Bingung Nomor Rumah di Praha, Bertemu Orang Tomohon di Amsterdam

Bingung Nomor Rumah di Praha, Bertemu Orang Tomohon di Amsterdam

Guest House di Korea Selatan. (Foto: Hariatni Novitasari)

Ketika saya menginap di host Airbnb di Zeeburg, Oost Amsterdam, ternyata si pemilik rumah lahir di Tomohon, Sulawesi Utara. Banyak pengalaman unik yang kita dapatkan yang tidak akan kita temui ketika menginap di hotel biasa.

 

Dibanding lima tahun lalu, kini merencanakan akomodasi bagi independent traveler saat jalan-jalan sangatlah mudah. Tidak saja pilihan yang semakin banyak, tetapi juga cara pemesanan yang sangat gampang. Kita sangat dimudahkan dengan lahirnya situs-situs yang khusus untuk menyediakan informasi tentang hotel seperti booking.com, agoda.com, dan traveloka.com.

Tidak ketinggalan situs yang menawarkan konsep house sharing (berbagi rumah) bagi para travelers yang memungkinkan para turis menikmati pengalaman hidup seperti orang lokal, Airbnb. Cukup dengan satu “klik”, kita sudah bisa memesan akomodasi sesuai dengan keinginan kita.

Bisa dibayangkan jaman ketika traveling harus memesan hotel dengan sistem manual, baik pemesanan melalui agen perjalanan ataupun go show ketika sampai di lokasi tujuan. Seperti yang pernah saya alami ketika ke Bangkok beberapa tahun silam.

Saat itu, situs-situs tersebut belum menjamur sehingga sangat susah untuk mendapatkan informasi hotel yang ada. Kalaupun kita memesan lewat agen perjalanan, kita tidak tahu letak hotel dan bagaimana kita bisa menjangkaunya karena saat itu Google Map juga belum jamak digunakan.

Kalau kita belum memesan hotel sebelum kita berangkat, risikonya adalah mencari hotel ketika kita sampai di lokasi tujuan. Ini sangat menghabiskan waktu untuk jalan-jalan dan melelahkan karena belum tentu kita akan langsung mendapatkan tempat yang pas. Bisa karena tidak ada lagi kamar yang kosong, atau kita belum cocok dengan hotel yang kita inginkan. Situasi seperti ini sangatlah tidak nyaman bagi independent traveler saat itu.

Masalah-masalah seperti itu sekarang seperti (semoga) tinggal sejarah saja. Saat ini, kita bisa memilih penginapan berdasarkan klasifikasi yang kita inginkan. Seperti rentang harga, lokasi, jenis penginapan. Pilihan untuk kita akan muncul berdasarkan saringan yang kita gunakan. Plus, paling tidak kita bisa melihat visual tempat yang kita inginkan melalui foto-foto yang dipajang. Lokasi juga kita bisa check melalui peta yang ditampilkan di layar. Sangatlah nyaman.

Lampiran Gambar

AirBnB di Prague (Praha/Ceko). (Foto: Hariatni Novitasari)

Ketika semakin banyak pilihan, tidak sedikit dari kita yang bertambah bingung, dan mempertanyakan mana yang lebih enak untuk menginap: apakah di hotel konvensional, ataukah menginap di house sharing model Airbn?

Menurut saya, tidak terlalu banyak perbedaannya mau memutuskan menginap di hotel biasa ataupun model house sharing, tergantung pada prefensi dan kebutuhan kita. Setiap pilihan ada plus dan minusnya. Keuntungan menginap di hotel konvensional adalah tersedianya resepsionis 24 jam, penitipan luggage, pembayaran bisa dilakukan di lokasi (dan kalau mau harga lebih murah bisa dibayarkan di depan), dan lokasi biasanya lebih mudah untuk dicari karena merupakan fasilitas komersil umum.

