Berebut Pemilih Bimbang

Asrinaldi

Asrinaldi. [Foto: Ist)

Sepertinya tidak akan ada perubahan komposisi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur menjelang penetapan oleh KPU Provinsi Sumatra Barat. Akan ada empat pasangan calon yang akan berkompetisi untuk posisi Sumbar 1 dan Sumbar 2. Lalu, seperti apa kontestasi ini ke depannya mengingat banyak pasangan calon yang akan berkompetisi dalam Pilkada 2020 ini?

Bagaimana pun, tentu semuanya punya peluang yang sama karena Pilkada yang dilaksanakan di Sumatra Barat ini selalu menjaga prinsip jujur dan adil. Apalagi dalam semangat demokrasi, penyelenggara Pilkada sangat memperhatikan bagaimana Pilkada ini tidak cacat prosedur dan substansi sehingga yang akan dihasilkan nantinya adalah Pilkada yang berkualitas.

Sudah dapat dibayangkan bahwa yang akan terjadi adalah kontestasi yang ketat di antara pasangan calon kepala daerah karena sama-sama memiliki basis pendukung yang loyal. Faktanya setiap pasangan calon memang mulai mengandalkan basis pendukung masing-masing sebagai modal awal untuk bisa memenangkan Pilkada. Basis dukungan yang dikaitkan dengan daerah asal ini memang sudah lama menjadi perhatian ilmuwan politik memahami perilaku memilih masyarakat dalam Pemilu atau Pilkada.

Hampir semua calon memanfaatkan sentimen kedaerahan ini untuk memaksimalkan dukungan mereka. Misalnya, pasangan Mulyadi - Ali Mukni tentu akan berusaha mempertahankan basis utama dukungannya di Agam, Bukittinggi dan sekitarnya agar tidak berpindah kepada pasangan calon lain. Memang ada beberapa daerah kabupaten/kota yang berpotensi mereka dapatkan mengingat daerah ini pernah menjadi basis pemilih Mulyadi dalam Pemilu serentak tahun 2019 yang lalu. Sebut saja, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.

Walaupun begitu, daerah di sekitar basis utama pasangan ini tentu juga akan menjadi perhatian pasangan calon lain untuk diperebutkan.  Apalagi daerah ini juga tidak memiliki calon dalam Pilkada kali ini. Misalnya, pasangan Mahyeldi Ansharullah - Audy Joinaldy yang menjadikan Kota Padang sebagai basis utama mereka dalam berkompetisi jelas akan mencari tambahan suara ke daerah lain. Apalagi Mahyeldi juga dikenal sebagai putra daerah Agam yang sedikit banyaknya juga memiliki pendukung.

Latar belakang Mahyeldi ini tentu akan mempengaruhi perolehan suara Mulyadi di Agam, Bukittinggi dan sekitarnya. Begitu juga dengan Indra Catri yang menjadi calon wakil gubernur juga berasal dari Agam. Bahkan saat ini Indra Catri juga menjabat sebagai Bupati Agam yang tentunya dapat mempengaruhi pembentukan preferensi politik masyarakat Agam kepada dirinya.

Selain itu, juga ada Fakhrizal yang berpasangan dengan Genius Umar yang juga memiliki basis dukungan di Agam, Bukittinggi dan Padang Pariaman jelas akan mengurangi kekuatan Mulyadi-Ali Mukhni di basis mereka. Apalagi sebelumnya pasangan ini sudah berhasil mendapatkan dukungan masyarakat di Sumatra Barat ketika menyatakan maju melalui jalur perseorangan. Walaupun gagal dengan dukungan sebanyak 130.256 orang, tetapi dukungan ini konkret dan bisa menjadi modal awal bagi pasangan ini untuk bersaing dengan tiga pasangan lainnya. Tentu dengan kondisi ini, akan ada upaya maksimal dari Fakhrizal - Genius Umar untuk mendapatkan tambahan dukungan di daerah lain. Satu kelebihan dari pasangan Fakhrizal - Genius Umar ini adalah sebaran dukungan mereka yang merata di kabupaten/kota. Dukungan yang merata ini jelaskan akan dapat dimaksimalkan untuk dijadikan relawan yang potensial guna memperbanyak dukungan suara pemilih kepada mereka.

