Andani: Sumbar Siap untuk New Normal karena Semua Bersemangat

Andani Eka Putra

Andani Eka Putra. [Foto: Dokumentasi Pribadi/Diolah dari Facebook]

Indonesia segera memasuki era kenormalan baru atau new normal. Sumatra Barat (Sumbar) berencana memulainya Senin (8/6/2020) yang bertepatan dengan berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap III. Namun, jumlah positif Covid-19 masih terus bertambah, dan kepatuhan warga menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 masih diragukan. Vaksin yang dinanti-nantikan pun belum muncul.

Bagaimana kehidupan atau cara hidup kita ke depan di tengah pandemi Covid-19? Siapkah (warga) Sumbar menjalani new normal?

“Segera selesaikan klaster yang masih ada, klaster Pasar Raya,” kata Andani Eka Putra, ahli penyakit tropis Fakultas Kedokteran Unand.

Melihat persiapan Sumbar menuju new normal saat ini, Andani menilai, ”Alhamdulillah saya cukup yakin dengan kondisi kita saat ini. Dari perhitungan saya, itu bisalah, karena Dinas Kesehatannya bagus dan semangat, Pemprov juga sudah semangat, laboratorium juga semangat, fasilitas kesehatannya dan rumah sakit juga bagus.”

Kepada Muhammad Fuadi Zikri dari Padangkita.com, Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand, Padang yang bernama lengkap Dr. dr. Andani Eka Putra MSc ini, menjelaskan banyak hal terkait virus Corona (Covid-19) dan new normal.

Berikut petikan wawancara yang dilakukan Kamis (4/5/2020) malam melalui sambungan telepon.

Pemeriksaan swab di Laboratorium FK Unand selalu termasuk yang terbanyak di Indonesia setiap hari, ratusan bahkan ada yang lebih dari seribu spesimen, tetapi kenapa kasus positif Covid-19 di Sumbar, tak habis-habis?

Hal yang paling penting dalam pencegahan Covid-19 itu adalah memutus mata rantai penularan. Penularan Covid-19 berhubungan erat dengan pergerakan banyak orang, sementara laboratorium yang menjadi tempat penentu orang itu positif Covid-19 atau tidak, akan berusaha untuk mengimbangi kecepatan penyebaran tersebut. Banyaknya pemeriksaan labor merupakan hasil tracing dari kasus positif yang telah ada. Sedangkan kasus baru hampir tidak ada ditemukan.

Kapan Covid-19 ini habis? Di dunia, di Indonesia, khususnya di Sumbar?

Penyebaran Covid-19 di Sumatra Barat, di Indonesia, bahkan di dunia diperkirakan tidak akan habis. Pada akhirnya Indonesia akan menjadi daerah endemis.

Covid-19 itu sendiri tidak akan hilang. Mirip kasus (virus) influenza yang hingga saat ini tidak hilang. Pada akhirnya, Covid-19 itu akan tetap ada tetapi tidak lagi membahayakan.

Pada ujungnya, manusia akan kebal dengan kasus itu, serangan tetap ada tapi tidak lagi berat, atau bisa dikatakan telah mencapai herd immunity (kekebalan populasi).

Setelah 7 Juni, PSBB III di Sumbar tak diperpanjang, masuk “new normal”, apa yang kemungkinan terburuknya? Bagaimana mengantisipasi?

Penerapan new normal akan dimulai secara bertahap, beberapa klaster sebagai tempat penyebaran Covid-19 tentunya harus diselesaikan terlebih dahulu.

Kemungkinan terburuknya, akan terjadi peningkatan kasus positif Covid-19, tetapi peningkatan itu tidak akan tiba secara mendadak dengan skala yang besar. Meningkatkan pasti secara perlahan. Jika hal itu terjadi, yang pertama harus diimbangi dengan pemeriksaan laboratorium.

Anda setuju dengan new normal? Apakah anda sependapat dengan definisi new normal yang dimaksud pemerintah?

