Padangkita.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir indeks kebahagiaan Sumatra Barat terus meningkat. Teranyar, Sumatra Barat menduduki posisi 10 di Indonesia.
Posisi ini, seperti penjelasan BPS Sumatera Barat, melompat jauh dibanding hasil survei tahun 2014 lalu, dimana Sumbar bertengger di 3 terbawah dalam survei indeks kebahagiaan.
“Hasil survei tahun 2017 ini, Sumbar duduk di posisi ke-10 dengan skor 72,43 dari skala 100. Capaian Sumatra Barat lebih tinggi dari tingkat indeks kebahagiaan nasional sebesar 70,69,” jelas Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi, dalam paparan dan ekspos ke media di Kantor BPS Sumatera Barat, Selasa (15/8/2017).
Menurutnya, perbaikan indeks kebahagiaan yang dialami oleh Sumatra Barat didorong oleh nyaris di seluruh aspek, termasuk pendapatan rumah tangga, kesehatan, keharmonisan rumah tangga, penerimaan diri, atau urusan pekerjaan dan usaha.
“Perhitungan indeks kebahagiaan di Sumatra Barat mengambil 2.550 sampel rumah tangga yang tersebar di 19 kabupaten/kota,” tandasnya.
Dikatakan Sukardi, indeks kebahagiaan diukur dari tiga dimensi yakni kepuasaan hidup, perasaan, dan makna hidup. Berbeda dengan survei-survei lain yang dilakukan BPS yang bersifat kuantitatif, survei yang mencoba menakar kadar kebahagiaan warga Sumbar ini bersifat kualitatif.
"Nah, uniknya, penyusun kebahagiaan tertinggi masyarakat Sumbar adalah keharmonisan rumah tangga. Terendahnya baru pendidikan dan ketrampilan," tukasnya.
Indikator keharmonisan rumah tangga memang menyumbang skor tertinggi sebesar 81,28. Sementara indikator terendah adalah pendidikan dan ketrampilan dengan nilai 60,53. Indikator lain yang skornya masih di bawah 70 adalah pekerjaan dan usaha serta pendapatan rumah tangga.
“Ternyata masyarakat Sumatra Barat masih belum terlalu bahagia kalau memikirkan urusan pekerjaan dan pendapatan,” bebernya.
Dilihat dari wilayahnya, orang kota di Sumatra Barat ternyata lebih bahagia dibanding masyarakat perdesaan. Indeks kebahagiaan di perkotaan tercatat sebesar 74,55 sementara indeks kebahagiaan di perdesaan hanya 70,70.
Sedangkan untuk kelompok umur, penduduk muda di usia 25-40 terbukti paling bahagia. Namun, indeks kepuasaan hidup sosial ternyata mencapai puncak saat mencapai usia di atas 65 tahun.
"Kalau dilihat dari status, ternyata istri lebih bahagia dibanding suami sebagai kepala rumah tangga. Mungkin, kepala rumah tangga banyak tekanan. Untuk dimensi kepuasan hidup secara total juga lebih bahagia pasangannya," bilang Sukardi.
Secara lebih luas, BPS mencatat bahwa Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017 mencapai 70,69 pada skala 0-100. Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di perdesaan, yaitu 71,64 dibanding 69,57.
“Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indek menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia,” kata Kepala BPS K. Suhariyanto.
Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017, jelas Kepala BPS, merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia).