Daftar Bupati Solok dari Masa ke Masa, dari Saalah hingga ke Epyardi Asda

Berita Padang hari ini dan berita Sumbar hari ini: Sejak awal kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Solok telah dipimpin oleh belasan bupati

Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah resmi melantik Bupati-Wakil Bupati Solok Epyardi Asda-Jon Firman Pandu dan Bupati-Wakil Bupati Solok Selatan (Solsel) Khairunnas-Yulian Efi, di Auditorium Gubernuran, Senin (26/4/2021). [Foto: Istimewa]

Berita Padang hari ini dan berita Sumbar hari ini: Sejak awal kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Solok telah dipimpin oleh belasan bupati berbeda

Padang, Padangkita.com- Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi melantik Epyardi Asda dan Jon Pandu sebagai Bupati dan Wakil Bupati Solok di Auditorium Gubernuran Sumbar, Senin (26/4/2021)

Sejak awal kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Solok telah dipimpin oleh belasan bupati berbeda. Pada awalnya, Solok merupakan luhak di bawah Keresidenan Sumatra Barat dan dipimpin oleh seorang kepala luhak.

Pada 5 Januari 1946, Saalah Yusuf Sutan Mangkuto dilantik sebagai Kepala Luhak Solok. Berasal dari Pitalah, ia dikenal sebagai organisiator dan aktivis Muhammadiyah. Namun, pada 3 Maret 1947, Saalah terlibat dalam upaya pemberontakan yang gagal melawan Residen Sumatra Barat Sutan Mohammad Rasjid.

Darwis Taram Dt. Tumangung melanjutkan kepemimpinan Saalah selama tiga tahun, yakni hingga 27 Mei 1950. Sosok ini merupakan politikus dari Partai Masyumi asal Limapuluh Kota.

Darwis memimpin Solok melewati masa genting. Pada tahun 1948 terjadi Agresi Militer Belanda II yang disusul dengan pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Selanjutnya, Solok dipimpin oleh Basrah Lubis dari 27 Mei 1950 hingga 1 Maret 1951. Berasal dari Pasaman, Basrah memiliki latar belakang birokrat. Basrah digantikan oleh Sultani Sutan Malako. Ia merupakan seorang politikus yang berasal dari Partai Murba.

Dalam buku “Seabad Kabupaten Solok” (2013) disebutkan bahwa Sultani menjadi bupati Solok pertama yang merupakan putra daerah. Sultani turun dari jabatannya pada 8 Februari 1956 dan digantikan oleh Nurdin Dt. Madjo Sati. Ia merupakan tokoh Masyumi.

Nurdin memimpin Solok selama dua tahun. Kepemimpinannya berakhir pada 17 September 1958 lantaran ia mendukung bahkan terlibat dalam Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

Pengganti Nurdin adalah Buyung Dt. Gadang Bandaro, seorang mantan Ketua Pengadilan Negeri di Sawahlunto. Namun, jabatan Buyung hanya berlangsung satu tahun lebih sedikit, yakni hingga Januari 1960.

Menurut Gusti Asnan dalam “Memikir Ulang Regionalisme Sumatra Barat”, pengangkatan pejabat daerah pasca-PRRI memang ditujukan untuk sementara waktu.

Selanjutnya, Solok dipimpin oleh Bambang Sardjono Nursetyo yang berlatar belakang tentara. Dari namanya jelas bahwa sosok ini berasal dari Jawa.

Pasca-PRRI, memang ada fenomena pemerintah mengangkat tokoh dari Jawa dan perwira militer sebagai kepala daerah. Hal ini untuk memastikan bahwa kepala daerah sepenuhnya bersih dari unsur PRRI. Bambang termasuk lama memimpin Solok, yakni sekitar tiga tahun dari Januari 1960 hingga April 1963.

Selanjutnya, Solok dipimpin oleh Pj. Bupati Asgani Marah Sutan selama setahun dari April 1963 hingga Juli 1964. Tidak diketahui latar belakang Asgani Marah Sutan. Namun, ia diketahui memiliki kedekatan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dari nama-nama pemimpin Solok yang telah disebutkan di atas, kiprah mereka selama menjabat sayangnya tidak terdokumentasikan dengan baik.

Penerus Asgani adalah Kolonel H. M. Zaglul Sutan Kebesaran. Ia memimpin Solok selama 11 tahun, dari 9 Juli 1964 hingga 5 Juli 1975.

Corak kepemimpinan Zaglul kental dengan nuansa militer. Ia dikenang karena menggalakkan kentang sebagai komoditas pertanian di Solok. Dari 5 Juli 1975 hingga 5 Juli 1985, Solok dipimpin oleh Hasan Basri. Ia sebelumnya merupakan pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat.

Pada masa kepemimpinan Hasan, pembangunan ibu kota Solok di Koto Baru mulai diprogramkan, yang akhirnya disahkan pada tahun 1980. Kepemimpinan Hasan juga dikenal karena proyek “Sopan”, yakni pembangunan dan perbaikan jalan di daerah pelosok Solok hingga batas Kerinci.