Kalau defenisinya sepakat, tapi kriteria kan belum tentu sepakat. Menurut saya, defenisinya jelas, artinya new normal itu adalah kembali kepada kelaziman setelah melewati masa krisis.

Bagi saya, karena itu adalah instruksi presiden, maka itu harus diikuti. Dan Alhamdulillah saya cukup yakin dengan kondisi kita saat ini. Dari perhitungan saya, itu bisalah, karena Dinas Kesehatannya bagus dan semangat, Pemprov juga sudah semangat, laboratorium juga semangat, fasilitas kesehatannya dan rumah sakit juga bagus.

Menurut Anda, new normal yang aman itu bagaimana?

New normal itu harus dilaksanakan dengan protokol Covid-19 yang benar. Jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan, jika ada pendatang harus melapor atau dilaporkan dan lainnya. Jadi itu langkah-langkah yang harus dipersiapkan oleh semua orang.

Apakah new normal seperti yang dimaksud pemerintah benar-benar aman dari segi kesehatan atau pencegahan Covid-19?

Aman saja jika sesuai dan menerapkan protokol Covid-19, tetapi juga diimbangi dengan pemeriksaan laboratorium jika kemungkinan terburuknya terjadi lonjakan kasus.

Jika terjadi lonjakan kasus setelah PSBB III, apa rumah sakit, tenaga, peralatan, Sumbar mencukupi?

Terus terang saya sebutkan, Amerika saja yang fasilitasnya sangat lengkap dan banyak tidak siap menghadapi ledakan apalagi kita. Makanya, langkah yang paling betul adalah mencegah terjadinya ledakan dengan menerapkan protokol Covid-19.

Apa yang mesti ditambah menghadapi new normal?

Fasilitas kesehatannya, dan perkuat labornya sebagai tempat untuk menentukan hasil orang itu positif Covid-19 atau tidak. Obat-obatan juga harus siap, jika terjadi lonjakan, kuncinya itu ada di rumah sakit.

Apa saran Anda terhadap masyarakat yang masih banyak tak mengikuti protokol kesehatan Covid-19? Apakah perlu sanksi?

Masyarakat harus mengikuti protokol Covid-19, harus patuh kepada imbauan petugas kesehatan, jika disuruh untuk tes swab, harus tes. Karena semua itu berguna untuk pemutus penyebaran Covid-19.

Apakah langkah-langkah Indonesia, juga Sumbar sudah benar dalam penganganan Covid-19? Apa yang kurang? Mestinya bagaimana?

Ada beberapa hal, yang pertama tetap melakukan pelacakan dari orang-orang yang positif Covid-19. Lakukan secara masif dan kemudian diperiksa. Kedua, dengan memeriksa semua pendatang baru, orang yang pulang dari Jakarta, dari mana saja diperiksa swab-nya. Selanjutnya, yang ketiga, yang paling penting adalah survei berkala terhadap angka infeksi di setiap daerah.

Banyak negara yang dianggap sukses menangani Covid-19 tanpa lockdown dan PSBB, seperti Jepang. Apa yang bisa kita contoh dari Jepang?

Tidak jadi masalah, jika pemeriksaan itu banyak tidak perlu lockdown, ikuti protokol Covid-19 saja. Jadi kecepatan penyebaran harus diimbangi dengan kecepatan pemeriksaan. Orang-orang yang menjadi sumber dari penyebaran harus “ditangkap” (karantina atau isolasi).

Ada pakar WHO berpendapat, Covid-19 mirip dengan virus HIV-AIDS, tak akan pernah habis sepanjang hidup manusia, dan menyerang sel imun. Apa Anda sependapat?

Salah, jadi Covid-19 ini tidak sama dengan HIV-AIDS, tapi kalau dari segi karakteristik sama-sama RNA virus. Cuma bedanya, HIV-AIDS menyerang sel imun, sedangkan Covid-19 tidak menyerang sel imun. Covid-19 ini menempel pada akseptornya. Jadi beda. Apakah dia akan ada dalam jangka panjang? Bisa jadi, seperti yang saya katakan tadi, tapi tidak akan jadi masalah.

