Cerita Syekh Kumango, Parewa yang Tobat Pencipta Silek Kumango yang Kesohor hingga Luar Negeri

Berita Tanah Datar hari ini dan berita Sumbar hari ini: Tradisi ziarah ke makam syekh terkenal di Surau Subarang, Jorong Kumango Selatan

Surau Subarang, Tempat Syekh Kumango mengajarkan ilmu agama dan silek kumango. [Foto: anggara]

Berita Tanah Datar hari ini dan berita Sumbar hari ini: Tradisi ziarah ke makam seorang syekh besar terkenal di Surau Subarang, Jorong Kumango Selatan

Batusangkar, Padangkita.com- Hampir setiap daerah di Minangkabau atau Sumatra Barat (Sumbar) punya tradisi menjelang masuknya Bulan Puasa atau Bulan Suci Ramadan.

Salah satunya di Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar ada tradisi ziarah ke makam seorang syekh besar terkenal di Surau Subarang, Jorong Kumango Selatan.

Menjelang masuknya Ramadan, makam yang saat ini sudah dibangun ruangan khusus bagi peziarah itu selalu banyak yang mengunjungi. Peziarah tak hanya datang dari nagari setempat atau Tanah Datar.

Namun juga banyak yang datang dari daerah lain di Sumbar, seperti Bukittinggi, Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Pariaman, dan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Bahkan, ada pula peziarah yang datang dari luar negeri, seperti dari Malaysia.

Makam yang diziarahi ini adalah makam Syekh Abdur Rahman Al-Khalidi atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syekh Kumango yang hidup pada 1812 hingga 1932. Dia tak lain adalah pencipta Silek (Silat) Kumango yang kesohor hingga ke luar negeri.

Penelusuran Padangkita.com dari sejumlah sumber, sebelum disebut sebagai Syekh Kumango, Abdur Rahman Al-Khalidi dulunya memang dikenal sangat kuat dan hebat dalam bela diri atau berkelahi.

Pada masa itu, orang seperti Abdur Rahman lebih dikenal dengan sebutan “Parewa”.

Waktu itu, dia masih muda dan menjual barang kelontong yang selalu berkeliling dari satu daerah ke daerah lain, bahkan sampai ke Malaysia.

Dari sering berjualan dengan cara itulah, kemudian dia memiliki banyak istri dan keturunan yang juga ada di Malaysia.

Dengan modal sebagai “urang bagak” (pemberani) itu, dia disebut tidak pernah takut keluar masuk suatu daerah untuk berjualan barang kelontong.

Wali Nagari Kumango Iis Zamora Putra mengatakan, berdasarkan dari cerita turun-temurun yang pernah didengarnya dan dari berbagai sumber, Syekh Kumango mengajarkan Agama Islam Tarekat Samaniyyah dan Naqsabandiyah. Perpaduan ajaran itu kemudian diselaraskan dengan gerakan silat.

Hingga akhirnya lahirlah Silek Kumango perpaduan lahir dan bathin. Gerakan silat itu tercipta dengan hakikat

“Lahia Mancari Kawan, Bathin Mancari Tuhan”, yang kental dengan unsur Islam.

Dari waktu ke waktu, silek atau silat ini kemudian terkenal luas bahkan hingga ke luar negeri. Bahkan, hingga sekarang silat ini terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Iis Zamora menyebutkan, dari beberapa sumber yang ia dengar dan baca, Syekh Kumango bernama lengkap Maulana Syekh Abdurrahman bin Khatib ‘Alim Kumango Al-Sammani Al-Khalidi Naqsyabandi.

“Nama kecilnya, Alam Basifat,” kata Iis Zamora.

Sebelum jadi Parewa, kabarnya Syekh Kumango waktu mudanya dahulu pernah mengaji atau berguru kepada Syekh Abdurrahman Batu Hampar di Payakumbuh. Karena terpengaruh lingkungan, Syekh Kumango akhirnya tumbuh menjadi Parewa yang berjiwa “Bagak”.

Bermula dari Bertemu Kakek

Pada suatu ketika, Alam Basifat tengah berjualan di kedainya di Kota Padang. Dia didatangi seorang pengemis. Entah apa sebabnya, darah muda Alam Basifat menggelegak melihat pengemis itu.

Dia naik pitam, hingga diajaknya pengemis itu berduel di dalam kedainya.

“Dari cerita yang saya dapat, mereka ‘bacakak’ (berkelahi) satu lawan satu di dalam kedai Alam Basifat yang pintunya ditutup. Namun, dalam ‘bacakak’ itu, Alam Basifat kalah dari orang itu. Dari situlah akhirnya muncul niat Syekh Kumango untuk mengikuti (belajar) kepada orang tersebut,” ungkap Iis Zamora.

Namun, kata Iis, siapa pengemis yang “menyamar” itu tidak terungkap identitasnya.

