Berita Padang terbaru dan berita Sumbar terbaru: Perantau Minang menjadi korban gempa di Mamuju Sulbar terdata sebanyak 50 KK
Padang, Padangkita.com - Sekitar 50 kepala keluarga (KK) perantau Minang dilaporkan ikut terdampak menjadi korban gempa di Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar). Mereka saat ini tinggal di tenda-tenda pengungsian dan mengharapkan bantuan atau uluran tangan.
"Kondisi terkini karena ada gempa kita terpencar di tempat-temapat pengungsian," ujar Ketua Harian Ikatan Keluarga Minang (IKM) Sulbar Malaqbi, Armon saat dihubungi Padangkita.com, Senin (18/1/2021) pukul 11.46 WIB.
Dia menuturkan, berdasarkan informasi yang dia terima, tidak ada perantau Minang yang meninggal atau korban jiwa dalam bencana tersebut. Meski demikian, beberapa orang perantau Minang ada yang mengalami luka, dan saat ini sudah mendapatkan penanganan medis. Rumah tempat tinggal mereka pun runtuh.
"Alhamdulillah, korban nyawa tidak ada. Kalau luka-luka ada. Tapi sudah dijahit, ditangani medis. Korban luka tidak seberapa, paling-paling tiga sampai empat orang saja. Rumah tempat tinggal pun runtuh atau retak-retak," ungkapnya.
Armon menjelaskan, setidaknya, terdapat sekitar 50 KK di Mamuju yang terdampak gempa dan harus tinggal di pengungsian. Menurutnya, satu KK rata-rata terdiri atas tiga sampai tujuh anggota keluarga.
"Yang parah kan di Mamuju. Sekitar 50-an KK ada. Satu KK ada tiga, lima, atau tujuh anggota keluarga," terangnya.
Ia mengungkapkan perantau Minang di Sulbar berasal dari 19 kabupaten/kota di Sumbar. Selain di Mamuju, perantau Minang tinggal di daerah lainnya di Sulbar.
"Di enam kabupaten di Sulbar ada semua. Baik di Mamuju, Mamasa, Majene, dan Mamuju Tengah Pasangkayu, dan Polewali Mandar," sampainya.
Selaku Ketua IKM Sulbar Malaqbi, dia telah menghubungi sejumlah perantau Minang yang tinggal di lima daerah lainnya.
"Saya sudah kontak daerah lain. Walaupun ada goncangan tapi tidak ada laporan korban, tidak ada kerugian," ujarnya lagi.
Selanjutnya, dia menyampaikan, saat ini, perantau Minang memerlukan bantuan dan uluran tangan dari masyarakat maupun Pemprov Sumbar.
"Namanya musibah, dalam kondisi seperti ini, semuanya dibutuhkan. Karena bukan korban saja, harta benda kan banyak yang hancur. Anak-anak juga butuh susu," imbuhnya.
Meski demikian, hal yang urgen dibutuhkan saat ini adalah bantuan dana. Jika dana bantuan itu datang, maka pihaknya bisa menyalurkan kepada perantau Minang dan mempertanggungjawabkannya. [fru/pkt]