Sebetulnya, virus Corona ini hanya 1 jenis atau banyak? Kenapa ada pasien yang masih muda terlihat kuat tapi tetap meninggal, dan sebaliknya ada yang sudah sangat tua tapi tetap bisa sembuh?

Virus itu dasarnya satu, yaitu virus RNA. Cuma dia mudah mengalami perubahan-perubahan atau variasi-variasi. Itu juga tergantung dari imun tubuh masing-masing manusia, jika kuat ya virusnya tidak terlalu berdampak, seperti OTG (orang tanpa gejala) yang cukup banyak saat ini. Kalau lemah akan berdampak.

Bagaimana peluang penemuan vaksin, khususnya di Indonesia? Mungkinkan vaksin ditemukan pakar Indonesia?

Sekarang kan seluruh negara sedang berusaha untuk membuat vaksin.

Jika tak ada vaksin, mungkin dalam waktu pendek, apa yang mesti dilakukan biar aman dari Covid-19?

Caranya satu, yaitu memutus mata rantai penularan dengan cara mengikuti protokol Covid-19 dengan tujuan untuk mencegah penyebaran dari satu orang ke orang lain.

Ada yang menyebut minyak kayu putif termasuk efektif sebagai obat, ada juga yang menyebut ramuan tradisional juga bisa mengobati Covid-19. Sejauh mana efektivitas obat-obat tersebut?

Menurut saya, intinya tidak dengan cara mengklaim seperti itu, harus dengan fakta. Ada beberapa tahapan untuk menguji kalau itu efektif.

Artinya, setiap klaim itu harus didasarkan dengan prosedur ilmiah yang benar dan betul.

Sumbar punya potensi wisata yang luar biasa. Covid-19 telah memukul usaha yang berkaitan dengan wisata. Hotel, restoran, dll. hancur oleh Covid-19. Mungkinkan wisata di Sumbar kembali bisa digerakkan tanpa takut Covid-19 menyebar?

Pertanyaannya seperti ini, keyakinan apa yang membuat orang itu berkunjung ke tempat wisata itu, kan ada indikasinya. Kan tidak mungkin hanya datang saja, perlu keyakinan dan persiapan juga.

Berdasarkan kebutuhan juga, apakah di sana fasilitasnya lengkap, apakah penyebaran Covid-19-nya terkontrol, ada pemeriksaan cepat, apakah labornya bagus, fasilitas kesehatannya bagus, ada tempat karantina. [*]

Baca Juga

Asyik Nongkrong di Warung, 13 Pelajar Diangkut Satpol PP Padang
Asyik Nongkrong di Warung, 13 Pelajar Diangkut Satpol PP Padang
Kematian Harian Covid-19 di Sumbar Catat Rekor, Bertambah 10 Orang Paling Banyak Bukittinggi
Kematian Harian Covid-19 di Sumbar Catat Rekor, Bertambah 10 Orang Paling Banyak Bukittinggi
Update Covid-19 Sumbar: Kasus Baru Bertambah 717 Orang dan Meninggal Dunia 4 Orang
Update Covid-19 Sumbar: Kasus Baru Bertambah 717 Orang dan Meninggal Dunia 4 Orang
Update Covid-19 Sumbar: Bertambah 567 Orang, Meninggal 3 Orang, Kasus Aktif 4.586 Orang
Update Covid-19 Sumbar: Bertambah 567 Orang, Meninggal 3 Orang, Kasus Aktif 4.586 Orang
Pasien Omicron Meninggal Dunia di Sumbar Bertambah 4 Orang, Kasus Aktif Jadi 4.049 Orang
Pasien Omicron Meninggal Dunia di Sumbar Bertambah 4 Orang, Kasus Aktif Jadi 4.049 Orang
Makin Ganas, Kasus Omicron di Sumbar Kembali Catat Rekor, Bertambah 654 Orang
Makin Ganas, Kasus Omicron di Sumbar Kembali Catat Rekor, Bertambah 654 Orang