Padang, Padangkita.com - Dua kelurahan di Kota Padang diajukan ke Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC), Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Dunia (Unesco) untuk menjadi Komunitas Siaga Tsunami atau Tsunami Ready Community.
Dua kelurahan tersebut yaitu Kelurahan Purus, Kecamatan Padang Barat, dan Kelurahan Lolong Belanti, Kecamatan Padang Utara.
Wali Kota Padang, Hendri Septa mengatakan, pengajuan dua kelurahan tersebut ke Unesco merupakan upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi gempa dan tsunami.
Hal tersebut mengingat adanya ancaman Megathrust Mentawai di pesisir barat Sumatra Barat (Sumbar). Berdasarkan prediksi para ahli, segmen tersebut menyimpan energi yang dapat menimbulkan gempa bermagnitudo 8,9.
Gempa itu bakal memicu terjadinya tsunami dengan ketinggian gelombang enam sampai 12 meter ke Kota Padang. Berdasarkan prediksi para ahli pula, terjangan tsunami tersebut dapat terjadi 30 menit setelah gempa.
"Prediksi itulah yang membuat kami Pemko Padang dan seluruh organisasi perangkat daerah beserta masyarakat untuk bagaimana bersama mengantisipasi dampak gempa dan tsunami tersebut," ujarnya saat memberikan kata sambutan dalam apel kesiapsiagaan bencana di Pantai Purus Padang, Jumat (30/9/2022).
Dia menuturkan, Komunitas Siaga Tsunami merupakan program untuk meningkatkan kapasitas agar masyarakat siap siaga dalam menghadapi ancaman gempa dan tsunami.
Sejauh ini, di Indonesia, baru Kelurahan Tanjung Benoa, di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali yang berhasil mendapatkan sertifikat pengakuan sebagai Komunitas Siaga Bencana dari Unesco.
"Kita berharap dua kelurahan di Kota Padang ini segera menyusul," ungkap Hendri.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita Karnawati pada kesempatan yang sama, mengapresiasi Pemerintah Kota Padang yang telah berperan aktif untuk penyiapan dokumen untuk pengajuan tersebut.
Dia menerangkan, ada 12 indikator agar sebuah daerah bisa mendapatkan pengakuan internasional itu, yaitu memiliki peta dan zona bahaya tsunami, jumlah orang berisiko di dalam zona bahaya tsunami dapat terestimasi, lalu sumber-sumber ekonomi, infrastruktur, dan politik teridentifikasi.
Kemudian, peta evakuasi tsunami mudah dipahami, informasi tsunami termasuk rambu-rambu ditampilkan di publik, lalu sosialisasi, kesadaran masyarakat, dan edukasi tersedia dan terdistribusi.
Selanjutnya, rutin melaksanakan kegiatan edukasi, rutin menggelar pelatihan komunitas tsunami, rencana respons darurat komunitas tsunami telah disetujui, kapasitas untuk mengelola operasi respons darurat selama tsunami tersedia.
Lalu, tersedia sarana yang memadai dan andal untuk menerima peringatan tsunami resmi 24 jam, lalu tersedia juga sarana untuk menyebarkan peringatan tsunami resmi 24 jam kepada publik secara tepat waktu.
"Ada 12 indikator yang telah ditetapkan Unesco agar bisa menjadi komunitas siaga tsunami. Kesiapsiagaan dalam arti 24 jam tujuh hari," ujar Dwi.
Baca Juga: Dimaafkan Korban, Seorang Pemuda di Padang Bebas Berkat Restoratif Justice
Dia berharap, Sumbar atau Kota Padang khususnya untuk selalu siap siaga untuk menghadapi ancaman gempa dan tsunami. [fru]
*) BACA informasi pilihan lainnya dari Padangkita di Google News