi di Olimpiade Sains GO
Siswa MIN 3 Padang Toreh Prestasi di Olimpiade Sains GO