Dari sumber lain diceritakan, pada suatu waktu saat Alam Basifat berdagang di Padang, ada seorang kakek yang membuatnya marah karena selalu nyinyir meminta uang.

Sehingga membuat Alam Basifat marah dan hendak menghajar si kakek.

Rupanya, sekeras apapun usaha Alam Basifat memukul, si kakek tetap bisa menghindar. Pukulan Alam Basifat tak penah mengenai sasaran. Sehingga, akhirnya, Alam Basifat minta berguru kepada si kakek.

Namun si kakek mengajukan persyaratan yang cukup sulit. Alam Basifat diajak si kakek bertemu lagi di Makkah.

Kala itu, Alam Basifat pergi ke Makkah lewat darat melintasi daerah demi daerah dan negara demi negara. Dari Kampung ke Sumatera Utara, Aceh, kemudian menyeberang ke Thailand, hingga akhirnya ke Kota Suci Makkah.

Alam Basifat belajar berbagai ilmu termasuk tentunya agama Islam di Makkah hingga belasan tahun. Dia kembali ke kampung dengan menyandang nama Abdurrahman, lengkapnya Syekh Abdurrahman Kumango Al-Samani Al-Khalidi.

Sesampai di Kumango, dia kemudian mendirikan surau yang kemudian bernama Surau Subarang, yang sekarang berada di Jorong Kumango Selatan. Atau sekitar lebih kurang 500 meter dari Kantor Wali Kumango saat ini.

"Di Surau itulah kemudian dia mengajarkan ilmu agama serta gerakan ilmu bela diri atau silat. Ilmu agama dan bela diri dipadukan, silat lahir dan bathin yang kemudian menjadi Silek Kumango. Beliau waktu menjadi Syekh kala itu sudah berumur sekira 50-an tahun," tutur Iis Zamora.

Syekh Kumango tidak hanya mengajar di kampung saja. Namun juga sampai ke luar daerah dan luar negeri. Hingga pada tahun 1932, Syekh Kumango wafat dan dikuburkan di dekat Surau Subarang.

"Setelah beliau wafat, kemudian makam beliau selalu didatangi oleh banyak orang untuk berziarah, dan hal itu masih berlangsung hingga sekarang terutama menjelang masuk puasa Ramadhan," terang Iis Zamora.

Aktivitas Surau Subarang

Sebelum masa pandemi Covid-19, sebut Iis, di Surau Subarang selalu ada latihan Silek Kumango dan pengajian. Mereka tidak hanya dari warga sekitar, tetapi juga diikuti oleh orang yang berziarah.

Biasanya setiap Sabtu malam atau malam Minggu. Namun, sejak pandemi kegiatan itu dihentikan sementara.
Bicara tentang Nagari Kumango, Iis Zamora menyebutkan, terus mengalami perkembangan.

Berita Tanah Datar hari ini dan berita Sumbar hari ini: Tradisi ziarah ke makam syekh terkenal di Surau Subarang, Jorong Kumango Selatan

Surau Subarang, Tempat Syekh Kumango mengajarkan ilmu agama dan silek kumango. [Foto: Anggara]

Luas nagari ini tercatat 392 hektare, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.300 jiwa atau 670 Kepala Keluarga (KK).

"Mata pencarian penduduk dominan adalah bertani, seperti petani padi, jagung dan tanaman palawija lainnya. Selebihnya ada yang pegawai maupun pedagang," jelasnya.

Baca juga: Cerita Nagari Atar, Pencetak Para Pengusaha Fotokopi yang Telah Menyebar di Seluruh Indonesia

Pemerintahan Nagari Kumango, kata dia, akan terus berupaya melestarikan Silek Kumango yang sudah kesohor itu. Bahkan di berbagai even silat yang diikuti, Silek Kumango selalu mampu mengukir prestasi yang membanggakan. [pkt]

Baca berita Tanah Datar hari ini dan berita Sumbar hari ini hanya di Padangkita.com.

Baca Juga

Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan
Musala di Kawasan Angker Galoga: Ubah Ketakutan Menjadi Keteduhan
Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Jalinan Sinergi dan Kenangan Manis Warnai Malam Pisah Sambut Dandim 0307 Tanah Datar
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Bupati Serahkan Piala Adipura kepada DPRD: Simbol Penghargaan untuk Rakyat
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
Tanah Datar Raih Piala Adipura Ketujuh Kalinya: Bukti Konsistensi Kebersihan dan Keindahan
6 Pandeka Silek Perguruan Karang Indah Dilewakan Pertegas Jati Diri Minangkabau
6 Pandeka Silek Perguruan Karang Indah Dilewakan Pertegas Jati Diri Minangkabau
4 Rumah Gadang dan 2 Hunian Warga di Tanah Datar Ludes Terbakar
4 Rumah Gadang dan 2 Hunian Warga di Tanah Datar Ludes Terbakar