Sedangkan keuntungan menginap house sharing biasanya lebih ke fasilitas seperti tersedianya dapur untuk memasak, mesin cuci, pengalaman yang unik, dan sebagainya. Jika kita menginap dengan jumlah orang yang banyak, harganya akan menjadi lebih murah karena, misalnya, kita bisa menyewa seluruh apartemen.

Lalu apa kelemahan untuk kedua akomodasi tersebut?

Untuk hotel tentu saja jarang yang menyediakan fasilitas seperti dapur dan mesin cuci yang ada di kebanyakan penginapan model house sharing. Kadang, di hotel-hotel tipe budget, kettle air panaspun tidak tersedia.

Untuk penginapan model house sharing, kelemahannya terkadang tidak menyediakan penitipan luggage, tidak gampang dicari karena lokasinya di kompleks perumahan atau apartemen biasa, dan tidak tersedia resepsionis 24 jam.

Agak susah untuk check-in lebih awal karena pemilik rumah tidak selalu stand by di lokasi atau tinggal di tempat tersebut. Kalaupun pemilik tinggal di lokasi itu, waktu check-in harus disepakati terlebih dahulu. Selain itu, biaya penginapan harus dibayar di muka dan kebijakan refund agak ribet jika kita melakukan pembatalan pemesanan.

Pengalaman di Beberapa Kota

Lampiran Gambar

Guest House di Freiburg, Jerman. (Foto: Hariatni Novitasari)

Terlepas dari kelemahan-kelemahannya, pengalaman saya menginap di house sharing tidak terlupakan. Misalnya ketika harus mencari alamat penginapan Airbnb di Praha, Chekoslovakia, saya harus muterin alamat di sekitar lokasi beberapa kali karena saya bingung dengan sistem penomoran di Praha. Atau, ketika harus masuk rumah dengan mengikuti pentunjuk digital yang dikirimkan oleh si pemilik rumah waktu di Tokyo, Jepang yang tidak mudah karena saya gagap teknologi. 😀 

Namun, ini seringkali terbayarkan dengan banyak hal yang menyenangkan. Contohnya di Praha. Setelah saya capek dan hampir putus asa mencari rumah host saya, dan akhirnya menemukan tempat itu, rasanya plong benar hati ini. Ibu si pemilik rumah yang menerima saya sangat baik, dan tentunya apartemen yang super wah dan besar untuk harga yang sangat murah, USD35 per malam di tengah kota Praha.

Pengalaman lainnya ketika saya menginap di host Airbnb di Zeeburg, Oost Amsterdam, ternyata si pemilik rumah lahir di Tomohon, Sulawesi Utara. Banyak pengalaman unik yang kita dapatkan yang tidak akan kita temui ketika menginap di hotel biasa.

Nah, sebenarnya ada solusi yang mungkin bisa dipertimbangkan jika ingin mencari penginapan model “hotel” tetapi tetap bisa memasak atau mencuci. Dari beberapa pengalaman saya, penginapan yang bisa menyediakan fasilitas itu terkadang malah bisa kita temukan di guest house.

Ketika traveling ke Korea beberapa saat yang lalu, saya memutuskan untuk menginap di guest house karena budget constraint. Karena alasan ini juga saya mencari yang menyediakan fasilitas dapur dan mesin cuci karena saya malas traveling bawa banyak baju dan pulang membawa baju kotor.

Paling tidak di guest house di Daegu dan Seoul saya mendapatkan dua hal ini. Di guest house di Seoul juga menyediakan kulkas di masing-masing kamar, sedangkan di Daegu akomodasi menyediakan kulkas bersama tetapi disediakan makanan seperti roti dan ramen yang bisa dimakan oleh para tamu. Hal yang sama juga saya dapatkan ketika traveling ke Freiburg, Jerman. Selain ada fasilitas lemari es di tiap-tiap kamar, dapur dan ruang makan yang cukup luas, dan juga tersedia mesin cuci yang bisa dioperasikan dengan menggunakan koin.

