Syekh Kumango tidak hanya mengajar di kampung saja. Namun juga sampai ke luar daerah dan luar negeri. Hingga pada tahun 1932, Syekh Kumango wafat dan dikuburkan di dekat Surau Subarang.
"Setelah beliau wafat, kemudian makam beliau selalu didatangi oleh banyak orang untuk berziarah, dan hal itu masih berlangsung hingga sekarang terutama menjelang masuk puasa Ramadhan," terang Iis Zamora.
Aktivitas Surau Subarang
Sebelum masa pandemi Covid-19, sebut Iis, di Surau Subarang selalu ada latihan Silek Kumango dan pengajian. Mereka tidak hanya dari warga sekitar, tetapi juga diikuti oleh orang yang berziarah.
Biasanya setiap Sabtu malam atau malam Minggu. Namun, sejak pandemi kegiatan itu dihentikan sementara.
Bicara tentang Nagari Kumango, Iis Zamora menyebutkan, terus mengalami perkembangan.
"Mata pencarian penduduk dominan adalah bertani, seperti petani padi, jagung dan tanaman palawija lainnya. Selebihnya ada yang pegawai maupun pedagang," jelasnya.
Baca juga: Cerita Nagari Atar, Pencetak Para Pengusaha Fotokopi yang Telah Menyebar di Seluruh Indonesia
Pemerintahan Nagari Kumango, kata dia, akan terus berupaya melestarikan Silek Kumango yang sudah kesohor itu. Bahkan di berbagai even silat yang diikuti, Silek Kumango selalu mampu mengukir prestasi yang membanggakan. [pkt]