Selanjutnya, Solok dipimpin oleh Arman Danau dari 5 Juli 1985 hingga 7 Juli 1990. Ia sebelumnya merupakan pegawai di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Saat menjabat, Arman dua kali menyelenggarakan Program Pertukaran Pemuda Indonesia-Kanada yang bertempat di Solok.

Dari 7 Juli 1990 hingga 7 Juli 1995, Solok dipimpin oleh Nurmawan. Ia merupakan mantan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatra Barat. Untuk menggerakkan masyarakat Solok keluar dari kemiskinan, Nurmawan memperkenalkan gagasan Gerbang Emas, singkatan dari Gerakan Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat Desa. Inti dari gerakan tersebut adalah memperbanyak lapangan usaha masyarakat sehingga pendapatan mereka bertambah.

Pengganti Nurmawan adalah Gamawan Fauzi, mantan Kepala Biro Humas Sumatra Barat. Ia sukses memimpin Solok selama dua periode, yakni dari 2 Juli 1995 hingga 2 Agustus 2005. Dilantik sebagai bupati saat berusia 38 tahun, Gamawan Fauzi merupakan kepala daerah termuda di Sumatra Barat pada masanya.

Kebijakan Gamawan yang terkenal adalah memperkenalkan tunjangan daerah untuk menghapus honor proyek yang diterima oleh pegawai negeri. Selain itu, ia menginisiasi pelayanan satu pintu, yang saat ini banyak dicontoh oleh pemerintah daerah lainnya untuk memudahkan pelayanan perizinan.

Pada periode kedua Gamawan sebagai bupati, ia didampingi sebagai Wakil Bupati Elfi Sahlan Ben. Adanya jabatan wakil bupati merupakan tindak lanjut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah.

Pada 2005, Solok untuk kali pertama menggelar pemilihan kepala daerah langsung. Pemilihan dimenangkan oleh oleh Gusmal sebagai bupati dan Desra Ediwan Anantanur sebagai wakil bupati. Pasangan ini menjabat dari 2 Agustus 2005 hingga 2 Agustus 2010.

Gusmal sempat mencalonkan diri pada pemilihan Bupati Solok berikutnya tahun 2010, tetapi ia dikalahkan oleh Syamsu Rahim. Uniknya, Syamsu Rahim menggandeng Desra sebagai wakil bupati.

Syamsu-Desra menjabat dari 2 Agustus 2010 hingga 2 Agustus 2015. Syamsu tidak berniat maju kembali dalam pemilihan bupati berikutnya karena tengah mencoba peruntungan di tingkat provinsi menjadi gubernur atau wakil gubernur

Ajang pemilihan umum Bupati Solok 2015 dimenangkan oleh Gusmal. Kali ini, ia menggandeng Yulfadri Nurdin sebagai wakil bupati. Masa jabatan mereka berlangsung dari 17 Februari 2016 hingga 17 Februari 2021.

Baca juga: Pagi ini, Gubernur Sumbar Akan Lantik Bupati dan Wakil Bupati Solok dan Solok Selatan Terpilih

Terakhir, pada pemilihan bupati Solok 2020 yang digelar 9 Desember lalu, Epyardi Asda terpilih sebagai bupati didampingi Jon Pandu Andri Warman sebagai wakil bupati. [den/pkt]

Baca berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Selamat Tinggal Sumbar! Provinsi Bengkulu Resmi Punya Jalan Tol Duluan
Selamat Tinggal Sumbar! Provinsi Bengkulu Resmi Punya Jalan Tol Duluan
Gubernur Sumbar dan TPID Sepakati 7 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi Daerah
Gubernur Sumbar dan TPID Sepakati 7 Langkah Strategis Pengendalian Inflasi Daerah
Jumlah Penerima Beasiswa LPDP di Sumbar masih Sedikit, Alumni Diminta Gencar Sosialisasi
Jumlah Penerima Beasiswa LPDP di Sumbar masih Sedikit, Alumni Diminta Gencar Sosialisasi
Wisman ke Indonesia Januari-Maret 2023 Capai 2,25 Juta Kunjungan, ke Sumbar Cuma Segini
Wisman ke Indonesia Januari-Maret 2023 Capai 2,25 Juta Kunjungan, ke Sumbar Cuma Segini
Curah Hujan Tinggi, Waspada Longsor di Kawasan Palupuh Jalur Bukittinggi – Medan  
Curah Hujan Tinggi, Waspada Longsor di Kawasan Palupuh Jalur Bukittinggi – Medan  
Gubernur Mahyeldi Bantu Pulangkan 19 Warga Sumbar yang dari Sudan ke Kampung Masing-masing
Gubernur Mahyeldi Bantu Pulangkan 19 Warga Sumbar yang dari Sudan ke Kampung Masing-masing