Memaksimalkan Swing Voter

 Calon lain yang juga memiliki basis pendukung tradisional yang kuat adalah Nasrul Abit. Nasrul Abit yang pernah menjadi bupati di Pesisir Selatan jelas akan menjadikan daerah ini sebagai basis pendukung utamanya. Apalagi jumlah pemilih Pesisir Selatan yang cukup banyak, yaitu 337.902 orang tentu menjadi faktor penting untuk mengantar Nasrul Abit yang berpasangan dengan Indra Catri menjadi pemenang Pilkada. Selain Pesisir Selatan, daerah lain yang juga berpotensi didapatkan oleh pasangan NA-IC ini adalah Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Solok dan Kota Solok. Ketiga daerah ini juga memiliki ikatan sosial budaya yang kuat satu dengan yang lain sehingga karakter pemilih di daerah ini secara sosiologis sangatlah mirip.

Jelas dengan total jumlah pemilih di daerah Solok Raya yang mencapai 426.703 orang akan menjadi rebutan semua pasangan calon. Menariknya angka pemilih bimbang (swing voter) masih tinggi sehingga untuk mendapatkan suara mereka bergantung bagaimana masing-masing pasangan calon meyakinkan pemilih di daerah ini.

Beberapa daerah lain yang juga memiliki jumlah pemilih yang banyak, tapi mereka masih bimbang menentukan pilihannya adalah Kabupaten Sijunjung, Tanah Datar, dan Dharmasraya. Daerah ini jelas memiliki jumlah pemilih yang cukup banyak dan akan menjadi target kampanye dari semua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Tingginya pemilih bimbang ini terkait dengan sedikitnya informasi yang mereka ketahui tentang calon gubernur dan wakil gubernur ini. Tentu harus ada pilihan strategi yang sesuai oleh setiap tim pemenangan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk mendapatkan dukungan suara dari pemilih di daerah “hilir” ini.

Kota Padang juga memiliki pemilih yang berkarakter swing voter. Walaupun tidak sebanyak daerah yang disebutkan di atas, tetapi konsistensi dukungan (mutabilitas) mereka pada satu pasangan calon  cukup rendah. Artinya, mereka dengan mudah bisa saja mengganti pilihan politiknya, jika ada faktor jangka pendek mempengaruhi pikiran mereka. Walaupun banyak pihak mengaitkan pilihan masyarakat Kota Padang akan cenderung ke Mahyeldi Ansharullah, tetapi sebenarnya yang ada adalah kebimbangan pemilih untuk menentukan pilihannya ke salah satu pasangan calon.

Jelas karakteristik pemilih di Kota Padang ini adalah pemilih yang sangat menggantungkan pilihannya pada isu-isu yang berkembang di sekitar mereka. Banyaknya isu, informasi yang viral dan media sosial atau berita di media massa terkait pasangan calon dapat melemahkan atau menguatkan preferensi politik pemilih yang tergolong swing voter ini. Karenanya Kota Padang, menurut saya, akan menjadi tempat kampanye yang menarik untuk diperhatikan. Bukan tidak mungkin tim pemenangan akan menggunakan isu-isu negatif terkait pasangan calon sebagai materi kampanye yang disebar di media daring dan media sosial untuk mendapatkan perhatian dan dukungan pemilih bimbang ini. [*]

Baca juga: Menghitung Basis Suara Cagub


Asrinaldi
Penulis merupakan dosen MIP-TKP Universitas Andalas; peneliti Spektrum Politika Institut.

Baca Juga

Intelektual, Politik dan Tanggung Jawab
Intelektual, Politik dan Tanggung Jawab
Dapil Kota Padang untuk Pemilu 2024 Resmi Bertambah Menjadi 6 Dapil, Ini Rinciannya
Dapil Kota Padang untuk Pemilu 2024 Resmi Bertambah Menjadi 6 Dapil, Ini Rinciannya
Cegah Suhu Politik Memanas Jelang Pemilu 2024, Presiden Perintahkan Jajaran Masifkan Edukasi Politik 
Cegah Suhu Politik Memanas Jelang Pemilu 2024, Presiden Perintahkan Jajaran Masifkan Edukasi Politik 
Soal Usulan Jabatan Presiden Diperpanjang, Begini Respons DPD RI
Soal Usulan Jabatan Presiden Diperpanjang, Begini Respons DPD RI
Koalisi Vertikal dengan DPR
Koalisi Vertikal dengan DPR
Dialog di Painan, Emma Yohanna Ungkap Minimnya Jumlah Perempuan di Dunia Politik
Dialog di Painan, Emma Yohanna Ungkap Minimnya Jumlah Perempuan di Dunia Politik