Jakarta, Padangkita.com - Keputusan pemerintah Indonesia untuk membatalkan pemberangkatan jemaah Haji 2020 berimbas cukup besar pada maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
PT Garuda Indonesia (Persero) menjadi maskapai penerbangan yang melayani angkutan haji dalam jumlah besar setiap tahunnya.
Penerbangan haji seharusnya menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan keuangan perusahaan yang telah merosot tajam imbas pandemi corona.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut, layanan haji berkontribusi sekitar 10 persen dari total pendapatan perusahaan.
"Haji itu kontribusi 10 persen pendapatan Garuda di tahun-tahun sebelumnya. Ya kita cari pendapatan dari tempat lain," kata Irfan, dilansir dari Liputan6.com, mitra Padangkita.com, Selasa (2/6/2020).
Tahun lalu, Garuda Indonesia memberangkatkan sebanyak 82.961 jamaah haji ke tanah suci. Ketepatan penerbangannya pun lebih tinggi dibanding target sebesar 90 persen, yakni mencapai 97,6 persen.
Meski demikian, Irfan menyebut pihak manajemen Garuda siap menerima konsekuensi atas keputusan pemerintah untuk membatalkan angkutan khusus jamaah haji tersebut.
Baca juga: Keberangkatan Ibadah Haji Tahun 2020 Dibatalkan
Selanjutnya, kata Irfan, Garuda Indonesia akan berusaha mencari pendapatan dana dari sumber lainnya.
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup besar bagi maskapai pelat merah ini. Demi tetap bertahan, Garuda Indonesia tengah melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk melakukan PHK pada sejumlah pilotnya.
Sebelumnya, Pemerintah Republik Indonesia memutuskan membatalkan keberangkatan haji tahun 2020 karena Covid-19 yang masih merebak. Keputusan ini menurutnya berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia.
Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan sejumlah hal.
“Pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada 2020 atau tahun 1441 Hijriah,” kata Menag dalam jumpa pers yang disiarkan langsung melalui YouTube, Selasa (2/6/2020).
Menag juga beralasan pembatalan keberangkatan jemaah haji tahun ini disebabkan Pemerintah Arab Saudi masih belum membuka akses bagi negara mana pun terkait pandemi corona (Covid-19) hingga saat ini. [*/try]