Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Profil 9 Taman Wisata Alam di Sumbar yang Siap Dikunjungi: Sejarah, Potensi, dan Aksesibilitas

Kawasan TWA Air Putih dengan Jembatan Kelok Sembilan atau Jembatan Kelok 9 yang menghubungkan Sumbar dan Riau. [Foto: Dok. Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR]

Padang, Padangkita.com – Sumatra Barat (Sumbar) punya 9 Taman Wisata Alam (TWA) atau Nature Park. Masing-masing punya keindahan dan kekayaan alam yang tak ternilai.

Diketahui, Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata dan rekreasi. Taman Wisata Alam (TWA) dikelola dengan sistem blok seperti blok inti, blok tradisonal, blok pemanfaatan di bawah tanggung jawab Balai Besar/Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Di dalam Taman Wisata Alam (TWA) terdapat hutan rimba, gunung, pantai, laut, hutan mangrove, savana, sungai, danau, air terjun, karst, serta tumbuhan dan satwa yang tinggal di dalamnya.

Di TWA pengunjung dapat melakukan kegiatan, seperti kemping, hiking, trekking, pendakian gunung, menyelam, snorkeling, atau sekadar menikmati keindahan laut.

Bisa juga menjelajahi gua, pengamatan satwa dan tumbuhan, menyaksikan adat istiadat masyarakat setempat, termasuk juga wisata religi, dan lain sebagianya.

Berikut profil 9 Taman Wisata Alam (TWA) atau Nature Park di wilayah Sumbar, lengkap dengan sejarah, keunikan, dan kegiatan yang bisa dilakukan:

1. Taman Wisata Alam (TWA) Air Putih Kelok 9

Lampiran Gambar

Kwasan TWA Air Putih dengan Jembatan Kelok 9. [Foto: Dok. Diskominfotik Sumbar]

TWA Air Putih Kelok 9 ditetapkan fungsinya berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.592/Menlhk/Setjen/PLA.2/8/2016 tanggal 3 Agustus 2016 dengan luas 4.085,57 hektare.

Kawasan ini dulunya termasuk Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) Air Putih, yang menurut sejarahnya merupakan usulan cadangan perluasan cagar alam melalui rekomendasi Gubernur Sumatra Barat No. 471/VI/Bappeda-1978. Kawasan ini terletak di kiri-kanan jalan nasional Padang – Pekanbaru (Sumatra Barat – Riau), tepatnya pada ruas jalan Kelok 9.

Seiring dengan perkembangan, pembangunan kebutuhan transportasi, ruas jalan tersebut kemudian ditingkatkan menjadi jalan layang (fly over) dengan alasan ruas jalan tersebut merupakan salah satu sumbatan kelancaran transportasi kedua provinsi.

Pasca-pembangunan ruas jalan tersebut, potensi keindahan alam wilayah sekitar Kelok 9 semakin terkuak, dan memunculkan usulan kawasan ini dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam bagi kepentingan masyarakat kedua provinsi.

Kawasan ini terletak di Kecamatan Harau dan Kecamatan Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota, dan dikelola oleh Resort KSDA Limapuluh Kota yang berkedudukan di Ketinggian, Sarilamak.

Akses ke kawasan telah terbangun sejak lama sehingga sangat mudah dicapai. Dari Kota Payakumbuh kawasan ini berjarak sekitar 22 km atau 35 menit dengan kendaraan roda 4.

Dari Kota Bukittinggi sekitar 55 km atau 1 jam 30 menit dengan memakai kendaraan roda 4. Kemudian, dari Kota Padang sekitar 140 km via Bukittinggi dapat ditempuh sekitar 4 jam 15 menit dengan kendaraan roda 4. Dari Kota Pekanbaru, Riau berjarak sekitar 165 km, atau ditempuh sekitar 3 jam 45 menit dengan kendaraan roda 4.

Potensi wisata alam kawasan ini, terutama adalah pemandangan sekitar ruas jalan layang Kelok 9 yang indah dan udara yang segar. Sejak awal pembangunan jalan, telah dirancang beberapa titik yang memungkinkan pengunjung untuk berhenti dan menikmati pemandangan alam.

Konsep pembangunan jalan awalnya digagas dengan konsep ‘Nature in harmony‘ (harmoni dengan alam). Pada titik-titik yang rawan longsor selain diperkuat dengan bubur semen juga ditanami dengan tanaman paku-pakuan untuk memperkuat struktur dan perlindungan terhadap longsor secara alam.

Kegiatan wisata alam lain yang potensial dan menarik untuk dikembangkan di kawasan ini adalah berjalan menjelajahi hutan, khususnya pada wilayah ruas jalan lama yang tidak dimanfaatkan lagi.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjelajahi tipe ekosistem hutan dataran rendah campuran (lowland mixforest), sekaligus menikmati keragaman jenis Nephentes sp (Kantong Semar) yang banyak terdapat di kawasan ini.

Interaksi pengunjung dan hutan yang lebih intens dan akrab ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pengunjung terhadap upaya konservasi sumber daya alam dan mendorong kesadaran publik untuk turut melindungi dan mempertahankan hutan konservasi.

Halaman:

Baca Juga

Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Warga Pagadih Temukan Bunga Rafflesia Mekar Sempurna, Sebarannya di Agam sudah 18 Titik
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
Demi Keselamatan Pendaki, BKSDA Sumbar Tutup Permanen Pendakian Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
BKSDA Sumbar Tindak Tegas Pendaki Ilegal Gunung Marapi
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sumatera Barat Rilis Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Gubernur Mahyeldi Dorong Petani Sumbar Manfaatkan Perhutanan Sosial untuk Tingkatkan Kesejahteraan
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi
Mahyeldi-Vasko Tegaskan Komitmen untuk Sektor Pertanian Rendah Emisi