Padang, Padangkita.com - Ustaz Abdul Somad (UAS) menjawab sejumlah pertanyaan dari jemaah dalam sesi tanya jawab tablig akbar di Masjid Raya Sumatra Barat (Sumbar), Kota Padang, Minggu (27/3/2022).
UAS membacakan pertanyaan dari jemaah yang tertulis di secarik kertas. Di antaranya pertanyaan seputar ajaran tasawuf dan tarekat.
"Apa pandangan ustaz tentang ajaran tasawuf dan tarekat? Karena masih banyak masyarakat yang mengatakan ajaran tasawuf itu sesat dan tidak ada ajarannya dari Rasulullah," bunyi pertanyaan tersebut.
UAS menjawab, amalan-amalan dalam tasawuf dan tarekat memiliki landasan hadis.
"Orang yang ikut tarekat, sebelum dia berzikir, dia disuruh mandi taubat. Adakah dalam hadis tentang mandi taubat? Ada," jawab UAS sembari mengutip hadis.
"Sebelum mengambil zikir tahlil, maka dia ditalqinkan oleh guru. Adakah Nabi mentalqinkan zikir kepada sahabat? Ada," UAS menimpali.
UAS menerangkan, tarekat-tarekat yang ada bermula dari nama guru yang mentalqinkan zikir.
"Kebetulan guru yang mentalqinkan namanya Imam Abul Hasan Asy-Syadzili, maka nama tarekatnya Syadziliyah," ujar UAS menyebutkan contoh.
Ia menjelaskan, salah satu tarekat yang masuk ke Minangkabau adalah Tarekat Naqsyabandiyah. Tarekat ini dibawa oleh Syekh Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi asal Simabur setelah berguru kepada Syekh Dhiyauddin Khalid di Makkah.
Syekh Ismail memiliki murid yang tidak hanya tersebar di Minangkabau, tetapi juga di Sumatra Utara, Riau, dan Kepulauan Riau.
Di antara murid dari murid Syekh Ismail adalah Syekh Ja'far Pulau Godang, seorang ulama asal Kampar. Ia memiliki anak bernama Buya Somad.
"Saya mengambil zikir tarekat Naqsyabandiyah melalui Buya Somad," tutur UAS.
UAS mengimbau kepada jemaah untuk berhati-hati terhadap orang-orang yang mengklaim diri sebagai wali.
"Kalau mau ikut tarekat, maka gurunya mesti salat, mesti zikir, mengajak kita kepada Allah," serunya.
Ia mengatakan, ada seorang mursyid (pembimbing tarekat) yang tidak salat karena beranggapan dirinya sudah sampai pada tingkatan ma'rifat.
"Itu namanya wali setan! Hakikat tanpa syariat batil. Syariat tanpa hakikat sia-sia, tak bermakna. Oleh sebab itu, kalau ingin ambil zikir, lihat mursyidnya," timpal UAS.
UAS lalu mengutip nasihat Imam Syafii.
"Kalau kau tengok ada orang terbang di atas awan, berjalan di atas air, jangan tertipu karena setan pun bisa melakukan itu. Tapi, pandanglah bagaimana dia menjalankan syariat, mengikuti Nabi Muhammad SAW," ucapnya.
UAS juga memberikan pandangannya soal nama ruh yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan di kalangan pengamal tasawuf dan tarekat.
UAS mengatakan, pembahasan mengenai nama ruh terdapat dalam kitab Al-Gunyah yang ditulis oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
"Ada hamba Allah yang dikasih nama, (tetapi) yang tahu nama itu hanya Allah. Begitu dalam kitab Al-Gunyah," terang UAS.
Ia lantas menyebut ada pihak tertentu yang mengklaim mengetahui nama pemberian Allah tersebut.
"Ada orang kini menyebut, saya tahu (nama ruh), dan kalau mau tahu, saya bisa kasih tahu namanya," kata UAS tanpa menjelaskan siapa orang yang dimaksud.
Mengakhiri ceramahnya, ia berharap agar jemaah tidak gampang terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang mengarah kepada kesesatan.
Baca juga: Ceramah Ustaz Abdul Somad di Masjid Raya Sumbar Buat Tawa Ribuan Jemaah Pecah
"Semoga kita dan anak cucu kita terselamatkan daripada ini," pungkas UAS. [den/pkt]