Padangkita.com - Hari Raya Idulfitri tahun ini terasa sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, lebaran Idulfitri 1441H/2020M harus dirayakan di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19 yang masih terus mengalami lonjakan.
Sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan, pemerintah telah meminta seluruh masyarakat untuk tetap berada di rumah jika tidak memiliki kepentingan yang mendesak.
Kemudian, sekolah dan pekerjaan dipindahkan ke rumah. Aktivitas lain yang melibatkan banyak orang pun dibatasi, termasuk pelaksanaan Salat Berjamaah di masjid/musala.
Kebijakan dan pembatasan tersebut masih berlaku hingga Ramadan. Salat Tarawih berjamaah di masjid/musala pun ditiadakan. Semua dilaksanakan di rumah.
Perayaan Idulfitri pun ikut terdampak. Sejumlah tradisi Hari Raya Idul Fitri harus 'dihilangkan' demi mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas.
5 tradisi Hari Raya Idulfitri yang 'hilang' tersebut adalah sebagai berikut:
Arus Mudik - Arus Balik
Mudik jadi momen yang paling dinantikan dalam menyambut Hari Raya Idulfitri, terutama bagi para perantau.
Betapa tidak, mudik berarti saatnya seluruh anggota keluarga di kampung halaman dalam suasana kemenangan.
Mudik juga akan menciptakan cerita kemacetan yang meskipun melelahkan tetap diwarnai keceriaan sambil membayangkan momen indah di kampung halaman.
Namun, nyatanya, tahun ini arus mudik yang tiap tahun dilaporkan seluruh media nasional tak lagi tampak. Pemerintah memutuskan untuk melarang mudik agar penyebaran Covid-19 tidak terjadi di kampung halaman si pemudik.
Sama halnya dengan arus balik, tiadanya mudik tentu juga akan membuat hilangnya arus balik dari daerah ke ibukota yang jadi daerah para perantau mengadu nasib.
Takbiran Keliling
Aktivitas malam sebelum 1 Syawal selalu diramaikan dengan kumandangan takbir oleh seluruh umat Islam.
Memeriahkan malam Idulfitri memang dianjurkan dalam Islam. Takbiran digemakan di masjid dan mushalla, sahut-sahutan dengan meriah.
Takbiran keliling juga sudah jadi tradisi menyambut lebaran, mobil-mobil pick up dengan gendang ditabuhkan berarakan mengelilingi seluruh desa.
Anak-anak ramai, rela tidur larut demi menyemaraki malam penuh kemenangan itu.
Berbeda dengan tahun ini, takbiran hanya dibolehkan di masjid melalui pengeras suara, tidak ada arak-arakan mobil dengan gendang besar, juga orang-orang yang berjalan melantukan kalimat "Allahu akbar, Allahu akbar".
Salat Id di Masjid diikuti Salam-Salaman dengan Tetangga
Tradisi ini memang tidak sepenuhnya hilang. Sejumlah daerah di Indonesia masih dapat melaksanakan Salat Idulfitri berjamaah di masjid atau musala.
Meski demikian, masih banyak daerah yang harus melaksanakan Salat Id di rumah baik sendiri maupun berjamaah dengan keluarga.
Seharusnya, kondisi tersebut tak jadi alasan untuk tidak menikmati pelaksanaan Salat Id.
Namun, akan jadi hal berbeda, karena tahun-tahun sebelumnya, masjid ramai dipenuhi warga baik yang menetap maupun para perantau yang mudik.
Lepas salat dan khutbah Idulfitri, tidak lengkap rasanya tanpa proses salam-salaman dengan seluruh jamaah yang sebagian besar para tetangga di rumah.
Social distancing akhirnya mengubah hal tersebut.
Halal Bihalal
Pemberlakukan PSBB membuat halal bihalal di hari raya tahun ini harus dilakukan secara virtual.
Momen yang jadi ajang pertemuan seluruh keluarga besar bahkan teman lama ini jadi terasa sangat berbeda.
Setiap lebaran, halal bihalal seakan-akan jadi acara wajib. Banyak momen indah yang tercipta dari pertemuan tersebut.
Di dalamnya, anak-anak menanti amplop THR dari kakak, bapak, om, kakek, dan keluarga lainnya.
Jalan-Jalan ke Tempat Wisata
Selain berkumpul di rumah nenek dan mengunjungi rumah-rumah saudara dan teman-teman, jalan-jalan ke tempat wisata juga jadi pilihan para keluarga menikmati libur lebaran.
Biasanya, tempat wisata selalu ramai oleh kerumunan manusia yang menikmati keindahan destinasi tersebut. Berfoto di setiap sudut, termasuk bersantai ala-ala piknik.
Tapi tahun ini, jalan-jalan ke tempat wisata harus dialihkan ke dunia maya melalui berbagai jenis jaringan. [*/try]