Bagi saya, ketika akan memutuskan mencari tempat untuk menginap, pertimbangan saya adalah: pertama, harga. Seringnya, duitnya sering mepet. Jadi, ketika memilih akomodasi haruslah yang se-ekonomis mungkin, tetapi tempatnya bersih. Kalaupun menginap di hotel mahal juga tidak akan maksimal kita nikmati karena kita akan banyak menghabiskan waktu di luar penginapan.

[jnews_block_16 number_post="1" include_post="32253" boxed="true" boxed_shadow="true"]

Kecuali kita sedang holiday staycation atau liburan dengan tinggal di hotel. Oleh karena itu untuk mendapatkan hotel yang pas, harus dengan cermat melihat profil hotel-hotel atau guest house sekaligus membaca review-review yang ditulis oleh para tamu sebelumnya.

Kedua, lokasi yang gampang diakses oleh alat transportasi. Lebih bagus lagi kalau lokasinya hanya selemparan batu dari stasiun kereta api atau stasiun bis. Dengan kedekatan dengan kedua fasilitas ini, akan lebih gampang jika kita harus tergesa-gesa untuk mengejar naik kereta api atau bis, atau waktu keberangkatan kereta api/bis yang sangat pagi atau malam ketika bis kota dan subway sudah tidak beroperasi lagi, kita tidak perlu berjalan kaki atau naik taksi ke tempat ini.

Ketiga, sebisa mungkin lokasi berada di tengah kota atau pusat keramaian sehingga lebih mudah mengakses ke tempat-tempat tujuan wisata atau berbagai fasilitas umum lainnya. Dengan ini, kita bisa menghemat biaya transportasi lokal karena banyak tujuan wisata yang bisa ditempuh dengan jalan kaki. Atau, duitnya bisa digunakan buat jajan. Selain itu, di tempat-tempat seperti ini banyak tempat makan seperti café, coffee shops, dan bakery yang bisa memuaskan keinginan jajan saya.

Keempat, adanya fasilitas dapur dan mesin cuci. Kondisi ini mungkin tidak berlaku bagi semua orang, tetapi ini sangatlah penting bagi saya. Terkadang, saya bosan dengan jajan di luar; atau ketika harus sedikit berhemat karena barusan jajan kebanyakan.

Nah, kalau untuk fasilitas mesin cuci ini sangat penting bagi saya karena saya tipe light traveler yang malas membawa baju karena hanya menambah berat isi ransel. Oleh karena itu, mencuci di tiap lokasi yang saya tuju adalah kewajiban bagi saya.

Lalu, dengan perencanaan pembuatan akomodasi yang semakin gampang, semakin simpel membuat rencana perjalanan Anda. Selamat berjalan-jalan! 😉


Hariatni Novitasari
Penulis

Baca Juga

Segera Dioperasikan! Jembatan Kaca Seruni Point yang Pakai Sensor Mampu Tampung 100 Orang
Segera Dioperasikan! Jembatan Kaca Seruni Point yang Pakai Sensor Mampu Tampung 100 Orang
BI – Pemprov Sumbar Gelar Sumbar CreatiFest di GOR Agus Salim, Catat Jadwalnya
BI – Pemprov Sumbar Gelar Sumbar CreatiFest di GOR Agus Salim, Catat Jadwalnya
Destinasi Wisata Danau di Provinsi Tetangga Sumbar Ini makin Mantap Didukung Tol
Destinasi Wisata Danau di Provinsi Tetangga Sumbar Ini makin Mantap Didukung Tol
Danau Toba Makin Top! Kini Didukung 24 Akses Jalan dan Jembatan Baru
Danau Toba Makin Top! Kini Didukung 24 Akses Jalan dan Jembatan Baru
Visit Beautiful West Sumatera 2023 Targetkan 8,2 Juta Wisatawan
Visit Beautiful West Sumatera 2023 Targetkan 8,2 Juta Wisatawan
Tabuik Lenong Tampil di TMII Februari Mendatang, Pusat Dukung Penuh Event Wisata Pariaman
Tabuik Lenong Tampil di TMII Februari Mendatang, Pusat Dukung Penuh Event Wisata Pariaman